"Kok berhenti? Kalian lagi ngomongin gue ya?"
"Dih, GR banget sih lo." Lano berdalih.
Sementara Sean bersikap biasa saja. "Lo gak keluar?" Sean melirik Lano tajam.
"Apa-apaan lo ngusir gue? Kalau gitu gue gak usah nganterin baju lo—"
"Motor lo." Potong Sean, menunjuk motor Lano yang masih terparkir di pekarangan rumah Mensa.
"Motor lo mau gue jual?" ancam Sean.
Lano mengercutkan bibirnya, menatap Sean kesal. "Gak emak, gak anak, hobinya ngancem gue terus," gerutu Lano sebelum keluar dari mobil Sean dan mengambil motornya.
Mensa tersenyum melihat perdebatan antara Sean dan Lano. "Lano berbanding terbalik sama lo ya?"
Sean bergumam singkat, meng-iyakan pendapat Mensa. "Lano lebih mirip sama bokap,"
"Oh, pantesan,"
Sean mulai menginjak pedal gas dan mengendari mobilnya pergi menuju tempat makan untuk sarapan sebelum pergi berangkat ke sekolah.
***