Kata-kata Zhan Muqian yang kuat dan tak terbantahkan membingungkan pikiran Jiang Mianmian. Dia menatapnya linglung dan tanpa sadar bertanya, "Paman, kenapa kamu ingin menikahiku?" Dia memang bertanya-tanya soal itu sejak awal. Dia adalah gadis bermasalah yang terkenal, sementara pria itu adalah bos besar. Sekali saja, dia ingin mendengar alasan panglima perang itu mau menikahinya, bahkan meminta izin ke istana presiden secara pribadi.
Jiang Mianmian sungguh tidak bisa memikirkan jawaban lain. Dia bahkan sempat berpikir bahwa dirinya mungkin memiliki nilai yang berguna untuk rubah tua itu. Tetapi dia tidak mengerti nilai apa yang dimilikinya. Apa karena aku anak presiden yang kaya? Tetapi aku memiliki reputasi yang buruk dan bukan anak dari istri presiden saat ini. Ketika aku meninggalkan istana kepresidenan, hanya sedikit orang yang tahu siapa diriku. Lagipula Zhan Muqian bisa memilih Jiang Li jika membutuhkan anak presiden untuk menjadi istrinya. Jiang Li kan diakui sebagai wanita nomor satu dan wanita paling menarik di Jincheng, dia bisa memberikan apa pun, sedangkan aku tidak bisa memberi apa-apa, ujarnya dalam hati.
Mendengar pertanyaan itu, Zhan Muqian terlihat seperti biasa saja. Jiang Mianmian menatapnya dengan mata lebar, tetapi tidak bisa melihat bahwa dia sedikit emosional. Ekspresi wajahnya seperti tidak mendengar pertanyaan itu dan dia juga tidak marah sama sekali. Dia kemudian mengambil sabuk yang tadi digunakan untuk mengikat gadis itu dan dengan bibir tipis nan seksi, dia berkata, "Sudah malam, sana mandi dan tidurlah."
Jiang Mianmian merasa marah karena pertanyaannya tidak dijawab, kalau saja dia memiliki lebih banyak keberanian dan keterampilan berkelahi yang lebih baik, dia mungkin bisa melawan sang panglima perang. Marahi dia! Ikat dia! Seperti itu… batinnya.
Setelah itu, mata Jiang Mianmian yang cerah melihat isi kamar Zhan Muqian dan dia teringat semua dekorasi di kamarnya. Sejak kecil, dia memiliki kebiasaan yang ketat soal kebersihan, ketika melihat kamar tidur suaminya itu, dia menebak bahwa pria itu memiliki kesamaan dengannya. Setelah mengetahui kelemahannya, dia berguling dan menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya dan berkata, "Aku tidak mau mandi, aku mengantuk."
Jiang Mianmian berusaha membuat Zhan Muqian jijik, aroma asap rokok dan anggur yang kental ditubuhnya dibiarkan mengotori kasur pria itu. Namun, tiba-tiba dia diangkat olehnya dan digendong ke kamar mandi.
Zhan Muqian membuka keran di bak berendam, dia menyipitkan matanya dan berkata, "Nyonya, kenapa tidak bilang kalau kamu menungguku untuk melayanimu secara khusus?"
Jiang Mianmian merasa ingin menendang Zhan Muqian saat mendengar hal itu. Aku bukan orang yang suka menggoda dan membuat marah ketika mabuk! Zhan Muqian lah yang menggodaku di mobil, kamar mandi dan di tempat tidur! Batinnya. Dia pikir dirinya adalah bajingan kelas kakap, tapi nyatanya dia bisa dikalahkan oleh pria itu lagi dan lagi.
Tiba-tiba sebuah ide melintas dibenaknya, jari-jari putih dan lembut Jiang Mianmian menarik sabuk rok yang dikenakannya dan jari lainnya membelai dada Zhan Muqian. Dengan perlahan dia membelai otot-otot keras di dadanya melalui seragamnya. Dia kemudian berkata dengan genit, "Ya, aku memang mengantuk dan tidak mau mandi, kecuali paman Zhan mau menemaniku untuk mandi…" Satu demi satu, tangan putih kecilnya membuka kancing di seragam pria itu. Ketakutannya tadi, sudah tertinggal semuanya di tempat tidur.
Rangsangan kelembutan dan kehangatan membuat napas Zhan Muqian menjadi lebih berat. Jiang Mianmian mengelus dadanya dengan lembut sambil berkata, "Paman Zhan, apakah kamu ingin mandi bersama…"
Wajah Zhan Muqian menggelap, dia meremas lengan kecil Jiang Mianmian dan mendorongnya langsung ke bak mandi membuat rok mininya itu langsung basah kuyup. Dengan wajah yang masih suram dia berkata, "Bajingan kecil, jika kamu berpikir untuk tidak pergi ke sekolah besok pagi, kamu akan kubunuh di sini malam ini!"
Setelah itu, tiba-tiba…
Tangan Zhan Muqian masuk ke bagian bawah bak mandi dan...
"Ssshhhh!" Wajah Jiang Mianmian menjadi merah
Zhan Muqian rupanya mencubit bokongnya yang halus dan berkata dengan kasar, "Jika kamu tidak memiliki cukup keberanian, jangan berani merayu pria!"