Acara perjamuan dan kamar pengantin sedang dipersiapkan, namun perjamuannya tidak sama dengan perjamuan pernikahan pada umumnya. Tidak boleh ada makanan yang masih hangat, semua makanan harus dalam kondisi dingin. Ada empat macam buah-buahan kering: leci, longan, persik, dan kacang tanah. Kemudian, ada empat jenis masakan: daging bebek, sosis, hati, dan ikan goreng. Lalu, ada empat buah yang asam: pir, talas, jahe, dan prem. Dan yang terakhir, terdapat empat macam buah-buahan biasa: apel, jeruk manis, leci dan jeruk bali. Selain itu juga ada roti kukus.
Kalau kalian mengira ini semua disiapkan untuk manusia, kalian salah besar.
Tante Ji Li mempersiapkan semuanya seharian. Di halaman terdapat sepuluh buah meja, setiap meja diletakkan hidangan yang sama dan seluruhnya ditutupi oleh kain putih. Kursi yang berada di bawah meja semuanya terbuat dari kayu, berbentuk bulat, dan berwarna putih. Selain itu, di atas kursi yang telah disediakan, diletakkan orang-orangan dari kertas putih, ada yang laki-laki dan perempuan.
Ini semua adalah makanan untuk para hantu yang datang. Hantu yang datang meminum arak dan makan makanan yang telah disediakan sehingga mereka tidak akan menganggu tempat kediaman Ji Sixi di kemudian hari.
Pada pintu halaman ditempel kertas besar berwarna merah dan putih bertulisan "Pernikahan" dan kertas tersebut sengaja ditempel dengan posisi tergantung terbalik.
Diatas sebuah meja besar berwarna hitam, terdapat tulisan "Meja altar milik pengantin laki-laki". Tulisan tersebut menandakan, meja itu adalah meja altar kak Yang Qin, laki-laki yang akan menikah denganku.
Setelah segala persiapan selesai, perlahan langit berubah menjadi gelap. Aku menggunakan gaun pengantin berwarna merah milik mendiang ibuku. Aku berdiri menghadap ke altar pengantin laki-laki. Pada saat itu, tante Ji Li dan Shang Yi telah berjalan meninggalkan halaman dan masuk ke dalam rumah.
Langit malam berubah menjadi semakin gelap. Di bawah kegelapan malam, kertas putih berbentuk orang yang diletakkan di atas kursi-kursi menyilaukan mataku. Angin berhembus dengan kencangnya meskipun ini masih bulan Agustus.
Pada saat itu halaman sangat sunyi, tidak ada suara apapun kecuali suara angin yang berhembus melewati orang-orangan dari kertas tersebut.
"Hei, kamu hanya berkhayal!"
Aku tidak tahu siapa yang melewati rumahku dan meneriakkan kata-kata itu. Langit benar-benar gelap sehingga membuatku tidak dapat melihat dengan jelas dimana orang tersebut. Namun suaranya seperti anak tetangga sebelah.
Aku masih berdiri mematung di tempatku. Hari ini aku tidak menggunakan penutup mata yang dibuatkan oleh Shang Yi sehingga aku dapat melihat segala sesuatu yang ada di sekelilingku dengan jelas.
Tidak sedikit hantu yang telah datang dan masuk ke halaman rumah. Mereka berada di depan meja-meja yang telah tersedia hidangan dan menyantapnya.
Aku berusaha untuk tenang. Aku menoleh ke arah pintu, namun pintu menuju rumah tertutup rapat. Saat itu aku serasa ingin menangis.
Di halaman rumah, satu persatu hantu terus berdatangan. Tak lama kemudian aku dikelilingi oleh para tamu hantu. Aku merasakan dingin di sekujur tubuhku seperti saat aku sedang terserang demam.
Di akhir acara, aku melihat hantu kecil yang kebingungan mencari Yan Qin yang tak kunjung datang.
Walaupun aku merasa takut dengan kak Yan Qin, namun aku menaruh sedikit harapan pada pengantinku. Shang Yi mengatakan kepadaku bahwa kak Yang Qin adalah raja para hantu. Setelah menikahiku, kak Yang Qin yang akan sepenuhnya melindungiku.
Dia adalah penyelamat hidupku.
Malam semakin larut. Saat para tamu hantu mulai meninggalkan halaman, Shang Yi dan tante Ji Li keluar dari dalam rumah.
Shang Yi menghela nafas dan berkata, "Kenapa Yang Qin tidak menampakkan dirinya? Padahal aku sudah bicara dengannya agar hari ini dia datang dan menampakkan dirinya."
Tante Ji Li mendorongku masuk ke dalam rumah. Tante Ji Li dan Shang Yi dengan segera membereskan halaman.
Malam ini aku seorang diri di dalam kamar tidur yang kecil. Tante Ji Li berada di luar ruangan dan Shang Yi tidur di sofa yang berada di teras rumah.
Aku tidak berani memejamkan mata karena aku masih dapat merasakan angin dingin yang aku rasakan pada saat perjamuan pernikahan.
Tante Ji Li telah melepas foto dewa yang ditempelkan di pintu, jadi aku khawatir akan ada hantu yang diam-diam masuk ke kamar saat aku tertidur. Memikirkan hal itu membuatku semakin tidak berani memejamkan mata.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berada dalam ruangan yang kecil ini. Di luar masih sangat gelap seolah kegelapan ini akan terus berlangsung. Aku tidak sabar menunggu matahari bersinar esok hari.