Jika waktu itu tidak terjadi apa-apa, mereka seharusnya sangat bahagia sekarang.
Gu hanya mendengarkan tanpa berkomentar, dan dia pun tidak menyela.
Setelah tiba kamar tidur, Gu Shinian menggelengkan kepalanya, "Sebenarnya, aku masih berharap ia bisa bersama dengan orang yang disukainya."
Bukannya dengan orang yang berumur pendek.
"Ah, aku tidak boleh memikirkan hal ini. Aku dan dia tidaklah mungkin bersama."
Gu Shinian mendorong pintu dan masuk ke dalam kamar. Dia mengangkat matanya dengan sedih. Benar-benar mustahil mereka bisa bersama.
Dia tidak berani meminta cinta Qin Muchen, karena umurnya tidak panjang lagi. Jika tiga tahun lalu dia berani berharap, maka tiga tahun kemudian, harapan kecil itu akan sedikit demi sedikit berubah menjadi buih.
Klik.
Gu Shinian menyalakan lampu kamar dan menggelengkan kepalanya, mencoba untuk membuang jauh-jauh semua pikiran itu. Dia menemukan dompet dan ponselnya di bawah bantal sofa.
Dia memasukkannya ke dalam tasnya. Tepat saat hendak mematikan lampu, dia melirik ke arah sebuah bingkai foto. Dia tidak asing dengan bingkai foto itu. Gu Shinian ingat tiga tahun lalu, ketika dia ingin melihatnya, Qin Muchen membalik bingkai itu.
Bingkai foto itu begitu berharga bagi Qin Muchen. Apakah itu foto gadis kecil itu?
Gu Shinian telah menggigit bibir bawahnya. Selama ini, dia bukannya tidak penasaran tentang siapa gadis kecil yang hilang namun dapat membuat Qin Muchen begitu mencintainya, tetapi dia tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengetahuinya.
Sekarang, kesempatan besar terpampang di depan matanya.
Gu Shinian mengamati sekeliling, lalu segera melangkah cepat setelah menutup pintunya.
Hanya sekali saja!
Intip sebentar saja! Lalu kembalikan! Pastikan Qin Muchen tidak akan mengetahuinya!
Gu Shinian mencoba memberanikan diri dengan pemikiran ini.
Selangkah demi selangkah, Gu Shinian mendekat, mengambil bingkai foto itu, dan membaliknya. Dia baru melihat pinggirannya sekilas, lalu tiba-tiba terdengar suara rendah di belakangnya, "Apa yang kau lakukan?"
Gu Shinian terkejut, dan bingkai foto di tangannya itu pun terjatuh. Sudah terlambat baginya untuk menyelamatkannya. Seluruh bingkai foto yang terbuat dari kaca itu pecah. Atmosfer di kamar tidur itu terasa begitu mencekam. Tepat di belakangnya ada sepasang mata tajam yang menatapnya tanpa ampun.
Gu Shinian membalikkan badan. Dia menelan ludah dan buru-buru menjelaskan, "Kau, dengarkan aku. Aku tidak, aku tidak sengaja untuk ..."
Rahang Qin Muchen sedikit menegang. Matanya yang tajam menatap bingkai foto yang sudah hancur dengan tatapan yang berapi-api. Suasananya sangat menegangkan.
"Siapa yang menyuruhmu menyentuh barang-barangku?" tanya Qin Munchen, bahkan suaranya pun seolah mengandung niat untuk membunuh.
Selangkah demi selangkah, Qin Muchen berjalan ke arah Gu Shinian dengan aura membunuh. Gu Shinian berpikir bahwa inilah akhir hidupnya. Gu Shinian hanya bisa berjalan mundur. Kakinya yang tanpa alas menginjak serpihan kaca dan terasa sakit.
Gu Shinian menundukkan kepalanya dan melihat kakinya telah berdarah. Dia menggigit kedua bibirnya kuat-kuat dan merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dan bahkan napasnya menjadi sedikit tidak stabil.
"Aku minta maaf."
"Aku, ah!"
Sebelum Gu Shinian selesai berbicara, tubuhnya diseret. Qin Muchen melangkah dengan cepat dan melemparkannya keluar dari pintu, "Keluar!"
Kemarahan Qin Muchen mengejutkan para pelayan yang berada di lantai bawah. Pintu kamar dibanting hingga semua dinding rumah bergetar
Pengurus rumah bergegas membantu Gu Shinian, "Ada apa? Nona Gu, kakimu terluka?"
"Dan Tuan Mu. Ada apa dengannya? Aku belum pernah melihatnya semarah ini."