Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 7 - AWASI DIA

Chapter 7 - AWASI DIA

Arumi terus meronta saat kedua lengannya dikunci dan dihimpit oleh Rayyan ke tembok. Tenaga Arumi kalah besar dari Rayyan. Dia tidak bisa lari dari Rayyan sekarang. Dia merutuki kebodohannya karena telah mengatakan sesuatu yang konyol, hingga menyebabkan singa yang ada di depannya ini murka.

Rayyan menatap bola mata indah di kedua mata Arumi. Kedua mata mereka bertemu. Rayyan yang merasa terhipnotis dengan tatapan Arumi, melihat bibir Arumi, membuatnya ingin menyentuhnya. Perlahan dia mencium bibir gadis itu, melumatnya dengan lembut. Rayyan yang tidak biasa berciuman, ini adalah pertama kalinya dia mencium wanita. Dan itu adalah istrinya.

Arumi tidak bisa menahan diri dari sentuhan yang didaratkan suaminya ke bibirnya. Rayyan sama sekali tidak menyakitinya, bahkan terkesan lembut saat melakukanya. Cengkraman tangan Arumi pada lengan Rayyan perlahan mengendur. Dia akui dia menikmatinya.

Tak lama kesadaran Rayyan kembali. Segera dia lepaskan ciuman itu dan mengalihkan pandangannya ke segala arah. Dia merutuki dirinya yang terlihat lemah di hadapan istrinya. Untung saja dia tidak melakukan hal yang lebih jauh dari ini.

Arumi hanya diam membeku saat Rayyan melepaskan ciumannya. Wajahnya nampak merah. Mereka sama-sama malu.

"Bukannya dia sering bercinta dengan wanita, kenapa dia terlihat malu saat menciumku?" Batin Arumi.

"Keluar kamu dari kamarku!" Bentak Rayyan.

"Eh, kamu lupa? kuncinya kamu yang bawa. Dimana coba sekarang kuncinya?" Kata Arumi mencoba mengingatkan Rayyan kalo dia yang sudah membuangnya.

Rayyan menyesali dirinya yang ceroboh membuang kuncinya sembarangan. Dia ingat terakhir melempar kunci itu ke kolong tempat tidur. Dia dorong Ranjang berukuran king size itu dengan sepenuh tenaga. Dia tengkurap dan mengintip di celah bawah kasur tak ada kunci di sana.

"Aduh kemana lagi itu kuncinya."

Rayyan mencari di semua tempat namun nihil. Sepertinya kuncipun mendukung mereka untuk berduaan di kamar.

Diliriknya jam sudah pukul sebelas malam. Sudah saatnya mereka tidur. Arumi tidak berani buka suara karena takut Rayyan akan gelap mata lagi. Dia sudah cukup mengambil ciuman pertama Arumi tadi.

"Kamu tidur di sofa. Aku di kasur."

"Eh mana ada seperti itu, aku perempuan, harusnya aku yang tidur di kasur." Arumi segera mengambil tempat di kasur king size milik Rayyan. Dia segera berbaring dan tidur. Rayyan tidak bisa apa-apa. Akhirnya dia yang mengalah tidur di sofa.

PAGI HARINYA.

"Ahhhhh.... Rayyan.. Apa yang kamu lakukan di sini?" Arumi menjerit histeris saat melihat Rayyan berada di sampingnya dan memeluknya seperti guling.

Mendengar teriakan Arumi membuat kesadaran Rayyan kembali. Dia mengerjapkan matanya, lalu betapa kagetnya dia berada di kamar yang sama dengan istrinya?

"Harusnya aku yang bertanya, kamu sedang apa di kamarku, haa?

Arumi melirik pakaiannya yang masih lengkap, dia menghela nafas panjang. "Syukurlah."

Arumi malas berdebat dengan Rayyan. Dia memilih untuk mencari kunci yang semalam dibuang oleh Rayyan. Dia menyusuri setiap tempat di kamar Rayyan. Arumi bergidik ngeri ketika melihat kain segitiga milik Rayyan tergeletak di samping tempat tidur. terpaksa dia mengambilnya dan membukanya.

"Ahh..ini dia ketemu.!" Arumi segera melempar kain segitiga milik Rayyan dengan jijik. "Jorok banget sih jadi cowok." Rayyan tersentak mendengar ocehan Arumi. Dia melotot ketika Arumi membuang kain segitiganya begitu saja.

Rayyan merasa sangat malu pada istrinya. Lagi-lagi dia ceroboh menaruh benda pribadinya sembarangan. Tapi untunglah kuncinya ketemu, dan akhirnya Arumi keluar dari kamarnya.

*******

" Arumi.. Kamu harus tegas pada suamimu. Kamu tahu apa yang dia lakukan dengan perusahaan kita?" Ucap Andre yang tiba-tiba datang menemuinya.

