Anala terkejut dan langsung sadar bahwa kekesalannya tadi juga membuat Jaeta kesal, "kok kamu malah ngomong gitu sih?"
"Aku tahu, wajar disaat ini tidak ada yang mempercayaiku atau berpihak padaku, aku bukan Jaeta yang dulu lagi. Aku bukan siapa-siapa sekarang, tidak punya apapun."
"Ngomong apa sih? Kenapa kamu sensitif sekali?"
"Sensitif? Aku yang sensitif atau kamu yang mulai tidak nyaman dan mau ninggalin aku?"
Anala ikut meletakkan garpu dan sendoknya karena selera makannya yang entah sudah hilang kemana, "aku tetap nungguin kamu dan nggak peduli apapun kata orang, bahkan hubungan kita entah apa, aku masih berharap semuanya akan baik-baik saja. Setelah melalui ini semua kamu tega ngomong begitu?! Kamu keterlaluan Jae!"
Jaeta tersadar ia baru saja memancing keributan diantara mereka, nada bicara Anala meninggi padanya.
