Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 29 - KEENAN SAKIT

Chapter 29 - KEENAN SAKIT

Arumi merasa kecewa karena Keenan tidak juga menyentuh makanan yang dibelinya. Lalu Arumi melangkah pergi meninggalkan Keenan yang sedang sibuk bekerja di dalam ruangannya. Arumi kembali ke showroom tempat dia bekerja. Ada perasaan sedih ketika meninggalkan Keenan, tapi Arumi berusaha untuk mengabaikannya. Dia tetap bekerja seperti biasa bersama Intan dan Mita. Menyiapkan pesanan yang masuk di beberapa marketplace.

Jam sudah menunjukkan waktu pulang, Arumi, intan dan Mita bersiap untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Arumi menyuruh Pak Ujang, penjaga pabrik untuk menutup showroom nya.

Arumi pulang seperti biasa bersama Lilis naik angkot. Malam harinya setelah maghrib Arumi mendapatkan telepon dari Bu Ema.

" Assalamualaikum Bu Ema Ada apa ya? "

"Waalaikumsalam, Arumi Bisakah Ibu minta tolong sama kamu? Dari tadi sore Ibu menghubungi Keenan, tapi tidak diangkat. Ibu khawatir terjadi apa-apa dengannya. Apa saat kamu pulang kerja tadi bertemu dengan Keenan? "

"Tadi saya tidak bertemu dengan mas Keenan Bu, tapi tadi siang saya sudah membelikan makan untuknya. Hanya saja waktu saya keluar dari ruangan dia sama sekali tidak menyentuh makanan itu dan masih sibuk bekerja."

"Aduh, Apa mungkin maag-nya kambuh ya? Bisakah kamu untuk melihatnya ke pabrik?"

"Iya Bu setelah ini saya akan pergi ke pabrik, saya akan melihat Mas Kenan."

"Terima kasih Arumi, nanti tolong kabarin Ibu ya kalau kamu sudah melihat keadaan Keenan. Dan suruh dia untuk menghubungi Ibu ya. "

"Iya Bu Ema Nanti akan saya sampaikan pada mas Keenan . "

Hati bu Ema tiba-tiba menghangat, apa dia salah dengar? sedari tadi Arumi memanggil Keenan dengan sebutan Mas di depannya. Bu Ema tersenyum-senyum sendiri saat menyadari Arumi sepertinya sudah membuka hati untuk Keenan.

Arumi bergegas mengambil sweater-nya dan menitipkan si kembar pada Bu Fatma dan babysitter yang membantu di rumahnya.

"Mau kemana Mbak Arumi? "

"Bu Fatma, saya titip kembar ya. Bu Ema meminta tolong pada saya untuk melihat keadaan Mas Keenan di pabrik Bu. Karena dari tadi sore mas Keenan tidak bisa dihubungi. "

"Oh ya sudah hati-hati ya minta tolong Mang amin Untuk mengantarmu ke sana. "

"Iya bu saya akan ke rumahnya sekarang. "

Arumi segera menuju ke rumah Mang Amin, tetangganya yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang ojek.

"Assalamualaikum . "

" Waalaikumsalam, Eh teh Arumi Ada apa ya?

"Bisa tolong antarkan saya ke pabrik R2 Mang? "

" Iya Iya Teh tunggu sebentar ya saya ambil motor dulu. "

"Saya tunggu di luar ya mang."

Arumi yang diantar oleh Mang amin, pergi ke pabrik tempat Keenan berada sekarang. Sepanjang perjalanan Arumi merasa khawatir terjadi sesuatu kepada Keenan. Tapi dia masih berusaha untuk tenang.

Beberapa saat kemudian motor berhenti di depan pabrik, di sana ada penjaga pabrik yang sedang menikmati kopi dan rokok nya.

" Mang tolong tunggu di sini sebentar ya. "

Arumi menghampiri Pak Ujang penjaga pabrik R2. Pak Ujang segera membuka pintu dan mempersilakan Arumi untuk masuk mencari Keenan. Arumi berjalan tergesa, karena ruangan Keenan memang agak jauh dari pintu gerbang. Arumi melihat ruang kerja Keenan yang lampunya masih menyala. Arumi bertambah khawatir karena ruangan itu terlihat sepi.

