"Ternyata kamu tidak sebodoh yang aku kira." kata Zhong Haotian seolah tidak berniat benar-benar memuji Xue Miaomiao.
Xue Miaomiao mengangkat alisnya dan berkata, "Tuan Zhong, anda hanya belum mengenalku saja. Aku bukan hanya tidak bodoh tapi aku sebenarnya sangat pintar. Jika ada hal seperti ini tuan Zhong bisa serahkan kepadaku, aku jamin pasti akan membantu tuan mengurus semuanya."
Zhong Haotian melihat ke arah Xue Miaomiao lalu tanpa berkata apapun berjalan pergi meninggalkannya.
"Tuan Zhong, anda pergi begitu saja? Tidak memberiku hadiah?" tanya Xue Miaomiao lalu mengikuti Zhong Haotian tapi sudah terlambat karena Zhong Haotian sudah naik mobil dan pergi.
'Walaupun tidak mendapat hadiah tapi setidaknya aku dapat melihatnya dan berbicara dengannya.' pikir Xue Miaomiao dalam hati sambil tersenyum lalu dia kembali ke sekolahnya.
Saat tiba di kamar asrama seluruh temannya ada di sana, hanya Chen Juan yang tidak ada.
'Chen Juan sepertinya benar-benar marah.' kata Xue Miaomiao dalam hati, dia merasa tidak nyaman kemudian memutuskan untuk mengganti bajunya dan pergi ke perpustakaan mencari Chen Juan.
Saat tidak ada kelas, biasanya Chen Juan akan menghabiskan waktu di perpustakaan.
Jalan ke perpustakaan cukup menanjak dan jauh, sehingga Xue Miaomiao sangat jarang pergi ke perpustakaan. Saat tiba di sana dia segera mencari Chen Juan, setelah beberapa lama Xue Miaomiao akhirnya berhasil menemukannya.
Chen Juan memiliki selera yang unik, dia suka membaca buku-buku kuno yang umumnya tidak dibaca oleh anak seumurannya.
"Juan, akhirnya aku menemukanmu." kata Xue Miaomiao sambil tersenyum lalu mengeluarkan sepotong kue tart dan berkata, "Juan, aku salah. Maafkan aku ya."
'Tentu saja ini salahku karena meninggalkan Chen Juan demi Zhong Haotian, tapi ini semua demi masa depanku dengan Zhong Haotian sehingga aku tidak memiliki pilihan lain.' kata Xue Miaomiao dalam hati.
Chen Juan melihat ke arah Xue Miaomiao lalu membawa bukunya dan pindah duduk di pojok seolah mengatakan tidak ingin bertemu dengan Xue Miaomiao.
Xue Miaomiao terus menghampiri Chen Juan lalu duduk di sebelahnya dan meminta maaf berkali-kali hingga membuat Chen Juan merasa terganggu.
"Xue Miaomiao apa kamu tidak bisa diam?" kata Chen Juan setelah tidak tahan lagi dengan Xue Miaomiao yang berisik sambil melotot ke arahnya.
Xue Miaomiao mengganggukkan kepala lalu berkata, "Aku akan berhenti bicara jika kamu sudah memaafkan aku dan tidak marah lagi."
"Kalau begitu kamu duduk disana, jika kamu bisa diam di sana selama 2 jam aku akan memaafkanmu."
"Oke, Juan aku tahu kamu memang baik, kamu yang terbaik!"
Setelah selesai mengatakannya Xue Miaomiao mengambil sebuah novel romantis lalu duduk dan membaca novel itu.
Xue Miaomiao bukan orang yang suka membaca buku. Tidak lama setelah membaca beberapa halaman, Xue Miaomiao pun tertidur di meja perpustakaan.
Sinar matahari terbenam yang berwarna keemasan masuk melalui jendela dan menyinari wajahnya. Wajah Xue Miaomiao menjadi bersinar seperti seorang malaikat.
'Bagaimana bisa di dunia ini ada gadis sebodoh dia.' kata Chen Juan dalam hati sambil tersenyum kecut.
Saat Xue Miaomiao terbangun hari sudah malam tapi Chen Juan masih duduk di tempat yang sama dan membaca buku, lalu Xue Miaomiao bangkit berdiri dan menghampirinya.
"Juan, kamu tidak terlihat seperti orang yang lahir di abad ini. Bagaimana bisa kamu suka membaca buku kuno itu untuk waktu yang sangat lama?" kata Xue Miaomiao yang bahkan tidak dapat memahami judul buku itu.
Chen Juang mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah Xue Miaomiao dan berkata, "Tidak semua orang sama seperti kamu yang selalu bermain."
Mendengar perkatan Chen Juan bukannya marah Xue Miaomiao malah tertawa dan berkata, "Benar juga katamu. Oh ya Juan aku sudah tidak bicara selama beberapa jam, itu tandanya kamu sudah memaafkanku kan? Haduh aku lapar sekali, ayo pergi makan hotpot."
"Xue Miaomiao, apa ada yang bisa kamu lakukan selain makan?"
"Tentu saja ada." kata Xue Miaomiao lalu berkata dalam hati, 'Menyukai Zhong Haotian.'
Saat teringat dengan Zhong Haotian tanpa sadar Xue Miaomiao tersenyum.
