"Bukannya nyaliku kecil, tapi coba saja kakak setiap hari bertemu dengan hantu. Pasti juga akan takut." Aku mengucapkannya tanpa berpikir panjang. Setelah selesai berbicara aku baru menyadari bahwa Kak Yang Qin adalah hantu, tentu saja dia tidak takut dengan hantu. Aku menyesal mengatakan kata-kata itu, tapi aku sudah terlanjur mengatakannya.
Herannya, Kak Yang Qin bukannya memarahiku, dia malah tersenyum dan berkata kepadaku, "Aku setiap hari bertemu dengan berbagai macam roh jahat, aku yang menjatuhi hukuman bagi mereka. Tentu saja aku tidak takut."
Aku membuka mulutku dan bergumam, "Kita kan tidak sama."
Kak Yang Qin tidak berkata apa-apa lagi. Lalu mengulurkan tangannya dan menggenggam tanganku, menatapku dengan lembut.
Saat itu Cheng Fengfeng sepertinya sudah selesai mengembalikan buku dan keluar dari perpustakaan. Dia berdiri di depan pintu perpustakaan dan melihatku bertanya: "Sedang apa kamu duduk di sana?"
"Aku... aku tidak melakukan apa-apa."
Cheng Fengfeng melihat ke arahku kemudian dia tersenyum dan berkata, "Aku menuruti perkataanmu menemui orang yang bernama Shang Yi. Aku melakukan 2 ritual."
Aku tertegun, ternyata Saat Shang Yi mengatakan ada urusan ternyata itu dia harus memberikan ritual untuk Cheng Fengfeng?
"Kenapa kamu melakukannya?"
"Kata Shang Yi wajahku terlihat gelap dan aku akan mengalami kejadian buruk sebelum bulan Januari, sehingga aku harus melakukan ritual agar bencana itu tidak terjadi."
"..."
Shang Yi benar-benar mata duitan.
Dia pasti melihat Cheng Fengfeng berasal dari keluarga kaya jadi dia menakut-nakuti Cheng Fengfeng dengan mengatakan akan ada bencana agar dia bisa mendapat bayaran besar.
Kemudian aku menjawab, "Bukankah kamu hanya ingin sebuah jimat, kenapa kamu melakukan ritual?" Lagi pula jelas-jelas wajah Cheng Fengfeng terlihat sangat segar seperti ini.
Chen Fengfeng mengulurkan tangannya memegang belakang kepalanya kemudian tertawa, "Shang Yi menyarankanku untuk melakukan ritual agar terhindar dari bencana jadi aku melakukannya. Lagi pula biayanya juga tidak mahal."
"Kamu harus membayar berapa untuk 2 ritual yang kamu lakukan?"
"2000 yuan."
"..."
Aku terkejut hingga tidak dapat berkata apa-apa.
2000 yuan itu tidak mahal? Padahal hanya melakukan 2 ritual… Shang Yi benar-benar suka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Dia sudah mengelabui Cheng Fengfeng.
"Tapi setelah melakukan ritual itu aku merasa sangat tenang." katanya sambil melemaskan tubuhnya, kelihatannya suasana hatinya sangat baik.
Aku tidak menjawab apa-apa lagi . Dia tersenyum melihatku, "Jangan duduk di sana terus, ayo pergi ke kelas bersama. Masih ada 30 menit lagi sebelum terlambat untuk absen."
Aku menganggukkan kepala kemudian bangkit berdiri dan berkata, "Aku akan memanggil Su Rui dulu."
Dia melambaikan tangannya dan berkata: "Oke, aku tunggu di sini ya."
Aku berjalan menuju perpustakaan sambil mengenakan penutup mataku kembali. Kak Yang Qin mengikutiku dan berkata: "Aku akan berada di sampingmu."
"Hm."
Aku tersenyum melihat ke arahnya. Kak Yang Qin mengelus kepalaku kemudian membantuku mengenakan penutup mataku. Saat penutup mataku sudah terpakai aku tidak dapat melihatnya, tapi aku dapat merasakan keberadaannya di sebelahku.
Aku pergi menghampiri Su Rui dan mengajaknya masuk ke kelas. Awalnya dia ingin mengembalikan buku-buku itu ke rak, tapi akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan buku-buku itu di atas meja dan hanya membawa buku yang ingin dipinjamnya.
Kami bertiga pergi menuju ruang kelas. Ruangan-ruangan kelas telah ramai dipenuhi oleh para siswa, koridor kelas juga sangat ramai hanya kelasku yang sepi.
Saat kami memasuki kelas kami baru menyadari wali kelas kami sudah berdiri di depan kelas.
Tidak heran kelasku sangat tenang.
Seluruh siswa kelasku sudah berada di dalam kelas.
Wali kelasku sudah berdiri di belakang meja tapi ia tidak sedang membawa buku dan ekspresi wajahnya terlihat sangat serius.
Dia melihat ke sekeliling kelas dan bertanya: "Apa seluruh siswa sudah ada di dalam kelas?"
