Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 30 - DOA RAYYAN UNTUK KEENAN

Chapter 30 - DOA RAYYAN UNTUK KEENAN

Pagi itu Rayyan mendapatkan telepon dari Rumah Sakit tempat Ayahnya dirawat. Memberitahukan bahwa Ayahnya Rayyan sekarang sedang sakit. Entah Penyakit apa yang sedang menggerogoti ayahnya Rayyan selain memang penyakit mental yang dideritanya.

Akhir-akhir ini Ayahnya Rayyan sering mengamuk di Rumah Sakit. Hal ini membuat Rayyan menjadi tidak tenang dalam menjalankan usahanya,dan meninggalkan Ayahnya seorang diri.

Besok pagi Rayyan harus meninjau perusahaannya Arumi yang ada di Bandung. Perusahaan yang khusus memproduksi tas untuk wanita dan pria dengan kualitas ekspor itu kini sedang maju pesat setelah dipegang oleh Rayyan. Rayyan bingung harus minta tolong kepada siapa, akhirnya dia meminta tolong kepada tantenya yang bernama Ema yang sekarang berada di Garut. Karena dari kemarin ayahnya Rayyan menanyakan saudara kembarnya itu.

" Halo assalamualaikum Yan? "

"Waalaikumsalam tante. Tante Ema, Ayah sekarang sedang sakit. Dari kemarin beliau menanyakan tante. Besok Rayyan harus pergi ke Bandung. Apakah tante Ema bisa datang ke Jakarta untuk menemani ayah?

" Iya Yan, insya Allah nanti Tante akan ke Jakarta. Semoga kehadiran tante bisa membantu kesembuhan ayahmu. "

"Terimakasih tante saya tunggu ya."

Rayyan kembali ke ruang rawat ayahnya. Dia melihat ayahnya duduk dengan pandangan yang kosong sambil bergumam. Entah apa yang dia bicarakan. Rayyan sangat prihatin dengan keadaan ayahnya. Rayan telah melupakan semua dendamnya, dan sampai saat ini dia belum berani untuk mengatakan kepada ayahnya.

" Aku benci kamu Ferdi Aku benci kamu Silvi. Pengkhianat!!" Ayah Rayyan berteriak-teriak seperti itu setiap hari. Rayyan tak tega melihat keadaan ayahnya seperti ini. Rayyan telah melupakan semua kenangan pahit nya bersama ayahnya. Ya tentang Ferdi yang mengambil semua harta ayahnya dan berselingkuh dengan ibunya.

"Ayah minum obat dulu yah!"

Rayyan mengambilkan 3 jenis obat yang harus diminum oleh ayahnya.

Ema sampai di Jakarta pada siang hari. Dia segera menuju ke ruang rawat tempat Yudha berada. Adiknya sekarang tentu sangat membutuhkan kehadirannya, support darinya. Ada rasa sakit ketika dia mengingat semua perbuatan Silvi dan selingkuhannya. Ema sangat membenci laki-laki yang telah merebut Silvi dari Yudha. Tidak hanya Silvi tetapi perusahaan Yudha juga diambil alih oleh laki-laki itu. Ya laki-laki yang bernama Ferdi.

Ema membuka pintu kamar dengan hati-hati, dia melihat Rayyan yang sedang duduk di sofa menunggui ayahnya yang berbaring di ranjang. Saat pintu terbuka, seketika Rayyan menoleh ke arah pintu dan ternyata tante Emanya yang datang.

Rayyan menghampiri Ema dan mencium punggung tangannya.

" Tante sendirian saja? "

" Enggak kok Yan, tante sama Pak Imam sopirnya Tante. Mana berani Tante nyetir sendirian sampai ke Jakarta. "

" Syukurlah kalau Tante ada yang menemani. Keenan mana Tante? Kenapa tidak ikut? "

" Oh iya kamu Dapat salam dari Keenan dia bilang minta maaf karena tidak bisa ikut ke sini. Dia harus mengurus Pabrik. Repot kalau kita berdua harus pergi semua. Bagaimana keadaan ayahmu Yan? "

" Ayah sakit Tante badannya panas, nafsu makannya juga berkurang. sering mengamuk dan para perawat kewalahan menangani ayah saat mengamuk. "

"Kasihan sekali Yudha, harusnya saat ini dia masih di tengah-tengah kita tapi karena kelakuan ibumu dia jadi seperti ini. "

" Sudahlah tante Iyan sudah melupakan semuanya. Iyan juga sudah mendapatkan perusahaan Ayah kembali. Sekarang Ferdi juga sudah tidak ada lagi dia sudah meninggal. "

" Beruntung sekali dia sudah meninggal. Harusnya dia menderita terlebih dahulu. Tante ingin tahu bagaimana akhir hidup seseorang yang dengan dulunya dengan seenaknya merebut milik orang lain itu. "Ema tampak emosi ketika membicarakan tentang Ferdi dan Silvi di masa lalu. Ya harusnya mereka berdua itu yang bertanggung jawab atas sakitnya saudara kembar Ema.