Arumi mengetuk pintu pintu namun tidak juga dibuka. Arumi Mencoba membuka pintu dan ternyata tidak dikunci. Arumi segera masuk, dia melihat bungkusan nasi yang masih utuh tanda bahwa Keenan sama sekali tidak memakannya. Dia menoleh ke kanan ternyata Keenan berada di sofa merintih kesakitan.

Arumi menghampiri Keenan yang sedang kesakitan.

"Mas, Mas Keenan kenapa? "

Keenan tidak menjawab Dia seperti menahan rasa sakit. Wajahnya pucat dan tangannya terus memegang perutnya. Arumi menduga kalau penyakit maagnya Keenan kambuh. Arumi membantu Keenan untuk berdiri, dan membawanya ke rumah sakit. Pak Ujang yang melihat dari kejauhan Arumi sedang memapah Keenan, berlari menghampiri Arumi dan membantu memapah Keenan. Dia tidak tahu kalau Keenan ternyata sakit di dalam.

"Mang, tolong Mang Amin pulang dan bilang ke Bu Fatma kalau saya harus mengantarkan Mas Keenan ke rumah sakit."

"Iya Mbak Rumi saya akan pulang dan nanti akan saya sampaikan kepada Bu Fatma."

"Terima kasih ya mang. "

Arumi dibantu oleh Pak Ujang memapah Keenan masuk ke ke dalam mobilnya. Pak Ujang segera masuk ke dalam mobil milik Keenan, lalu mengemudikannya.

Sampai di Rumah Sakit Keenan segera dibawa ke ruang IGD. Arumi dan Pak Ujang menunggu diluar, Arumi segera menghubungi Bu Ema kalau Keenan berada di rumah sakit sekarang.

" Assalamualaikum Arumi. "

" Waalaikumsalam Bu Ema. Tadi saya sudah ke pabrik dan menemukan Mas Keenan sedang kesakitan di ruang kerjanya. Sepertinya maag-nya Mas Keenan sedang kambuh."

"Tuh kan, Keenan selalu tidak memperdulikan kesehatannya. Arumi Tolong kamu jagain Keenan dulu ya. Karena adik saya disini juga membutuhkan dukungan saya. " Padahal Bu Ema memang sengaja untuk tidak segera pulang ke Garut. Dia ingin Arumi yang merawat Keenan, dengan tujuan agar Arumi dan Keenan bisa lebih dekat. Walaupun dalam hati Bu Ema merasa khawatir dengan keadaan Keenan. Tapi dia yakin Arumi pasti akan menjaga Keenan dengan baik. Adiknya, Yudha sedang sakit keras. Sedangkan Iyan sangat sibuk dengan pekerjaannya. Jadi Bu Ema membantu Iyan menjaga Yudha di Rumah Sakit. Apa lagi Iyan juga harus memantau perusahaan yang ada di Jakarta dan di Bandung.

" Iya bu, saya akan membantu merawat Mas Keenan. Ibu tidak perlu khawatir semoga mas Keenan akan segera pulih. "

Arumi menutup sambungan teleponnya. Arumi bingung, 1 Sisi dia ingin menjaga Keenan tapi di sisi lain dia juga punya si kembar yang masih membutuhkan asinya.

Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan pada Arumi bahwa Keenan menderita sakit maag. Keenan harus dirawat beberapa hari di rumah sakit. Arumi merasa kebingungan karena dia memikirkan si kembar.

Arumi masuk ke dalam ruangan menemui Keenan yang sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawat inap. Keenan masih merasa kesakitan. Setelah berada di ruang rawat, perawat menyuruh Arumi untuk menyuapi Keenan makan. Setelah itu harus minum obatnya.

"Mas, di makan dulu ya. Habis ini minum obat."

"Mas? sejak kapan kamu manggil aki mas?"

Arumi tampak salah tingkah. Di otaknya sepertinta sudah otomatis menambah Mas di depan nama Keenan.

"Maaf, aku ga sengaja. Hanya enak saja memanggil orang lain dengan panggilan Mas, atau mbak di depan namanya. Ayo haak... Makan yang banyak."

"Aemm.. Tapi aku suka kamu manggil aku Mas."

"Eh... " Mereka berdua salah tingkah dan menahan senyumnya. "Tadi aku belikan makan, kenapanga dimakan? sekarang jadi kambuh kan, Maagnya."

"Maaf ya.. Aku sibuk sekali tadi. Kamu juga sih ga mau nyuapin aku tadi. Sekarang aku jadi sakit."

"Eh... koq gitu?"