"Cukup… Cukup!" Itu lebih dari yang Yan Siyi pikirkan. Dia mengangguk dengan sungguh-sungguh, seperti sangat khawatir bahwa pria itu akan mundur karena harganya yang terlalu mahal.
Setelah itu, pria tersebut tidak berbicara lagi. Hanya saja, pria itu terus melihat pupil mata Yan Siyi yang jernih. Dalam ingatannya, sepasang mata yang mirip itu memiliki keberadaan yang sangat istimewa. Dia merindukannya, merindukannya, merindukannya…
Yan Siyi sendiri hanya melihat pandangan dan tatapan pria itu padanya. Dia merasa tatapan pria itu terlalu panas, sepertinya semacam kekuatan yang akan membakarnya. Pupil hitam pria itu yang pekat diwarnai dengan perasaan yang kompleks. Dia tidak mengerti sama sekali. Tentu saja, dia bahkan tidak ingin mengerti.
Setelah beberapa saat…
"Ayo pergi!" kata pria itu. Suara itu sedikit tidak jelas. Kemudian, dia mematikan puntung rokok di tangannya ke asbak, bangkit berdiri, dan berjalan langsung ke pintu bar.