Rayyan hanya diam saja. Dia juga tidak ingin mengatakan bahwa dia telah mencintai anaknya Ferdi orang yang Ema benci. Kalaupun Rayyan kembali kepada Arumi, Tantenya ini pasti tidak akan setuju Karena Ema sangat membenci Ferdi.

Rayyan tiba-tiba ingat dengan Arumi Entah berapa kali Purnama lagi ia bisa menemukan Arumi dan anaknya. ada rasa nyeri di hatinya ketika mengingat istri dan anaknya.Bahkan dia tidak tahu apakah anaknya bisa lahir ke dunia atau tidak. Apakah mereka baik-baik saja atau tidak?

Ema mengeluarkan ponselnya, dia ingat belum memberitahu Keenan kalau dia sudah sampai di Jakarta.

Telepon tersambung namun Keenan tidak juga mengangkat telepon dari Ema. Hingga berkali-kali Ema menelpon di sela-sela pembicaraan dengan Rayyan. Sampai Menjelang magrib pun, Ema masih belum bisa menghubungi Keenan. Ema yang,

khawatir, akhirnya menelpon Arumi.

Ema berbincang di telepon dengan Arumi di luar ruangan, setelah memastikan bahwa Arumi bisa melihat Keenan di pabrik, Ema menjadi sedikit lega.

Setelah selesai menelpon Arumi, Ema kembali ke dalam ruangan. di sana ada Rayyan yang sedang membaca Al qur'an di samping ayahnya, dengan harapan ayahnya bisa lebih tenang. Rayyan menutup Al qur'an tanda dia sudah selesai membacanya. Rayyan melipat sarungnya Dan meletakkan di atas meja, Rayan melihat tantenya seperti sedang khawatir.

"Tante Ada apa? kenapa mukanya khawatir begitu? "

Itu Yan si Keenan nggak bisa dihubungi dari tadi. Sampai sekarang juga ponselnya tidak bisa dihubungi. Tante khawatir dia jatuh sakit. Dia itu kalau tidak diingatkan makan nggak pernah mau makan. Padahal dia punya maag akut. "

" Lalu tadi tante telepon siapa? "

" Tante telepon calonnya Keenan. Tante menyuruhnya untuk melihat Keenan di pabrik. "

"Keenan sudah punya calon tante?"

"Iya dia karyawan tante, orangnya cantik, berjilbab dan akhlaknya bagus. Sangat cocok buat Keenan. Tapi dia sudah Janda dan sekarang punya anak kembar baru saja melahirkan 1 bulan yang lalu. Tapi Tante nggak jadi masalah sih yang penting dia baik sopan dan tidak matre seperti ibumu. " Dalam hati Rayyan merasa Keenan sungguh beruntung. tidak seperti dirinya.

" Ya syukurlah kalau begitu akhirnya Keenan akan segera menikah ya Tante? "

"Entahlah Keenan dan calonnya itu sama-sama tidak mau memulai lebih dulu. Tante berharap mereka mau terbuka satu sama lain. "

"Loh maksudnya gimana tante bukannya Keenan akan menikah? masa mereka masih sama-sama belum mau terbuka? "

"Tante juga bingung, kamu kan tahu sendiri Keenan paling anti mendekati wanita. Tapi melihat perlakuan Keenan kepada perempuan itu dan anak-anaknya, tante yakin Keenan mempunyai perasaan yang lebih pada perempuan itu. Tapi tadi tante senang sekali karena perempuan itu sekarang manggil Keenan dengan sebutan Mas."

"Itu artinya perempuan itu sudah mau membuka hatinya untuk Keenan dong tante, ya semoga saja mereka berjodoh ya Tante agar Keenan bisa segera menikah. "

"Aamiin doakan saja ya."

Tak berselang lama setelah pembicaraan itu, Ema mendapatkan telepon dari Arumi dan mengabarkan bahwa Keenan dibawa Arumi ke rumah sakit. Karena tadi Arumi menemukan Keenan mengaduh kesakitan di bagian perutnya. Ema sebenarnya sangat khawatir dengan keadaan Keenan tapi dia sengaja untuk tidak segera pulang ke Garut, membiarkan Arumi untuk merawat Keena di rumah sakit. Ema Masuk ke dalam ruangan bukannya khawatir malah jadi senyum-senyum sendiri.