Zou Xiaomi melakukan usaha terbaik untuk membuat makan malam yang sangat mewah. Dia merasa Gu Zijun tidak begitu bahagia hari ini, jadi dia ingin membuat makanan yang lezat untuknya. Meskipun dia tak tahu apa yang membuatnya tidak bahagia hari ini, dia pikir pria itu punya alasan sendiri mengapa tidak memberitahunya.
Sayangnya, Zou Xiaomi tak kunjung melihat Gu Zijun pulang kerja, padahal dia sudah menunggu cukup lama untuk makan malam bersama. Akhirnya, dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain meneleponnya. Tidak disangka, pria itu mengatakan tidak akan pulang untuk makan malam karena tengah melakukan kegiatan sosial hari ini.
Zou Xiaomi tidak bisa berkata-kata lag, dia hanya bisa berkata, 'Baiklah' saat di telepon tadi. Sepertinya, perasaan Gu Zijun benar-benar buruk hari ini, batinnya. Biasanya, jika dia tidak pulang untuk makan malam, dia akan menghubungi untuk memberitahunya, namun hari ini dia tidak meneleponnya sama sekali.
Akhirnya, Zou Xiaomi pun membereskan seluruh makanan di meja makan. Karena tidak mampu menghabiskan makanan sendirian, jadi dia menutup makanan dengan plastik dan memasukkan ke dalam lemari es. Dia berencana untuk memanaskan dan memakannya lagi sendiri besok.
Zou Xiaomi tidak memiliki kegiatan lain setelah makan, jadi dia mengambil kembali buku-buku yang telah dibuang sembarangan. Gu Zijun mengatakan bahwa akan ada tutor yang memberikan les padanya, tetapi tutor itu belum juga datang. Jadi, dia memutuskan untuk membaca buku itu sendiri terlebih dahulu. Meskipun tidak bisa memahaminya, mungkin dia bisa menanyakan kepada tutor dan belajar lebih baik nantinya.
Malam sudah semakin larut saat Gu Zijun kembali ke rumah setelah bekerja. Dia melihat Zou Xiaomi masih duduk di sofa membaca buku. Matanya menyala dan dia sudah tidak canggung seperti siang hari sebelumnya. Kemudian, dia membuka suara dan bertanya dengan ringan, "Kenapa kamu tidak tidur? Menungguku?"
"Ahh? Kamu pulang..." Zou Xiaomi terkejut saat mendengar suara Gu Zijun dan cepat-cepat bangkit dari sofa. Dia melihatnya melepas jas, lalu dengan sopan dia berjalan ke depannya untuk mengambil jas pria itu.
"Tidak, aku hanya membaca, haha. Aku tidak menyangka telah membaca untuk waktu yang cukup lama. Ini sudah larut malam."
"Buku yang kamu beli hari ini?" Gu Zijun mengambil buku Zou Xiaomi dan melihatnya. Itu semua berisi materi sekolah menengah.
"Ya, haha, tapi aku tidak bisa memahaminya. Aku sudah banyak membaca, tetapi yang aku mengerti hanya sepersepuluh dari itu." Zou Xiaomi menggaruk kepalanya, dia merasa sedikit malu.
Zou Xiaomi tadi sudah terlalu lama duduk di sofa, dia meringkuk dengan kakinya yang masih sedikit mati rasa. Jadi, sekarang dirinya merasa tidak nyaman untuk berdiri dan berbicara hingga membuat wajahnya agak merah. Rambutnya juga tampak agak berantakan, beberapa helai rambut berserakan di bahunya. Tapi begitulah penampilannya yang apa adanya, dia juga terlihat seksi dalam cahaya redup.
Gu Zijun ingin membantu, tetapi tiba-tiba dia memikirkan kejadian yang cukup membingungkan malam itu. Tanpa sadar, napasnya jadi sedikit pendek dan dadanya juga terasa sedikit panas. Rasa malu itu membuatnya berkeringat.
"Itu… Aku akan mengajari apa yang tidak kamu tahu. Tutornya belum didapatkan, tapi aku sudah meminta seseorang untuk mencarikan." Untuk menghindari rasa malu dalam dirinya, Gu Zijun terbatuk pelan.
"Benarkah? Aku tidak mengerti di bagian ini." Zou Xiaomi bangkit dengan cepat dan merasa sangat ceria. Dia mengambil buku itu dan membuka halaman yang tidak dimengerti.
Gu Zijun tersenyum bangga dan berkata, "Aku adalah siswa yang sangat baik. Mana mungkin aku tidak memahami materi-materi ini. Coba kamu lihat pertanyaan ini adalah…"
Gu Zijun menjelaskan kepada Zou Xiaomi dengan serius dan sabar. Setelah beberapa saat, dia menemukan bahwa gadis itu terlihat bodoh, namun terlihat manis secara alami, bahkan memiliki kemampuan pemahaman yang kuat. Gadis itu tidak pernah belajar tentang materi persamaan, jadi Gu Zijun mengatakan kepadanya bahwa dia akan bisa memahami dengan sendirinya.
Mungkin karena ini pertama kalinya menjadi guru, Gu Zijun merasa memiliki prestasi, jadi dia terus menjelaskan kepada Zou Xiaomi. Keduanya tampak begitu serius hingga tanpa sadar waktu sudah menunjukkan tengah malam. Dia tidak hanya memberi penjelasan kepadanya, tetapi juga mengambil buku catatan dan bolpoin untuk memintanya mengerjakan beberapa pertanyaan.
Zou Xiaomi sendiri sangat serius belajar, dia membungkuk di meja teh dan menulis dengan sangat serius. Karena sofa sedikit lebih tinggi, dia memilih untuk menulis di meja teh agar tidak terlalu membungkuk. Tulisan tangannya tampak sangat indah. Meskipun dia sudah tidak membaca buku selama beberapa tahun, tulisan tangannya lebih baik daripada huruf di komputer. Sangat indah.