Chen Juan yang melihat wajah temannya itu tidak berkata apa-apa lalu bangkit berdiri mengembalikan buku yang dibacanya di tempat semula kemudian mengambil tasnya dan pergi.
"Juan, tunggu aku." kata Xue Miaomiao sambil terburu-buru mengejar Chen Juan.
…
Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata minyak yang menempel pada sampul buku paket yang ditemukan di semak-semak itu merupakan kuah mie, terlebih lagi tempat makan mie di dekat tempat itu sudah tidak buka lagi membuat pemilik tempat makan mie menjadi semakin mencurigakan.
Liu Hao mengikuti saran Xue Miaomiao dan pergi ke SMP yang disebutkan oleh pemilik tempat makan tersebut.
Setiap hari senin seluruh siswa diwajibkan mengikuti upacara bendera.
Pagi itu Xue Miaomiao dan Liu Hao pergi ke sekolah yang disebutkan oleh pemilik tempat makan untuk menemukan petunjuk baru. Walaupun pemilik tempat makan itu bisa saja berbohong tapi mereka tidak memiliki pilihan lain selain mencobanya karena Liu Hao tidak bisa menemukan alamat tempat tinggal pemilik kedai mie itu.
Sesampainya di sana Xue Miaomiao melihat seorang siswa laki-laki yang tidak asing.
Siswa itu bernama Wan Jian, dia adalah siswa kelas 3 SMP dengan nilai yang sangat baik. Wali kelasnya sampai tidak paham kenapa seorang polisi mencarinya. Saat ditanyai oleh Liu Hao, Wan Jian tidak berkata apapun dan wajahnya terlihat murung.
Setelah keluar dari sekolah itu Liu Hao berkata, "Kata gurunya dia adalah siswa yang baik, dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu."
Xue Miaomiao memegang secarik kertas yang berisi alamat rumah Wan Jian yang diberikan oleh wali kelas Wan Jian. Mendengar perkataan Liu Hao, dia tidak bisa menahan diri untuk menghela nafas dan berkata, "Seluruh masalah di dunia ini terjadi karena sebuah alasan, tidak ada yang namanya membunuh dengan tidak sengaja. Kak Hao, ayo kita pergi ke rumah Wan Jian untuk melihat keadaan keluarganya."
Ini bukan pertama kalinya Liu Hao penasaran dengan sikap tenang Xue Miaomiao setiap menghadapi masalah besar. Dia hanya melihat ke arah Xue Miaomiao sambil berusaha membaca isi pikirannya.
Xue Miaomiao seolah mengetahui isi pikiran Liu Hao dan berkata, "Kak, kakak begitu penasaran denganku?"
Liu Hao tanpa memerlukan waktu lama segera menganggukkan kepalanya, "Iya aku sangat penasaran. Pada umumnya jika gadis seumuranmu menghadapi hal seperti ini tidak mungkin bisa setenang dirimu sekarang."
"Itu kan karena aku menonton banyak film detektif, jika banyak menonton mereka juga tidak akan takut."
"Xue Miaomiao, jangan membodohiku. Cepat atau lambat aku pasti akan mengetahui alasan sesungguhnya."
"Tapi kak, aku rasa yang penting sekarang adalah menemukan pembunuhnya kan?"
"..."
Xue Miaomiao dan Liu Hao pergi ke rumah Wan Jian, kebetulan saat itu ibunya Wan Jian sedang memasak. Saat membuka pintu dan melihat ada seorang polisi dia segera menutup pintu, tapi ia kalah cepat karena Liu Hao sudah melangkahkan kaki masuk ke dalam rumahnya.
Gedung apartemen ini terlihat sudah tua, tidak ada lift, dan lantainya becek.
Saat masuk ke dalam rumah, Liu Hao mulai menanyai ibunya Wan Jian, sedangkan Xue Miaomiao hanya melihat sekeliling rumah. Di rumah itu hanya ada 2 kamar, 1 kamar tertutup rapat dan kamar lainnya pintunya sedikit terbuka. Xue Miaomiao diam-diam berusaha melihat ke arah kamar yang pintunya terbuka...
"Suamiku sedang istirahat." kata ibunya Wan Jian sambil menutup pintu kamar sebelum Xue Miaomiao dapat melihat ke dalam ruangan.
"Saya sudah menanyakan hal yang perlu saya tanyakan, anda mengatakan dulu tuan Wan karena sedang mengendarai truk mengalami kecelakaan hingga kehilangan kedua kakinya?" tanya Liu Hao.
Ibu dari Wan Jian menganggukkan kepala dan berkata sambil menggertakan giginya seolah menunjukkan seberapa marahnya dia terhadap kejadian yang menimpa keluarganya, "Karena kejadian itu keadaan keluarga kami menjadi seperti sekarang, semua ini karena kecelakaan itu!"
"Apa saya bisa melihat keadaan tuan Wan sekarang?" tanya Liu Hao lagi.
Ibu dari Wan Jian terlihat seperti sedang mempertimbangkan permintaan Liu hao dengan ragu-ragu dia akhirnya menganggukkan kepalanya dan berkata, "Suami saya sedang istirahat, pak polisi bisa masuk untuk melihatnya. Tapi saya tidak bisa mengizinkan nona ini masuk."