Jaeta memperhatikan papanya yang tengah sibuk menelpon seseorang di balkon kamar inapnya. Jaeta yakin papanya itu tidak sedang menelpon dengan rekan bisnisnya, ketimbang berwajah kaku dan serius, wajah papanya tampak hangat.
Juan berjalan masuk lagi mendekat ke ranjang Jaeta dan duduk di kursi yang tersedia disana.
"Jae, sebentar lagi Anala kesini." Juan mulai berbicara.
"Lalu?"
"Papa tahu kamu belum ingat Anala, tapi papa yakin kamu bisa paham keadaanya dari penjelasan-penjelasan yang disampaikan mama kamu dan yang lainnya. Papa harap kamu nanti bisa jaga sikap kamu ke Anala agar tidak terlalu membuatnya sedih karena kamu tidak ingat apapun tentang dia."
Jaeta mengerutkan dahi mendengar permintaan papanya, "kenapa harus sih, Pa? Kenapa harus aku yang repot?"