Chereads / Mata Ketiga / Chapter 7 - Ada Sesuatu Yang Tidak Beres

Chapter 7 - Ada Sesuatu Yang Tidak Beres

Aku tidak berani melihat hantu-hantu di sekelilingku, aku juga tidak tahu mereka sekarang sedang melakukan apa. Tubuhku dikelilingi oleh udara dingin, aku merasa seperti berada di dataran es. Aku dapat merasakan udara dingin dari seluruh arah seolah berusaha untuk merasuki seluruh tubuhku.

Hal ini terjadi untuk waktu yang cukup lama hingga tiba-tiba suara-suara yang sebelumnya terdengar berhenti bersuara.

Baru saja aku menghela nafas lega, aku merasakan ada benda dingin yang menyentuh bahuku. Hal itu membuatku sangat ketakutan, jantungku serasa berhenti sejenak.

Aku menahan nafasku dan melirik ke arah bahuku. Terlihat sebuah tangan berwarna putih besar, itu tidak mungkin tangan manusia.

Tangan hantu!

"Amitabha, amitabha…" Aku terus mengulang kata-kata itu.

Setelah beberapa saat, tangan itu perlahan bergeser kebawah.

Aku kembali menggumamkan "Amitabha" dan sekitarku berubah menjadi sangat sunyi, bahkan suara angin pun tidak terdengar kembali.

Aku menghela nafas, mengulurkan tangan untuk menyeka keringat. Aku mengira semuanya telah berakhir hingga aku melihat ke atas dan melihat sebuah wajah putih pucat dengan sepasang bola mata sedang melihat ke atas. Tubuhnya kurus, pendek dengan kepala besar. Kemudian matanya bergerak melihat ke atas dan ke bawah secara cepat seperti sebuah mesin. Melihat hal itu membuat aku tertegun.

Aku menarik kepalaku mendekati tubuhku dan meringkuk ketakutan. Air mataku pun terus mengalir.

Jika sejak awal aku tahu hal seperti ini akan terjadi, dipukul hingga mati pun aku tidak akan mau masuk ke pemakaman. Ini bukanlah tempat yang dapat didatangi semua orang, semuanya sangat menyeramkan. Jika tidak berhati-hati aku dapat menjadi mainan para hantu-hantu disini.

Aku mendengar, hantu dapat merasuki tubuh manusia yang memiliki frekuensi yang sama dengan mereka dan begitu mereka sudah merasuki tubuh manusia itu mereka tidak akan mau keluar. Saat hantu telah merasuki tubuh manusia dan mengendalikannya, lama kelamaan manusia itu akan kehilangan kendali atas tubuh mereka sendiri. Pikiran, serta pergerakan seluruh tubuhnya dikendalikan oleh hantu tersebut.

Jika dirasuki oleh hantu jahat maka kita juga akan dapat melakukan hal-hal yang jahat.

Aku lahir dengan tubuh yang dapat menarik perhatian roh jahat dan ini adalah pertama kalinya aku datang ke tempat seperti ini. Aku pun baru mengetahui bahwa di dalam pemakaman ini ada banyak sekali hantu.

Tidak semua hantu disini tidak berbahaya, seperti hantu laki-laki yang aku baru saja aku lihat. Aku merasa dia bukan hantu yang baik.

"Sixi."

Suara yang memanggilku terasa tidak asing. Aku menoleh ke arah suara itu berasal.

Ternyata itu adalah suara Sha Er.

Saat aku mengangkat kepalaku, terlihat sosok seseorang yang tinggi berdiri di depanku, tapi dia bukan Sha Er.

Aku kembali melihat ke sekelilingku. Semua hantu-hantu sudah tidak ada, bahkan hantu yang api yang berada di atas batu nisan pun tidak terlihat.

"Hei, apa yang sedang kamu lakukan disana?!" Teriak si gendut dari kejauhan.

Aku mendengar suara si gendut, Lin Xiao dan Ziyang dari kejauhan. Aku dapat melihat mereka berdiri dan melambaikan tangan kepadaku tapi aku tidak dapat melihat wajah mereka.

Tunggu, apakah aku ini bodoh?!

Kenapa aku baru menyadari bahwa kabut di sekitarku sudah menghilang dalam waktu singkat?!

Bagaimana mungkin dalam sekejap seluruh kabutnya menghilang, ini seperti sebuah mimpi.

Apakah yang baru saja aku lihat itu semua hanya ilusi?

Tidak mungkin, ini terasa sangat nyata untuk sebuah ilusi.

Penutup mataku terlepas, mana mungkin semua ini hanya ilusi? Jelas-jelas aku melihat sesuatu yang tidak seharusnya aku lihat.

Tapi sekarang aku sudah tidak dapat melihat hal-hal itu lagi dan aku masih hidup.

Yang terpenting aku baik-baik saja! Iya, yang terpenting aku masih hidup!

Aku menghela nafas panjang dan berusaha bangkit berdiri. Tubuhku masih gemetar, aku berusaha meraih penutup mataku dan mengenakannya. Kemudian aku meraih senter yang letaknya tidak jauh dari tempat aku berdiri. Aku mengayunkan senter ke sekelilingku dan aku melihat wajah berwarna putih yang tidak asing, seperti wajah Sha Er.

