Sesaat setelah terjatuh dari pagar pembatas di atap sekolahku, dengan jantung yang berdebar kencang aku membayangkan diriku jatuh dengan kepalaku yang pecah kemudian darah mengalir keluar dari kepalaku.
Aku menutup mataku dan pasrah dengan takdirku.
Suara angin yang berhembus melewati telingaku terdengar seolah dewa sudah menetapkan kematianku. Aku merasakan tubuhku semakin lama semakin mendekati tanah, tidak lama lagi tubuhku akan menyentuh tanah.
Awalnya aku mengira tubuhku akan segera menyentuh tanah, tapi siapa yang menyangka tiba-tiba sepasang tangan yang dingin memeluk tubuhku dengan erat.
Tubuhku melayang menuju ke atas, bahkan lebih cepat daripada saat aku terjatuh.
Aku merasa mual dan tanpa sadar aku memegang orang yang mengangkatku.
Sentuhan yang dingin ini, dadanya yang keras, dan mata yang berwarna hitam.
Kak Yang Qin!
Dia benar-benar muncul di saat yang tepat.
Jika dia terlambat 1 detik saja, sekarang kepalaku pasti sudah hancur dan darahku mengalir keluar tanpa henti.
Aku memeluk erat lehernya dan menyandarkan kepalaku di dadanya. Kejadian ini benar-benar membuatku syok dan ketakutan hingga aku kehilangan seluruh energiku.
Kak Yang Qin dengan cepat membawaku kembali ke atap.
Kemudian mendarat dengan perlahan.
Suara angin berhenti dan aku dapat mendengar suara Kak Yang Qin dari atas kepalaku.
"Aku baru saja meninggalkanmu beberapa menit dan kamu sudah hampir mati."
"..."
Siapa juga yang mau mati, tentu saja aku ingin tetap hidup. Ini semua karena Xu Zixi yang menginginkan kematianku.
Dia menurunkanku. Kedua kakiku perlahan menyentuh lantai tapi karena lemas aku hampir terjatuh. Seketika Kak Yang Qin menangkapku, aku dapat melihat wajahnya yang mengkhawatirkan aku.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Kak Yang Qin.
Aku menganggukan kepala kemudian memegang tangannya dengan kuat dan bangkit berdiri.
Kak Yang Qin melihat Xu Zixi yang berada di dekat pagar tempatku terjatuh dengan tatapan marah, kemudian dia berkata, "Sepertinya ada beberapa masalah yang harus benar-benar diselesaikan."
Setelah mengatakan itu Kak Yang Qin melepaskan aku, kemudian dia berjalan ke arah Xu Zixi.
Di wajah Xu Zixi masih tertempat jimat sehingga dia tidak dapat bergerak.
Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Kak Yang Qin. Aku hanya dapat melihat dia mengangkat tangannya kemudian menjentikkan jarinya dan muncullah sebuah kipas perak yang mengeluarkan sinar perak. Aku tidak dapat mengenali huruf yang terdapat pada kipas itu. Kipas itu sangat indah, tipis seperti kertas tapi terlihat sangat tajam.
Kak Yang Qin mengipaskan kipas perak itu ke arah leher Xu Zixi seperti akan memotong lehernya.
"Jangan!" teriakku.
Aku tadi memberi tahu Xu Zixi aku mengenal seorang yang hebat yang dapat membantunya reinkarnasi, jika Kak Yang Qin menggunakan kipas itu dan membunuh Xu Zixi, aku khawatir Kak Yang Qin akan mendapat masalah.
Aku ingat Lu Xi pernah bercerita kepadaku mengenai hubungan Kak Yang Qin dan raja Yan yang tidak akur. Kak Yang Qin tidak suka mencampuri urusan orang lain terlebih yang menjadi tanggung jawab raja Yan, aku tidak bisa membiarkan dia mendapat masalah karena aku.
Mendengar teriakanku membuat Kak Yang Qin menghentikan gerakannya.
Kipas perak itu sudah hampir mengenai leher Xu Zixi, jika Kak Yang Qin tidak berhenti saat itu juga, aku takut Xu Zixi akan berubah menjadi abu dan menghilang.
Dia melihatku ke arahku dengan tatapan dingin dan bertanya: "Apa maksudmu berkata jangan?"
"Biarkan Shang Yi membantunya untuk reinkarnasi."
"Membantunya reinkarnasi?"
Kak Yang Qin tertawa dan berkata: "Jadi sekarang kamu memiliki banyak uang hingga dapat meminta pertolongan Shang Yi?"
"..."
Hm, aku tidak punya uang tapi aku tidak dapat melihat Kak Yang Qin membunuh Xu Zixi. Aku yakin Shang Yi dapat membantu Xu Zixi untuk reinkarnasi, tapi dia adalah orang yang tidak akan membantu tanpa imbalan dan dia tentu saja akan meminta imbalan dariku.
Dan aku tidak ada uang...
"Melihat ekspresimu sepertinya kamu tidak memiliki uang."
Aku dapat melihat sorot matanya yang keji dan nampaknya dia masih bersiap untuk memotong leher Xu Zixi dengan kipas perak itu. Aku segera berkata, "Aku ada cara untuk membuat Shang Yi mau membantu Xu Zixi, jadi jangan bunuh dia."
