"Kamu mengkhawatirkan dia?" terdengar suara Kak Yang Qin samar-samar.
Aku melihat ke arahnya. Dia tersenyum kemudian melepaskan tangannya yang sedang memeluk pinggangku. Kemudian perlahan-lahan kak Yang Qi menggerakkan tangannya di belakang kursi Su Rui. Disaat bersamaan, Su Rui menyandarkan kepalanya ke kursi sehingga kepalanya menyentuh tangan kak Yang Qi. Spontan ia berteriak terkejut hingga petugas perpustakaan datang menghapiri.
Su Rui sangat kaget hingga buku yang dipegangnya terlepas dan terjatuh di lantai.
Su Rui dengan wajah keheranan melihat ke arahku yang terdiam, kemudian dia baru membuka mulutnya dan bertanya, "Apa yang baru saja terjadi?"
Aku tidak tahu harus berkata apa. Ini semua karena ulah Kak Yang QIn yang usil hingga membuat Su Rui kaget, padahal Su Rui tidak melakukan apapun kepadanya.
"Apa kali ini juga hanya perasaanku saja?" tanya Su Rui dengan wajah pucat dan suaranya gemetar.
Aku tidak bisa menahan tawaku, tapi aku tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi barusan.
Beberapa saat kemudian Su Rui kembali duduk di kursinya dan kembali membaca bukunya. Tapi aku dapat melihat wajahnya yang masih panik dan kebingungan, kedua matanya melihat buku tapi aku yakin dia tidak dapat mencerna apa yang sedang dia baca.
Aku bangkit berdiri dan memberitahunya bahwa aku ingin pergi ke toilet. Su Rui melihatku dan menganggukkan kepalanya.
Aku bergegas berjalan keluar dari perpustakaan, kemudian berjalan ke arah tangga.
Saat itu di tangga hanya ada aku dan Kak Yang Qin, memang tidak banyak orang yang melalui tangga ini. Siswa di sekolahku lebih sering melewati tangga yang satunya.
Koridor ini cukup gelap dan suaranya menggema.
Aku menoleh ke belakang dan melihat ke arah Kak Yang Qin, dengan nada serius berkata, "Bisakah kakak tidak mempermainkan Su Rui, dia itu temanku."
"Kalau teman lalu kenapa? Kalau dia temanmu dia bisa melihatmu seperti itu?"
"Melihat seperti apa?"
Kak Yang Qin tidak menjawab pertanyaanku, dia malah mendongak ke atas dengan ekspresi arogan.
Kak Yang Qin sangat tinggi, tinggiku bahkan tidak melebihi dadanya sehingga setiap aku melihat ke arahnya aku harus mendongak ke atas.
Setelah kupikir-pikir, aku rasa Kak Yang Qin sedang menunjukkan dirinya cemburu. Setelah memikirkan hal ini, aku tidak marah lagi dengannya.
Aku berdehem kemudian bertanya kepadanya, "Kakak cemburu ya?"
Kak Yang Qin melihat ke arahku dengan senyum dingin berkata, "Mana mungkin?!"
"Kalau kakak tidak cemburu jangan mengusili Su Rui lagi."
"Tidak mungkin."
"..."
Kelihatannya Kak Yang Qin masih akan meneruskan kejahilannya.
"Dia benar-benar hanya temanku, aku tidak tertarik dengan Su Rui sedikitpun." kataku berterus terang.
Aku dapat melihat satu alis kak Yang Qin naik kemudian melihatku kearahku sambil tersenyum dan bertanya, "Lalu kamu tertarik dengan siapa?"
Apa masih perlu ditanyakan?
Dia itu bodoh atau bagaimana?
Saat berumur 10 tahun pertama kali aku bertemu dengan Yang Qin aku langsung terpesona dengannya. Walaupun dia bukan manusia, tapi dia adalah suamiku. Sejak perjamuan pernikahan itu hidupku sudah menjadi miliknya.
Aku berani berkata bahwa aku adalah orang yang setia dan tidak akan berpaling ke laki-laki lain.
Aku bahkan belum menjawab pertanyaannya, kak Yang Qin malah sudah tertawa.
"Aku bisa menunggumu, cepatlah tumbuh dewasa. Kita belum melalui malam pertama bersama." dia tersenyum dan berjalan mendekat ke arahku hingga aku terpojok ke tembok.
Jarinya yang putih dan panjang mengangkat daguku, kemudian dia menundukkan kepala dan menciumku.
Di umurku yang masih muda, kontak fisik yang terlalu intim membuatkan sedikit tidak nyaman, tapi aku tidak bisa menolak Kak Yang Qin. Setelah kejadian tempo hari, aku mengetahui bahwa kak Yang Qin terlalu sensitif. Aku tidak ingin melukainya lagi, aku tidak boleh melukainya lagi… Jika aku melukainya, dia akan menghilang untuk waktu yang cukup lama dan aku harus menantikannya untuk datang menemuiku.
Seluruh tubuh Kak Yang QIn terasa sangat dingin, tidak terlepas dengan bibirnya.
Saat dia menciumku aku seolah merasakan sebongkah es yang empuk sedang menyentuh bibirku.