Akhirnya aku menjadi sedikit lebih lega setelah yakin bahwa itu adalah Sha Er.

"Sixi." Panggil Sha Er.

Aku menatap Sha Er dan menjewer telinganya sambil berkata, "Kenapa kamu berlari kesini?! Aku hampir kehilangan nyawaku gara-gara mencarimu."

Biasanya saat aku menjewernya, Sha Er akan memberontak dan meronta kesakitan. Tapi kali ini dia tidak mengeluarkan suara apapun. Sha Er hanya memandangku dengan kedua matanya yang besar.

Sorot mata Sha Er menunjukkan seolah-olah sedang diperlakukan tidak adil, aku segera melepaskan jeweranku.

Kemudian dia berdiri dengan tegap, memandang ke arahku dan berkata: "Ayo kita pulang."

"...Oh."

Sha Er membalikkan badannya dan berjalan dengan langkah besar menuju tempat si gendut berdiri.

Aku mengikutinya di belakang dengan perasaan sedikit janggal.

Setelah berjalan beberapa lama aku merasa yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tapi aku tidak tahu apa.

Yang penting semuanya selamat, lebih baik segera pulang.

Setelah kembali bertemu dengan si gendut dan teman-temannya, aku baru menyadari bahwa wajah mereka terlihat ketakutan. Mereka tidak bertanya apapun, hanya membalikkan badan dan berjalan dengan cepat seakan-akan ingin meninggalkan pemakaman ini secepatnya.

Setelah kembali ke desa dan melihat lampu rumah-rumah penduduk desa, aku pun merasa tenang.

Si gendut dan teman-temannya berlari dengan cepat hingga aku tidak dapat melihat keberadaannya lagi. Mungkin mereka pulang untuk makan.

Aku dan Sha Er berjalan bersama. Dia berjalan dengan begitu cepat dan membuatku tertinggal dibelakangnya. Aku masih merasa ada yang tidak beres, Sha Er biasanya dia selalu berjalan dengan santai, tidak terburu-buru seperti sekarang. Walaupun dia paling tinggi dan paling tua, tapi biasanya dia akan berjalan di paling belakang. Sekarang dia berjalan dengan begitu cepatnya.

Aku berhenti sejenak berusaha untuk menemukan apa yang janggal.

Aku sekarang tahu apa yang janggal, 

Sikapnya tidak seperti Sha Er yang biasa kukenal!

Hanya namaku yang dia bisa ucapkan dengan lancar, selain itu dia selalu berbicara dengan terbata-bata. Namun saat di pemakaman, dia mengajakku pulang dengan lancar.

Seluruh bulu kudukku berdiri.

Apakah anak laki-laki di depanku benar-benar Sha Er?

Atau jangan-jangan dia dirasuki hantu?

Jika benar, maka semua yang aku lihat di pemakaman tidak mungkin hanya ilusi. Semuanya benar-benar terjadi. Hanya saja aku masih tidak mengetahui bagaimana para hantu dapat tiba-tiba menghilang.

Sungguh tidak dapat kupahami.

Sha Er tiba-tiba berhenti, seperti menyadari aku tidak lagi mengikutinya berjalan. Dia menoleh dan melihat ke arahku.

"Kenapa berhenti?"

"Ehm… Aku… Aku…"

"Aku akan mengantarmu pulang, aku juga ingin pulang."

Dia berbicara dengan lancar dan jelas, tidak terbata-bata sama sekali. Nada suaranya pun terdengar sangat dingin.

Aku menelan air ludahku dan perasaan panik mulai menjalar di tubuhku.

Dia berani berbicara denganku dan bicaranya sangat lancar, dia bukan Sha Er!

Suaraku menjadi terbata-bata dan dengan bersusah payah akhirnya aku dapat berkata, "Tidak perlu, aku.. aku bisa pulang sendiri."

Aku tidak menunggu menjawab darinya dan langsung berlari pulang.

Aku tiba di depan rumah dengan nafas terengah-engah, setelah menutup pintu halaman aku duduk di atas tanah karena kelelahan.

Berlari sepanjang jalan membuat seluruh tubuhku basah dipenuhi keringat, seperti kehujanan.

Setelah akhirnya masuk ke halaman rumah, barulah aku merasa aman dan dapat bernafas lega.

Tante Ji Li telah menempelkan simbol baru di pintu rumah, jadi hantu apapun tidak akan dapat masuk.

Aku dapat melihat bayangan tante Ji Li melalui jendela.

Aku segera bangkit berdiri dan masuk ke rumah. Sesaat setelah masuk kedalam rumah tante Ji Li langsung memanggilku dan memukul pantatku dengan keras.

"Kamu pergi kemana saja?! Bukankah tante sudah bilang kamu harus kembali sebelum langit gelap?"

Aku tidak dapat berkata apa-apa dan tidak berani menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

"Jawab, kamu dari mana saja?" tanya tante Ji Li dengan nada tinggi.

Aku menutup mulutku rapat-rapat tidak berani menjawab.

Melihatku terdiam tidak mengeluarkan suara apapun membuat tante Ji Li semakin marah.