"Jae? Jaeta, kamu udah bangun nak?" Jeni mengetuk pintu kamar Jaeta berulang namun tak kunjung ada sautan dari sang pemilik kamar.
Karena bosan sekaligus penasaran, Jeni memutuskan membuka pintu yang memang jarang dikunci tersebut, dan pandangannya langsung tertuju pada Jaeta yang baru saja hendak bangun dari posisi tidurnya.
"Selamat pagi pangeran kesiangan," sapa Jeni tertawa sambil membuka gorden jendela kamar Jaeta yang cukup besar hingga kamar langsung terang benderang.
Jaeta terkekeh kecil sambil mengusap matanya yang masih sangat mengantuk, "tumben kesini pagi-pagi."
"Nggak, cuma iseng aja."
"Papa mana ma?" tanya Jaeta pada mamanya yang duduk di ranjangnya.
"Udah ke kantor dari tadi."
Jaeta menghela napas pendek, "masih marah pasti."
Jeni terdiam memperhatikan wajah lesu anaknya yang biasanya lebih cerah dibanding cahaya pagi, "udah coba ngomong sama papa?"