Jaeta mengernyit bingung, "mastiin?"
Arvin mengangguk, "abang udah denger dari Nala. Abang takutnya kalian dikasih restu hanya karena malas berseteru. Khususnya untuk Paman Raka, abang yakin cuma karena melihat Anala uring-uringan dan Mama Zizi marah ia bilang dia kasih restu. Kalau masalah orang tua kamu abang ga tahu pasti."
Jaeta terdiam dengan pandangan jauh kedepan.
"Masalah orang tua kalian sudah berlangsung lama, apa menurutmu semudah itu menyelesaikannya?" lagi Arvin menjelaskan apa yang ia pikirkan.
"Benar juga, sebelumnya kami hanya terjebak euforia kata restu semata."
"Makanya kamu coba cari cara buktikan kebenarannya."
Jaeta mengangguk, "iya bang, aku coba cari cara dan waktu untuk hal ini."
Arvin menatap tajam Jaeta, "emangnya ga ada niatan ketemu untuk bahas hubungan kalian kedepannya gimana? Diskusilah untuk masalah nikah."
Jaeta yang sedang minun langsung tersedak, "uhuk! Ehm, nikah?"