"Cemburu?" Lin Xiaoyu menyeringai dan menjawab, "Tuan Muda Lu, aku cemburu pada siapa? Padamu atau kepada Xiaoli?"
"Hal tersebut harus kamu tanyakan pada dirimu sendiri," jawab Lu Liye dengan alis yang terangkat dan tersenyum penuh kemenangan.
"..." Lin Xiaoyu malas berdebat dengannya. Lagi pula, rasa percaya diri Lu Liye selalu berlebihan.
"Beri aku nomor telepon teman sekamarmu," kata Lu Liye tiba-tiba.
"Xiaoli?"
"Omong kosong!" Lu Liye mengeluarkan ponselnya.
Lin Xiaoyu tertegun sejenak, seolah-olah di dalam dasar hatinya dipukul oleh sesuatu, sehingga untuk sesaat dia tidak tersadar.
"Hei! Kenapa kamu bengong? Cepat!" Lu Liye mendesaknya.
"Oh, oh!" Lin Xiaoyu kembali sadar. Lalu, dia bertanya pada Lu Liye sambil mengeluarkan ponselnya, "Bukannya kamu memiliki nomor teleponnya? Dia pernah mengirimkan SMS padamu, kan?"
"Memangnya siapa yang punya waktu untuk menyimpan nomor teleponnya?" jawab Lu Liye acuh tak acuh.