"Masih ada yang belum masuk bu." kata salah seorang siswa.
"Kalau begitu kita tunggu sebentar lagi."
Seluruh siswa terlihat menunduk sedang serius membaca buku, tapi sebenarnya mereka menunduk karena sedang bermain handphone mereka masing-masing.
Beberapa saat kemudian beberapa siswa masuk ke dalam ruang kelas. Akhirnya seluruh siswa sudah berkumpul berada di dalam kelas.
Wali kelasku mulai berbicara.
"Hari ini ibu mengumpulkan kalian di sini selain untuk mengabsen kalian, ada yang ingin ibu bicarakan."
Ruangan kelas begitu tenang.
Setelah mengisi absensi selama 10 menit, wali kelasku sudah yakin seluruh siswa kelasku telah hadir. Kemudian wali kelasku mulai berbicara dengan nada serius.
"Ibu rasa kalian semua tahu mengenai kasus Xu Zixi. Sekolah sudah membahas masalah ini dalam rapat. Sehubungan dengan kejadian Xu Zixi yang melompat dari atap, pihak sekolah ingin meningkatkan kewaspadaan seluruh siswa mengenai keselamatan…"
Wali kelasku mulai berceramah panjang lebar mengenai keselamatan. Hanya sedikit siswa yang benar-benar mendengarkannya.
Aku merupakan salah satu siswa yang tidak mendengarkan apa yang disampaikan oleh wali kelasku.
Aku merasakan sebuah tangan dingin sedang menyentuh punggungku.
Aku menebak itu adalah tangan Kak Yang Qin, karena dia suka sekali mengusiliku.
Sebenarnya aku berencana mendengarkan wali kelasku tapi aku tidak dapat fokus karena ulah Kak Yang Qin.
"Kak jangan usil."
Aku berbisik-bisik.
Tapi tangan itu tetap menyentuh punggungku.
"Kak aku mohon jangan usil."
Tangan itu kemudian naik menyetuh leherku dan memasukkan tangannya ke dalam jaketku.
Aku dapat merasakan punggungku gemetar kedinginan.
Wali kelasku melihat ke arahku dan memberikan tatapan peringatan seolah mengetahui aku sedang tidak mendengarkannya. Kemudian dia melanjutkan perkataannya: "Murid-murid, ibu tahu kalian memiliki beban karena pelajaran di sekolah, tapi kalian harus belajar bagaimana mengatasi beban itu. Kalian hanya akan berjuang beberapa tahun lagi, setelah masuk kuliah kalian bisa lebih bebas. Jangan pernah mengakhiri hidup kalian seperti Xu Zixi karena beban pelajaran sekolah, mengakhiri hidup bukanlah jawaban terbaik. Kalian harus memikirkan orang tua kalian, mereka sudah bersusah payah merawat kalian hingga besar, menyekolahkan kalian dan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kalian…"
Wali kelasku belum selesai berbicara tapi perkataannya terpotong karena mendengar suara penghapus papan tulis yang terjatuh.
Seluruh siswa melihat ke arah penghapus papan tulis yang terjatuh itu.
Aku merasa seluruh siswa melihat hal yang sama sepertiku, kami semua melihat dengan jelas penghapus papan tulis itu ada diatas meja dan tiba-tiba terjatuh dengan sendirinya.
Ruang kelas berubah menjadi sangat sunyi, tidak terdengar suara apapun, wali kelasku pun berhenti berbicara.
Dia juga melihat ke arah penghapus papan tulis yang terjatuh itu, wajahnya terlihat semakin pucat.
Setelah beberapa menit bel berbunyi dan tidak perlu waktu lama hingga ruang kelas menjadi kosong.
Tapi di kelasku masih ada siswa yang berbisik-bisik.
"Itu pasti ulah hantu."
"Jangan bicara sembarangan."
"... Sekolah ini sangat aneh, bagaimana mungkin penghapus papan tulis bisa jatuh sendiri?! Kamu tadi juga melihatnya kan?"
"Iya aku lihat, menakutkan."
…
Suara bisik-bisik yang semula pelan perlahan menjadi sangat berisik, seluruh siswa mulai berbicara membuat ruang kelas menjadi sangat berisik dan kacau.
Aku menggunakan energiku menggoyangkan badanku seolah memberikan peringatan kepada pemilik tangan yang masuk ke jaketku, "Jangan usil atau aku akan marah!"
Aku selalu mengira bahwa Kak Yang Qin suka mengusiliku, tapi aku percaya dia tidak akan melakukan hal yang menarik perhatian orang banyak.
Mungkin karena penutup mataku semakin lama semakin longgar, tiba-tiba penutup mata itu terlepas dengan sendirinya dan saat itu aku baru menyadari bahwa ada hantu yang sedang duduk di sebelahku.
Walaupun aku belum melihatnya dengan begitu jelas, tapi aku tahu dia bukan Kak Yang Qin. Itu adalah hantu perempuan berambut hitam yang mengenakan terusan putih.