"Kenapa kamu terlihat seperti orang mabuk?" aku menoleh ke arah suara itu berasal dan menghindari ciuman Kak Yang Qin. Aku melihat Cheng Fengfeng sedang melihatku dengan tatapan aneh.
Cheng Fengfeng membawa beberapa buku, sepertinya dia ingin mengembalikan buku ke perpustakaan.
Aku tertawa kecut dan berkata, "Aku sedang berpikir tentang kehidupan manusia, hahaha…"
Aku merasa alasan ini cukup bagus bagi Cheng Fengfeng, dia pasti mempercayaiku.
"Oh aku kira kamu sedang berlatih ciuman." gumamnya lalu pergi ke perpustakaan meninggalkan aku.
Aku berjalan kembali ke arah perpustakaan dan melihat Su Rui masih duduk di tempat yang sama, tapi aku melihat ada seorang gadis yang sedang duduk di sebelahnya. Dia mengenakan terusan berwarna putih, rambutnya hitam panjang tergerai.
Aku hanya dapat melihat punggung mereka berdua, tapi aku merasa tidak asing. Saat aku memperhatikan punggung wanita itu seluruh tubuhku merinding.
Dia… Xu Zixi!
Aku bergegas memasang jimat pemberian Shang Yi dari dalam penutup mataku, namun Kak Yang Qin menahan tanganku dan berkata, "Jika kamu memasukkan jimat itu ke penutup matamu, kamu tidak akan bisa melihatku."
"Tapi aku lebih tidak ingin melihat hal yang tidak ingin aku lihat."
Aku masih ingat saat aku harus memberikan jimatku untuk menahan bayi hantu, aku jadi bisa melihat semua yang tidak ingin aku lihat. Kemudian Shang Yi memberikan aku jimat baru, tapi aku belum sempat memasukkannya ke dalam penutup mataku. Berkat itu aku bisa bertemu dengan Kak Yang Qi dan itu membuatku senang. Tapi setelah melihat Xu Zixi, aku jadi kembali berpikir untuk menggunakan jimat itu.
Mau tidak mau aku harus meletakkan jimat baru itu kedalam penutup mataku.
Kak Yang Qin terlihat ragu-ragu untuk beberapa saat tapi akhirnya dia melepaskan tanganku.
Aku melipat jimat itu hingga menjadi kecil kemudian memasukkannya ke dalam penutup mataku. Setelah itu dengan cepat aku mengenakannya kembali dan aku merasa lebih tenang.
Setelah mengenakan kembali penutup mataku, aku tidak dapat melihat Kak Yang Qin, bahkan aku juga tidak dapat mendengar suaranya. Aku melihat ke arah perpustakaan dan aku hanya melihat Su Rui yang sedang duduk sendirian.
Aku sedikit takut untuk masuk ke perpustakaan, karena bagaimanapun aku sudah mengetahui bahwa Xu Zixi ada di dalam. Walaupun aku menggunakan penutup mata tapi aku masih memiliki sedikit perasaan takut.
Aku membalikkan badan dan menyandar ke tembok, mengulurkan tanganku kemudian melepaskan penutup mataku. Aku awalnya mengira bahwa Kak Yang Qin masih ada di depanku, tapi ketika aku melepaskan penutup mataku, aku malah melihat wajah Xu Zixi yang mengerikan tepat di depanku.
Aku berteriak karena terkejut setengah mati, kakiku terasa lemas hingga aku terjatuh duduk di lantai seperti seekor anjing.
Aku merasakan angin dingin melewati kepalaku tapi aku tidak berani melihat ke atas, kemudian aku merasakan sebuah tangan dingin menyentuh pundakku.
"Bukan aku yang melukaimu, aku hanya ingin menyelamatkanmu. Kumohon jangan apa-apakan diriku…" aku menutup wajahku dengan tangan dan berteriak untuk menenangkan diriku, walaupun sebenarnya kematian Xu Zixi tidak ada hubungannya denganku.
Saat itu karena A Zi menakutiku akupun kabur melarikan, bukan sengaja ingin meninggalkan Xu Zixi. Jika saat itu aku mengajaknya berlari bersamaku, mungkin dia tidak akan menjadi pengganti roh A Zi.
Kemudian katakan jika A Zi berhenti berusaha membuat Xu Zixi menjadi pengganti rohnya dia pasti akan mencari orang lain untuk menjadi pengganti rohnya. Seluruh hal menakutkan ini tidak akan pernah berhenti.
"Ini aku."
Suara Kak Yang Qing.
Tangan itu menekan pundakku sehingga terasa bertambah berat dan suara Kak Yang Qin menjadi semakin keras, "Ini aku, jangan takut!"
Aku membuka tanganku lalu mengangkat kepalaku dengan perlahan karena aku takut melihat wajah Xu Zixi. Setelah aku sudah memastikan yang berdiri di depanku adalah Kak Yang Qin aku langsung memukul dadanya.
"Kakak pergi kemana? Kenapa meninggalkan aku?!"
Kak Yang Qin tertawa sambil menahan tanganku dan berkata, "Kamu kan sudah bertemu dengan berbagai macam hantu, kenapa nyalimu masih kecil."