Tiba-tiba seseorang menunjuk ke mobil Ye Ming dan berseru, "Lihat, pintu mobilnya terbuka dan dia keluar."
"Ya Tuhan! Bahkan dikepung lusinan orang pun dia berani keluar dari mobil," timpal seseorang.
"Lihat dia, gerak-geriknya tidak menunjukkan ketakutan kepada Liao San dan anggota Geng Aoba." Semua orang saling memandang lalu melihat Ye Ming mendorong pintu dan keluar dari mobil dengan santainya. Selangkangan yang tertendang tadi masih sakit, jadi dia tidak bisa membuat gerakan besar. Tapi orang-orang memandangnya berbeda, dia dianggap arogan dan tidak takut pada Liao San dan Geng Aoba.
"Belagu ya kamu!" Melihat gerakan Ye Ming dan mendengar bisikan gosip di telinganya, Yao Jie jadi tidak tahan untuk berteriak padanya. Dia kemudian mengangkat tangan memberi aba-aba pada Geng Aoba untuk melangkah maju. Ye Ming lalu meliriknya dengan tatapan dingin hingga membuatnya membeku, bahkan tanpa sadar mundur selangkah. Tapi karena malu dan marah, dia akhirnya maju dua langkah. Di Kota Donghai ini tidak ada yang tidak bisa dilakukan Liao San karena sekarang kakak iparku yang membawa Geng Aoba sudah datang untuk mendukungku, buat apa aku takut hanya karena tatapan dari seseorang, pikir Yao Jie.
"Hei, kamu kan tadi sangat belagu dan berani memukuli ku pula, kalau berani coba lakukan lagi sekarang," ujar Yao Jie yang mendekati Ye Ming sambil menunjuk ke arahnya. Dia lalu berkata lagi, "Sekarang berlututlah dan memohon belas kasihan, aku bisa mengurangi hukumanmu."
Krek!
Baru saja menyombongkan diri sebentar, Ye Ming tiba-tiba mengulurkan tangannya dan meraih jari Yao Jie, kemudian memuntir dengan pelan hingga terdengar suara tulang yang patah. Yao Jie pun merunduk dan merintih kesakitan karena jari telunjuknya telah patah.
"Temanku… bukannya kamu sudah keterlaluan?" Ucap Liao San. Ketika melihat Ye Ming mengendarai mobil mewah dia tidak bisa mengenali identitasnya. Dia ingin melihat latar belakangnya, jadi dibiarkannya Yao Jie beraksi duluan. Namun, dia tidak menyangka kalau Ye Ming tanpa satu patah kata pun langsung mematahkan jari adik iparnya itu. Melihat hal itu, sekarang dia tidak bisa tinggal diam saja.
"Teman? Memangnya aku sepadan denganmu." Ye Ming mendengus dingin dan melirik Liao San dengan jijik. Kalau bukan karena selangkangannya yang tertendang tadi masih sakit, dia tidak akan berbasa-basi dengan kelompok orang ini dan langsung menghabisi mereka.
"Kamu…" Liao San sangat marah mendengar ucapan Ye Ming. Dia adalah peraih medali emas di Geng Aoba, orang pentingnya Tuan Hong dan dianggap sebagai sosok yang dihormati di Kota Donghai. Tapi sekarang ada seseorang yang berani menghinanya, bisa terbayangkan betapa marahnya dia. Tepat saat hendak memerintahkan bawahannya, dia melihat Ye Ming sekilas, tiba-tiba muncul perasaan seperti mengenal pria itu. Dia mencoba mengingatnya dengan hati-hati, lalu tercengang, tubuhnya membeku dari kaki hingga kepala, untuk sesaat dia bagaikan jatuh ke dalam gua es membuat seluruh tubuhnya menggigil bahkan giginya pun bergetar hebat.
Sementara itu, orang-orang di sekitar merasa terkejut, mereka memandang Ye Ming dengan tatapan seolah-olah pria itu akan mati. Mereka berpikir bahwa pasti ada yang tidak beres di kepalanya, sudah dikepung oleh puluhan orang tetapi dia berani mematahkan jari adik ipar Liao San bahkan menghinanya. Jelas itu namanya cari mati, mau sehebat apa pun dia, celakalah sudah.
"Dasar arogan! Semuanya maju, habisi dia!" Seru Yao Jie. Melihat Liao San gemetar, dia mengira hal itu karena sang kakak ipar saking marahnya sehingga tidak bisa berkata-kata. Dia pun berinisiatif menggantikannya berteriak agar semua orang menghabisi Ye Ming.
"Ayo!"
Sekelompok orang itu dari awal sudah tidak suka melihat Ye Ming yang melecehkan anggota Geng Aoba. Kalau bukan karena menunggu perintah dari Liao San, sudah sejak tadi mereka maju dan menghajarnya. Tapi ketika melihat pemimpin Geng Aoba itu marah hingga gemetar, mereka pun tidak menahannya lagi.