Kemudian, sejumlah orang, secara mengejutkan, berbondong-bondong memenuhi pintu kediaman Qin Muchen. Di luar sangatlah ramai, namun suasana di dalam rumah itu sangatlah tenang.
Gu Shinian tidak seperti biasanya. Dia membantu Qin Muchen mencabuti serpihan-serpihan kaca di punggungnya dan kemudian mengoleskan obat di lukanya tanpa banyak berbicara. Dia mengolesinya dengan begitu lembut. Meskipun Qin Muchen tidak peduli dengan lukanya, tetap saja Gu Shinian takut Qin Muchen kesakitan.
"Jangan sampai lukanya terkena air, jangan menyentuhnya."
"Aku akan datang ke sini setiap hari untuk mengganti obat untukmu. Jangan banyak menggunakan tanganmu untuk saat ini."
Gu Shinian menurunkan alisnya dan menyeka darah di tangannya sedikit demi sedikit tanpa berbicara. Sementara itu, Qin Muchen bersandar santai di samping tempat tidur dan dengan dingin menatap wajah pucat Gu Shinian. Ia tersenyum dan berteriak, "Apa yang kau takutkan?"
Sedari tadi, Gu Shinian belum berbicara. Bahkan suaranya kaku sekarang.
Tangannya gemetar, dan jarum jahitnya menusuk ke punggung tangan Qin Muchen. Pria itu tidak bergerak, tetapi Gu Shinian terkejut, "Ah, maaf!"
Dia buru-buru mengeluarkan setitik darah dari bekas tusukan itu.
Qin Muchen memandangi tangan Gu Shinian yang sibuk ke sana-sini, "Gu Shinian, apa yang kau takutkan?"
"Tiga tahun lalu, dengan situasi seperti ini, kau pasti telah mengambil tindakan tanpa ragu-ragu. Namun, kali ini tidak."
Gu Shinian mengalami banyak hal sulit karena berurusan dengan Qin Muchen. Latar belakang Qin Muchen terlalu besar dan melibatkan banyak orang. Jika ia melakukan kesalahan, orang-orang di bawahnya akan menderita. Tidak heran jika ia ingin membunuh Gu Shinian.
Gu Shinian ditarik olehnya dan didudukkan di pangkuannya—hatinya berdegup tak karuan.
Sebenarnya tidak juga.
Sebelumnya, dia sudah merencanakan segalanya dengan baik. Namun semuanya berlangsung terlalu cepat. Otaknya hanya dipenuhi dengan pikiran untuk melindungi Qin Muchen.
Jadi, dia tidak pernah berpikir bahwa pengkhianatannya akan menyebabkan begitu banyak orang ingin membunuhnya.
"Bagaimana denganmu?"
"... Qin Muchen, apakah kau juga ingin membunuhku?"
Tunggu, sampai ia bosan bermain-main. Apakah dia harus mengakhiri hidupnya dengan tangannya sendiri?
"Aku tidak menginginkan nyawamu." Hal yang Qin Munchen inginkan adalah hatinya.
Gu Shinian memahami maksud dari kalimat dengan jelas, dan kemudian menjawab dengan bodohnya, "Ya, kau ingin aku merasakan penderitaan yang lebih menyiksa daripada kematian."
Qin Muchen menatapnya lekat-lekat. Pandangannya menyiratkan perasaannya yang rumit. Ia mengambil gelasnya dan menyesap anggur merah di dalamnya, lalu berkata, "Jadi, jangan khawatirkan kematianmu. Setidaknya, aku tidak akan membiarkan orang-orang yang hendak merenggut nyawamu."
Apakah itu adalah kata-kata penghiburan?
Meski terdengar begitu kejam, Gu Shinian diam-diam menyentakkan bibir bawahnya, menyambar gelas anggurnya, dan duduk lagi, "Aku tahu, jika seseorang menyinggungmu, kau pasti akan melenyapkannya sendiri."
Gu Shinian bukanlah pengecualian.
Dengan ekspresi yang santai, Gu Shinian mulai berbicara dengan acuh tak acuh, "Lukanya harus dijahit. Akan sedikit sakit, jadi jangan bergerak."
"Jika kamu tidak bisa menahannya, carilah sesuatu untuk digigit."
Menyedihkan sekali.
Qin Muchen tidak peduli dengan luka kecil ini. Ia bahkan tidak berkedip ketika terkena tembakan peluru. Namun ketika dia menatap Gu Shinian, wajahnya sangat serius dan lembut.
Ia merasa gatal, dan sedikit mati rasa.
Perasaannya sangat kacau. Qin Muchen mendekat tanpa terkendali. Ia mengembuskan napas hangat, kemudian mencium leher Gu Shinian yang jenjang dan putih itu. Seluruh tubuh Gu Shinian gemetar seolah ada arus listrik yang menyengatnya.
"Qin, Qin Muchen ..."
Jarum di tangannya hampir terjatuh.