Gu Shinian mengerutkan bibirnya dengan kuat. Air matanya mengalir. Dia menggigit bibir bawahnya, mendorong tangan pelayan yang hendak membantunya, dan berlari dengan panik.
Pelayan itu berlari mengejarnya: "Hei, Nona Gu, hujannya sangat deras. Ke mana kau akan pergi? Nona Gu!"
Tidak peduli seberapa keras teriakannya, Gu Shinian tidak memedulikannya.
Pelayan itu terengah-engah mengejarnya. Ia menatap jejak kaki darah yang membekas di lantai dan mengerutkan kening, "Ada apa dengan dua orang ini?"
Dia tidak bisa mengatasinya sendiri. Dia harus meminta bantuan orang lain.
Pelayan itu menghubungi Jing Yu, "Tuan Jing, cepatlah ke sini. Ada hal buruk terjadi pada Tuan Mu."
"Ibu Lin, beraninya kau mengatakan bahwa ada hal buruk terjadi pada Qin Muchen," Suara Jing Yu terdengar malas. Ia terdengar sangat acuh tak acuh.
Ibu Lin menghela napas, " Kali ini benar. Nona Gu terluka dan baru saja diusir oleh Tuan Mu. Di tengah malam berbadai seperti ini, ia tidak mengejarnya. Kami tidak berani pergi untuk mencarinya."
Jing Yu buru-buru bangkit dari sofa, "Tidak mungkin, sungguh? Tunggu, aku akan segera ke sana!"
...
Ketika Jing Yu tiba, ia baru tahu apa yang telah terjadi.
Pecahan kaca berceceran di lantai. Dia dengan hati-hati melewatinya dan mengambil foto yang terkena bercak darah.
Jing Yu mengamati sekelilingnya, mengambil tisu, dan menghapus darah di foto itu.
Darahnya sudah tidak bisa dibersihkan. Fotonya sudah usang, jika dicuci dengan air, gambarnya pasti akan luntur.
"Tidak heran kau begitu marah." Ekspresi Jing Yu begitu lembut. Ia meletakkan foto itu di atas meja dan mengangkat bahu dengan tak berdaya, "Namun, melihat keadaan Gu Shinian, kau harus pergi mencarinya."
Setelah memperhatikan orang yang ada di foto itu, Jing Yu mencoba berbicara, "Aku ingatkan, di luar sedang hujan deras, ditambah dengan adanya petir. Tidak mudah untuk mendapatkan taksi di tempat ini. Dia seorang wanita, kakinya juga terluka. Sangat berbahaya bila berjalan di tengah hujan saat malam."
Wajah tampan Qin Muchen bergeming. Dia berdiri di samping jendela, membiarkan angin dan hujan masuk dan membasahi kemejanya, dan dia menutup bibirnya.
Ada kilatan petir menyambar, dan wajahnya seketika memucat. Begitu dia berbalik, dia melihat genangan darah di lantai, dan wajahnya berubah khawatir.
"Selamat, akhirnya kau sadar juga." Jing Yu mengungkapkan kegembiraannya. Dia mengulurkan tangannya dan dengan tulus menyarankan, "Apakah kamu ingin keluar untuk melihat keadaannya? Sepertinya kakinya terluka parah dan dia telah mengeluarkan banyak darah."
Di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Qin Munchen sensitif terhadap darah. Ia bukannya belum pernah melihat darah sebanyak ini. Namun karena darah ini keluar dari Gu Shinian, tentu saja ini berbeda.
Seketika, Qin Muchen kembali sadar dan ia meraih kunci mobil lalu keluar. Akhirnya, Jing Yu merasa lega. Dia tidak peduli dengan hidup dan matinya Gu Shinian, tapi ia hanya takut jika sesuatu terjadi pada Gu Shinian, Qin Muchen akan menjadi gila.
Pelayan yang menyaksikan kejadian itu dari awal hingga akhir berkata dengan senyum masam, "Sebenarnya, lebih baik jika nona muda itu tidak kembali. Saya sangat berharap Tuan Mu dan Gu Shinian hidup bersama."
Jing Yu menghela napas dengan makna yang tidak jelas, "Nona muda itu tidak ingin kembali. Keputusan berada di tangannya. Qin Muchen terlalu lunak padanya, jika tidak, dia tidak akan begitu bebas."
Pelayan itu menggelengkan kepalanya, memikirkan sesuatu, dan tampak menyesal. "Tapi sialnya, aku lebih suka Nona Gu. Nona Gu bisa melakukan hal baik demi Tuan Mu, berbeda dengan nona muda itu. Aku hanya takut kalau Tuan Mu tidak akan bahagia dengan nona muda itu."