Chereads / Cinta Rahasia Mr. Shen / Chapter 15 - Dia adalah Iblis (2)

Chapter 15 - Dia adalah Iblis (2)

Tiba-tiba Shen Shaobai mengeluarkan kalimat seperti itu.

Wajah Wei'ai seketika memerah, bibir merah mudanya terbuka, seperti tidak percaya kalau kalimat itu keluar dari mulutnya.

Tidak beberapa lama, dia mengeluarkan jarinya, dengan marah menunjuk ke arah Shen Shaobai: "Kamu… kamu berani!"

Meskipun Shen Shaobai tidak bisa melihat, tetapi setidaknya dia bisa menduga responnya. Dia merasa sangat menarik. Tetapi, Shen Shaobai harus lebih perhatian lagi. Xia Wei'ai baru berumur delapan belas, masih seorang gadis kecil, dibandingkan dengan dirinya yang sudah tidak muda lagi.

Hidup di pulau terlalu lama, waktu semakin tidak berasa.

Dia hanya bisa mengingat, waktu berlalu sangat lama.

Tidak ada yang menemaninya, selain hanya kesepian.

Ketika dia membawa Xia Wei'ai ke pulau ini, yang dia pikirkan hanyalah Tong Hua. Karena dia mirip Tong Hua, dia ingin Wei'ai tinggal disini. Apa yang dikatakan gadis pelayan itu, dia sangat mengerti. Dia hanya menipu diri sendiri, meskipun mirip lalu kenapa.

Dia, bukanlah Tong Hua, bahkan sifat mereka sangat berbeda!

Meskipun begitu, mungkin karena bosan, Shaobai tidak ingin dia pergi, anggap saja dia memelihara binatang, jika bosan tinggal bermain dengannya lalu bersama-sama menghabiskan waktu yang membosankan ini.

"Siapa yang bilang aku tidak berani?"

Shen Shaobai bertanya balik. Dia duduk di kursi roda, tetapi itu sama sekali tidak menutupi aura wibawanya. 

Tidak menunggu jawaban dari Wei'ai, dia seperti habis mendapatkan ide, kemudian memerintahnya: "Kemari."

Setelah berkata begitu, Wei'ai mengerutkan dahinya, bukan hanya tidak maju kedepannya, sebaliknya dia malah mundur. Dia pikir saat ini, mungkin tidak ada yang lebih menakutkan selain Shen Shaobai!

"Xia Wei'ai, kalau kamu tidak segera kemari, aku akan benar-benar melakukan hal yang aku sebutkan tadi."

Meskipun lama tidak mendapatkan respon, Shen Shaobai masih saja tetap tenang, hanya saja nada bicaranya benar-benar menusuk Wei'ai.

Wei'ai seketika kaku, lalu dengan ragu menggigit bibirnya.

Pria di depannya membuatnya merasa benci, pada saat yang sama membuatnya takut. Karena dia berada ditempat yang asing, dan Shaobai adalah pemilik tempat ini. Meskipun saat ini dia membunuhnya, selanjutnya pasti akan ada orang yang membereskan mayatnya, mau tidak mau dia harus pasrah!

Xia Wei'ai tidak ingin karena tetap bersikeras, lalu membuat Shen Shaobai marah. Kalau dia memanggil pengawalnya, bukankah dia yang rugi?

Setelah berpikir begitu, mau tidak mau dia maju ke depan sedikit: "Ada apa?"

"Lebih dekat lagi…"

Shen Shaobai mendengarnya, kemudian memerintahnya.

"Kamu ingin aku mendekat… untuk… untuk apa?"

Entah mengapa, jika mendekati Shen Shaobai, hatinya akan panik, bahkan berbicara juga jadi tidak lancar.

"Bukankah kau sendiri yang bilang, agar aku membalas tamparanmu?"

Shen Shaobai sedang mempermainkan Wei'ai, nada suaranya seperti sedang main-main.

"Jika kamu menamparku, kita impas?"

Setelah Wei'ai mendengar ucapannya, dia segera bertanya.

Tetapi entah mengapa perasaanya tidak enak, seperti ada yang salah.

Shen Shaobai sama sekali tidak menjawabnya, hanya mengulurkan tangannya, kemudian meraba-raba di udara, seperti sedang mencari sesuatu.

Melihat gerakannya, kemudian mengingat dia tidak bisa melihat, membuat hati Wei'ai luluh. Dia kemudian jalan kedepan ke arah tempatnya berada. Dia sempat ragu sesaat, akhirnya tangannya yang bergetar pelan-pelan diulurkannya, hingga menggenggam telapak tangannya, seketika dia merasakan sensasi dingin mengalir ke telapak tangannya.

Wei'ai melihat dalam kegelapan, kedua tangan yang saling berkaitan itu menyalurkan suhu masing-masing.

Seperti takdir mereka, yang sejak saat itu saling berkaitan.

Mengangkat telapak tangan Shen Shaobai, pelan-pelan meraba wajahnya, kemudian menutup matanya dengan erat.

Dia merasakan telapak tangannya yang meraba wajahnya, seperti ingin mengingat Tong Hua. Wei'ai lalu mendesaknya: "Kamu tampar saja! Setelah selesai menampar, kita tidak lagi saling berhutang."