Aku bergegas bangkit dari kasur dan merapikan pakaianku. Aku segera menyisir rambut panjangku yang berantakan. Jika Xia Qianyang melihatnya, akan sulit untuk menjelaskannya.
Aku membiarkan Bei Mingyan bersembunyi di dalam lemari. Tiba-tiba aku menyadari tindakan bodohnya. Ia adalah hantu. Tentu saja ia bisa membuat ilusi agar orang lain tidak melihatnya.
Setelah selesai membereskan kekacauan yang baru saja terjadi, aku membuka pintu kamar.
"Kenapa lama sekali?" Begitu aku membuka pintu, Xia Qianyang menatapku dengan tatapan curiga dan matanya memandang seluruh kamarku. Ia menyeringai, "Apa kamu baru saja melakukan hal yang memalukan?"
"Minggir! Kamu pikir aku orang yang kacau sepertimu?" aku menghela nafas lega. "Malam-malam begini ada apa?"
Xia Qianyang memberiku sebuah undangan yang indah dan elegan. Di sana tertulis kartu ucapan berwarna emas dengan namaku tertulis di atasnya: Nona Xia Qianqiu diundang mengunjungi Bar galaxy untuk berpartisipasi dalam XY Fashion Party. Nama Xu Shengze sebagai presiden XY Fashion di tulis di bawah undangan.
Aku tersenyum. Undangan ini dibuat dengan sepenuh hati.
Xu Shengze adalah pengusaha termuda di kota kami. Karena wajahnya yang tampan, ia seringkali diwawancarai oleh media-media besar. Ada juga sekelompok penggemarnya yang meneriaki namanya setiap hari. Aku selalu menertawakan adegan ini setiap kali melihatnya. Jangan jadi pengusaha jika tidak ingin jadi selebritas internet.
Dia lah orang yang mengirim pesan WeChat saat perjalanan pulang dari desa yang membuat Bei Mingyan cemburu secara berlebihan.
"Aiih, benar-benar penuh perhatian. Hanya undanganmu yang dibuat khusus olehnya dan tertulis juga namamu di sana. Kami tidak mendapat perlakuan yang sama seperti ini." Xia Qianyang berbicara dengan nada sinis.
"Jangan bicara begitu, hanya masalah sepele soal menambahkan nama." Aku mengetuk kepala Xia Qianyang dengan kartu undangan, takut jika itu akan terdengar oleh Bei Mingyan. Aku tidak tahu bagaimana ia akan menyiksaku lagi nanti.
Aku berpikir dalam diam. Mungkin ketakutan Bei Mingyan ada benarnya.
Saat melihat undangan itu, aku menggelengkan kepala. Aku tidak mungkin bersama Xu, kami sama-sama menggetahui hal itu.
Setelah Xia Qianyang pergi, aku segera menutup pintu dan melemparkan undangan itu ke atas meja. Saat aku berbalik aku sungguh terkejut melihat Bei Mingyan berdiri di depanku dengan mata yang terlihat sangat marah.
Aku benar-benar lelah. Aku sudah tidak sanggup lagi menghadapinya, "Jika kamu tidak percaya, ikut aku pergi ke pesta minggu depan."
Ia mengambil undangan itu sambil tersenyum, "Apakah dia pemimpin sombong yang kamu bicarakan?"
Aku tidak bisa menahan senyumku saat mendengar perkataannya.
Saat ia melihatku tertawa, ia langsung menarikku ke dalam pelukannya, "Terkadang aku tidak mengerti apa yang kau pikirkan di kepalamu yang kecil ini."
Aku berhenti tersenyum. Aku merasa seolah-olah ia telah terhubung dengan jiwaku. Aku menatapnya lekat-lekat.
Ia melihatku yang sedang terpikat olehnya, "Apa kamu sangat suka melihatku?"
Aku tersadar dan mendorongnya menjauh, "Tidak."
Dengan tenang ia duduk di sofa dan menatapku, lalu perlahan-lahan membuka suara, "Sudah larut malam. Seharusnya ini saatnya untuk melayani suamimu mandi dan berganti pakaian."
Aku terkejut dan melangkah mundur. Apakah orang ini masih ingin terus membuat masalah baru lagi?
Terlalu berbahaya untuk terus tinggal di kamar dengan serigala lapar ini yang bisa datang kapan saja. Aku tertawa beberapa kali, "Aku akan menyiapkan air untukmu."
Aku berencana untuk melarikan diri. Aku sudah memegang gagang pintu dan bersiap untuk lari.
