Tapi, itu tidak pernah terjadi hingga suasana panas di kamar tidur berhenti dan suara napas yang kacau menjadi tenang. Sisi lain dari kasur air yang besar terasa sedikit lebih dingin, lalu terdengar suara air di kamar mandi.
Sejak awal hingga akhir, bibir Shao Gubei tidak pernah mendarat di bibir Yan Siyi yang terkatup rapat. Saat itu, Yan Siyi sepertinya memahami sesuatu. Melihat cahaya redup yang diproyeksikan melalui pintu kaca di kamar mandi, terdapat rasa yang tak bisa dijelaskan di dalam hatinya. Dia memalingkan wajahnya, memejamkan mata, dan tertidur.
Pada malam hari, dalam keadaan mengantuk, Yan Siyi selalu setengah tertidur dan setengah terjaga. Kemaskulinan yang akrab telah membungkusnya dengan erat sepanjang malam, sementara kepala kecilnya bersandar pada pelukan hangat Shao Gubei. Pelukan itu selalu memberi perasaan hangat di hatinya. Matanya selalu dibelai, dicium, dan digelitik olehnya, tapi terasa sangat nyaman.