Fathiya merasa pening di kepalanya semakin lama semakin parah. Berjalan pun rasanya sudah sangat lemah. Tak mampu lagi rasanya melangkahkan kakinya. Dia sesekali berhenti memegang kepalanya yang semakin berdenyut. Dan sebelah tangannya lagi memegang perutnya.
Keenan mencoba untuk menyentuh tangan istrinya. Tapi ditepis oleh Fathiya. Sakit sekali rasanya. Diabaikan oleh istrinya sendiri. Dia merasa bersalah karena sejak awal belum bisa menerima Fathiya dengan tulus.
"Fa, biar aku gandeng ya. Kamu terlihat lemah." Keenan berdiri di sebelah Fathiya dengan tatapan memohon.
"Enggak A'. Enggak perlu. Aku mau pulang. Mau istirahat. Nanti kita bicarakan lagi masalah ini. Maaf A' kali ini aku belum bisa memaafkan Aa'. Aa' sudah mengecewakan aku." Fathiya berjalan pelan. Rasanya seperti jauh sekali menuju ke tempat parkir.