"Ada masalah apa lagi Ndre?" Ucap Arumi khawatir. Sebulan sudah sejak mereka berciuman, Rayyan telah banyak melakukan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan.

"Rayyan telah mengatasnamakan perusahaan ini atas namanya. Dia sekarang sedang membangun perusahaan baru dengan identitas baru dan menarik investor lama kita ke perusahaan miliknya. Artinya perusahaan ini sudah tidak lagi milik ayahmu. Dia melakukan banyak terobosan akhir-akhir ini. Dan banyak investor yang tertarik. Tapi orang kepercayaan kita sudah dipecat semua olehnya, diganti dengan orang-orang baru.

"Astaghfirullah.. Apa sebenarnya tujuan Rayyan?kenpa dia ingin sekali menghancurkan perusahaan Ayah? Aku akan segera menemuinya."

Tanpa permisi, Arumi melangkah memasuki ruangan milik Rayyan. Di sana dia sedang bermesraan dengan sekretarisnya. Arumi tidak peduli. Dia hanya ingin Rayyan mengembalikan semua milik Ayahnya.

"Apa lagi yang kamu rencakan Ray? Kenapa kamu begitu menginginkan semua ini?.

"Itu belum ada apa-apanya dibanding dengan perbuatan ayahmu pada ayahku. Kamu nikmati saja semuanya. Jika kamu tidak suka, kamu bisa keluar dari perusahaan ini.

"Apa kamu bilang?keluar? ini perusahaan ayahku. Aku tidak akan keluar dari sini. Aku akan mengambilnya kembali darimu."

"Coba saja kalau bisa, gadis bodoh." Ucap Rayyan tanpa ada rasa bersalah.

Arumi menyadari ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dari Pak Budi, sopir pribadi ayahnya.

"Ada apa Pak Budi?" Tanya Arumi.

"Mbak, Pak Ferdi mengalami serangan jantung. sekarang beliau ada di Rumah Sakit Sentral Medika."

"Innalillahi.. Saya akan segera ke rumah sakit Sentral Medika, Pak." Arumi bergerak keluar ruangan Rayyan dengan berderai airmata.

Rayyan merasa ada yang tidak beres dengan dengan Ferdi. Karena tadi Rayyan mendengar Arumi menyebut nama Rumah sakit.

****

"Dimana Ayah, Pak?"

"Ada di dalam mbak."

Arumi melapisi pakaiannya dengan pakaian yang disediakan rumah sakit saat menemui Ayahnya. Ayahnya bernafas dengan berat. Dibantu dengan selang oksigen.

"Ayah.. Ayah harus kuat ya."

Ferdi melepaskan alat bantu pernafasanya agar lebih leluasa berbicara pada Arumi.

"Nak, tolong sampaikan maaf Ayah pada Rayyan."

"Dia yang harusnya minta maaf,Yah. "

"Tidak Nak, Ayah yang salah karena telah merebut semua miliknya. Merebut perusahaan ayahnya dan juga.. Ibunya."

"Ayah.." Arumi tidak menyangka akan kenyataan ini.

"Dia berhak atas semua itu. Karena memang itu adalah miliknya. Ayah sudah berdosa padanya dan Ayahnya. Tolong sampaikan maaf Ayah padanya, Nak." Nafas Ferdi semakin berat. Dia melafalkan syahadat berkali kali dengan bimbingan Arumi dan terakhir ia menyebut Allah dan menutup mata untuk selamanya." Arumi menangis histeris ketika satu-satunya orang yang dia sayangi sudah pergi untuk selamanya.

Tanpa dia tahu, Rayyan mendengarkan perkataan Ferdi dengan seksama. Melihat Arumi menangis membuatnya sedikit merasa iba.

Dia segera keluar dari rumah sakit sebelum Arumi melihatnya.

Pemakaman Ferdi di laksanakan hari itu juga. Arumi nampak sangat terpukul dengan kepergian Ayahnya. Rayyan bersedia hadir karena dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan orang-orang kalau dia tidak datang.

****

Arumi membawa semua pakaiannya di dalam koper miliknya. Hari ini tepat setelah tujuh hari kepergian Ferdi, dia berniat untuk keluar dari rumah Rayyan. Arumi berjalan melewati Rayyan yang sedang membaca koran.

"Kamu mau kemana?" Tanya Rayyan pada Arumi.

"Bukan urusanmu."

"Kamu istriku. Jadi aku berhak tahu kemana kamu pergi."

"Haah.. sejak kapan kamu menganggapku istri? Mulai sekarang aku akan pergi dari rumah ini. Ambil saja semuanya jika itu membuatmu puas."

Rayyan hanya bisa menatap punggung istrinya yang semakin menjauh. Dia lantas menelpon seseorang.

"Awasi kemanapun dia pergi. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan dia."

******