Apa yang terjadi padaku? Kenapa setiap di depan Bei Mingyan aku menjadi gagap.
"Apa itu menjadi masalah?" Ia mendekat dan menampilkan seringai menyebalkan.
Ia sedang mencoba menggodaku!
Aku meneguhkan hati dan membalas tatapannya, "Aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu agar kamu mengerti."
Bei Mingyan tampak terkejut, mata sipitnya sedikit membesar. Ia tidak tahu apa yang akan aku tunjukkan padanya.
Aku menatap dalam ke matanya sambil menyunggingkan senyum. Dalam hati aku mengatakan, 'Jangan berpikir hanya kamu yang bisa menggodaku.'
Aku mengeluarkan ponsel sambil menyeringai. Lalu aku membuka salah satu folder dengan menggunakan kata sandi. Ini adalah folder pribadiku. Folder ini menemaniku selama tiga tahun masa SMA ku untuk membantuku mengurangi beban akademik. Tentu saja, untuk mencegah Xia Qianyang yang sering mengambilku ponselku secara diam-diam, aku menambahkan kata sandi ini.
Bei Mingyan menatap layar ponselku. Saat ini ia sedang terlihat kebingungan dengan mengerutkan alisnya persis seperti yang aku harapkan.
"Apa ini?" Wajah Bei Mingyan terlihat sangat konyol.
Aku tertawa dan tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya memberikan ponsel kepadanya dan membiarkannya melihat dengan jelas.
Layar ponselku menampilkan sepasang kekasih yang sangat luar biasa. Menurutku mereka sangat seksi. Hanya saja, pasangan itu adalah dua remaja laki-laki yang dilukiskan dengan indah, tinggi tegap, dan berotot.
Tentu saja Bei Mingyan tidak akan berpikir sepertiku.
Wajahnya merah padam dan dengan segera ia melemparkan ponsel kembali ke arahku. Wajahnya terlihat begitu muram, tidak bisa dijelaskan, "Benda kotor apa ini?"
Hatiku merasa sangat senang karena dapat membalaskan dendamku. Lalu aku menunjukkan buku komik favoritku. Dengan pemahaman dangkal orang ini tentang pop modern, aku sudah membuka dunia baru baginya.
Memikirkan hal ini, aku hanya bisa tersenyum licik, "Kamu tidak mengetahui hal semacam ini? Aku akan menunjukkan kepadamu beberapa gambar lain agar kamu bisa melihat dengan lebih jelas."
"Ini jelas-jelas dua orang pria." Bei mingyan masih menunjukkan ekspresi aneh yang benar-benar tidak bisa dijelaskan. Aku tidak bisa menahan tawa melihatnya.
Tanpa diduga, Bei Mingyan meraih pergelangan tanganku dan dengan sedikit kekuatannya mendorongku ke kasur.
Tubuhku terjatuh di atas kasur tanpa bisa dicegah dan aku berjuang untuk bangun. Tetapi tubuhnya yang dingin sudah menekanku dan menjebakku di bawahnya.
"Semakin berani menggoda suamimu? Sepertinya aku harus menghukummu." Suara Bei Mingyan terdengar tenang dan rendah di telingaku.
Aku menyadari, aku baru saja terjebak oleh tindakanku sendiri. Aku mencium tanda-tanda bahaya.
Tangannya yang besar mencengkam daguku dan memaksaku untuk menatap wajahnya.
"Jangan..." mulutku tertutup oleh bibirnya yang dingin.
Tubuhku melemah. Saat kelopak mataku sedikit terangkat, aku melihat Bei Mingyan menguburkan kepalanya dalam-dalam di dadaku. Aku sangat terkejut. Pandangan matanya terlihat rakus dan penuh hawa nafsu.
Aku bangun dengan tiba-tiba. Aku menyadari sudah bermain-main dengan api. Aku tidak bisa menahan panik dan rasa takut yang tiba-tiba muncul.
"Bei Mingyan…...jangan menyentuhku..." Aku mulai berusaha menjauhkan kepalanya dari dadaku dan dengan spontan meletakkan kedua tangan menutup dada.
Bei Mingyan terlihat tidak senang. Ia menarik tanganku dan membawa tanganku ke atas kepala, "Lepaskan!"
Benar-benar!
Di hari biasa, ia tampak seperti pria yang terhormat dan saling berbicara tentang satu sama lain dengan sopan. Aku kembali tersadar dan menggelengkan kepala, "Hentikan, lepaskan aku!."
Aku berusaha melepaskan genggamannya.
Sebuah ketukan di pintu kamar telah menyelamatkanku.
Aku mendengar suara Xia Qianyang dari luar pintu. "Xia Qianqiu! Kamu sudah tidur?"
Aku sangat senang. Aku tidak pernah sebahagia ini mendengar suara Xia Qianyang. Aku berusaha membuat suaraku terdengar normal saat berteriak kepadanya, "Belum. Tunggu sebentar, jangan masuk dulu."
Aku menatap ke arah Bei Mingyan dan mengisyaratkan ia untuk segera melepaskanku.
Aku melihat wajah Bei Mingyan berubah muram dan kelabu seperti api yang baru saja dipadamkan. Aku hanya bisa menutup mata dan mendengarkan ia pergi meninggalkanku.