Bei Mingyan tiba-tiba bangkit dan menghalangi jalanku.
Kupikir ia akan memaksaku. Tetapi ia justru tersenyum menatapku, "Aku hanya menggodamu."
Melihatku seperti kucing yang sedang ketakutan, ia berkata lembut, "Aku tahu kamu tidak ingin berkomitmen denganku sekarang. Aku akan menerima ketiga syaratmu."
Aku bertanya dengan ragu, "Kamu tidak akan menyentuhku?"
Ia menatapku dengan mata elangnya dan tersenyum, "Kamu kecewa?"
Aku buru-buru melambaikan tangan. Hatinya sudah terbuka sekarang, ia tidak lagi berusaha untuk menjeratku. "Kamu berjanji padaku, jadi jangan mengingkarinya."
Dia tertawa, lalu membawa tubuhku ke pelukannya, "Yang Mulia ini selalu menepati janjinya."
Aku merasa lega, meskipun kadang-kadang aku akan tertarik dengannya tanpa disengaja, tetapi aku masih bisa mengendalikan diriku. Belum lagi, ia masihlah seorang pangeran hantu yang tidak kuketahui sama sekali. Dunianya terlalu jauh denganku.
Aku mengambil jari kelingkingnya dan tersenyum, "Kalau begitu semuanya sudah beres."
"Semuanya sudah beres." Bei Mingyan tersenyum lalu membungkuk di telingaku, "Aku akan menunggu sampai kamu siap, tetapi kesabaranku terbatas. Jangan biarkan aku menunggu terlalu lama."
Tubuhku gemetar. Pria itu menatapku dengan senyum lembut, tetapi terkadang senyum itu adalah kekuatan mengerikan yang tampaknya menembus semua penyamaran di hatinya.
Malam itu, aku berbaring di tempat tidur dengan piyama dan Bei Mingyan berbaring di belakangku. Ia memelukku dari belakang.
Aku tidak terbiasa tidur dengan orang lain, apalagi jika itu adalah hantu. Namun ia sudah berjanji untuk melakukan tiga syarat yang aku ajukan.
Sebagai pertukaran dari janjinya, aku juga berjanji padanya untuk mencari sesuatu yang disebut "Roh Hantu" bersamanya di masa depan.
Roh Hantu adalah kristal apung berwarna biru muda dan seluruh permukaannya terbakar dengan nyala api biru. Itu adalah inti dari hantu.
Semua hantu di dunia, termasuk Bei Mingyan, ingin menemukan Roh Hantu itu. Karena kristal biru itu dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan penemunya menjadi semakin besar.
Tentu saja, benda ini hanya akan ada di tubuh hantu, tepatnya, hanya hantu tingkat tinggi yang memilikinya.
Bei Mingyan mengatakan kepadaku bahwa hantu itu dibagi menjadi enam tingkat. Tingkat terendah adalah hantu abu-abu, yang merupakan jiwa kebanyakan manusia setelah kematian. Hantu-hantu ini hampir tidak memiliki jalan untuk pergi, hanya menunggu reinkarnasi di dunia bawah.
Tingkat kelima adalah hantu Baju Putih. Hantu perempuan kulit putih yang kulihat di desa gunung berada di level ini, dan jalannya normal. Jadi aku bisa mengalahkannya hanya dengan tiga pukulan dan dua tendangan.
Tingkat keempat adalah hantu berbaju kuning. Aku belum pernah melihatnya. Konon katanya mereka memiliki kekuatan yang lemah.
Hantu bayangan berada di tingkat ketiga. Hantu perempuan tak berwajah yang kulihat di desa gunung termasuk ke dalam level ini.
Mulai dari hantu bayangan mereka sudah cukup memiliki kekuatan. Jika manusia biasa yang tidak bersenjata bertemu, hampir tidak ada kemungkinan untuk bisa melarikan diri.
Tingkat kedua adalah hantu berbaju merah. Mereka memiliki dendam yang cukup besar dan memiliki kekuatan cukup tinggi.
Level tertinggi adalah hantu hijau. Konon mereka adalah hantu yang bisa menjelma menjadi manusia, bisa menembus dinding, dan sangat kuat.
Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku kepada Bei Mingyuan, "Kamu berada di level berapa?"
Ia menyeringai, "Aku bukan bagian dari level mana pun."
Aku mengangguk mengerti. Ia adalah pangeran dari dunia hantu. Mungkin level itu hanya untuk hantu-hantu rendah.