"Kamu yakin?"
Aku menganggukkan kepala dengan mantab.
Terlihat alis mata Kak Yang Qin menunjukkan dia percaya dengan perkataanku. Tangannya perlahan mulai melepaskan kipas perak itu kemudian kipas perak itu berubah menjadi sebuah asap putih dan menghilang.
Aku menghela nafas lega.
Saat itu wali kelasku, beberapa guru yang lain serta kerumunan siswa berkumpul di atap, mereka berdiri tidak jauh dariku.
Wali kelasku dengan panik berseru, "Sixi, jangan melakukan hal yang aneh-aneh! Jika ada masalah kamu dapat membicarakannya dengan ibu!"
Mendengar perkataan wali kelasku membuatku kehilangan kata-kata untuk menjawabnya.
Siapa yang ingin mengakhiri hidupku… jika ada orang yang ingin melakukannya aku bukanlah orang itu. Aku bahkan masih ingin hidup untuk waktu yang lama, mana mungkin aku ingin melompat dari atap atas keinginanku sendiri.
Seluruh orang yang berkumpul di atap mendekati pagar pembatas karena mereka mengira aku akan melakukan hal yang aneh-aneh. Tapi apa yang harus aku katakan jika wali kelasku menanyakan kejadian yang terjadi dalam ruang kelas hari ini?
Akhirnya aku memutuskan untuk berpura-pura ingin melompat, aku berlari ke arah pagar pembatas kemudian tanganku memegangi pagar dan seolah bersiap untuk melompat.
Seluruh siswa mulai berteriak memanggil namaku.
Wali kelasku berjalan mendekatiku dan berusaha menasehatiku, "Sixi, jangan melakukan hal itu. Tidak peduli kesulitan apa yang kamu hadapi sekarang, kamu dapat meminta pertolongan kepada ibu…"
Aku berhenti sejenak, masih dalam posisi memegang pagar, dan menunduk kebawah, Wow! Ini sangat tinggi!
Aku perlahan berjalan mundur menjauhi tepi atap karena takut jika tidak hati-hati aku akan benar-benar terjatuh.
Wali kelasku masih berusaha menasehatiku tapi dia tidak berjalan mendekatiku lagi.
Aku merasa sedikit gugup dan berharap wali kelasku segera mendekatiku dan menyelamatkanku.
"Jika saat itu banyak yang membantuku, aku tidak akan meninggal seperti ini." teriak Xu Zixi tiba-tiba.
Aku menoleh melihat ke arahnya, angin yang berhembus menggerak-gerakan jimat itu seperti akan terlepas dari kepalanya tapi untung saja jimat itu tidak benar-benar terlepas. Aku tersenyum lega.
Tidak lama kemudian para guru dengan cepat menarik tanganku dan menyeretku menjauhi pagar pembatas.
Para siswa kemudian mulai berdatangan dan mengelilingiku.
Aku dapat melihat Su Rui berusaha melewati kerumunan siswa lain dan menghampiriku. Terlihat wajahnya yang khawatir dan bertanya kepadaku, "Sixi, kamu tidak apa-apa kan?"
Aku dengan cepat menganggukkan kepalaku, kemudian aku mendengar wali kelasku dengan kaget berkata, "Kakimu berdarah."
Aku menundukkan kepala dan melihat darah mengalir dari kakiku.
Ini pasti karena saat mereka menarikku ke tengah-tengah dan tanpa sengaja melukai kakiku.
Baru saja aku akan menjawab aku tidak apa-apa, Su Rui menarik tanganku kemudian menggendongku.
"Bu, biar saya mengantarnya ke UKS."
Wali kelasku bangkit berdiri dan berkata, "Baik, ibu akan menemani kalian." kemudian segera berpaling kepada siswa yang lain, "Kalian semua kembali ke ruang kelas dan belajar sendiri."
Su Rui menggendongku sambil berlari, aku menoleh ke belakang dan dapat melihat Kak Yang Qin sedang berdiri di sebelah Xu Zixi. Kak Yang Qin menatapku dengan dingin. Kedua tangannya ada di belakang punggungnya. Dia berdiri dengan tegap seperti seorang tentara yang sedang bertugas.
Saat Su Rui menggendongku hingga ke anak tangga aku tidak dapat melihat Kak Yang Qin lagi.
Aku dapat merasakan nafas Su Rui semakin lama semakin terengah-engah.
Padahal kakiku hanya tergores, dia tidak perlu sepanik ini. Su Rui seperti sedang menganggapku sedang mengalami luka parah, dia berlari dengan sekuat tenaganya.
Wali kelasku yang menggunakan sepatu hak tinggi juga ikut berlari, tapi tertinggal jauh di belakang.
"Hati-hati jangan terlalu cepat." katanya wali kelasku sambil terengah-engah.
Su Rui tidak mendengarkan perkataan wali kelasku dan tetap berlari.
Tidak lama kemudian kami keluar dari gedung sekolah.
Su Rui mulai melambat, dia terlihat sangat kelelahan. Kemudian aku menepuk pundaknya dan berkata, "Aku bisa jalan sendiri, turunkan aku."
"Tidak apa-apa."