Chereads / PERNAHKAH KAU MENCINTAIKU? / Chapter 17 - SANDIWARA RAYYAN

Chapter 17 - SANDIWARA RAYYAN

Arumi hanya bisa memandang dua orang itu dengan tatapan sendu. Entah apa yang mereka perbuat. Tapi intinya Arumi telah tahu semuanya. Meski tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi Arumi tahu dari gesture mereka. Bahwa ada hubungan khusus di antara keduanya.

"Kamu kenapa, Rum?"

"Tidak apa-apa Sya." Arumi mengusap kasar airmatanya. 

"Ayo dimakan dulu." Arumi mengangguk.

Arsya menatap heran dengan apa yang terjadi pada Arumi. Wanita itu nampak pucat dan lesu. 

"Setelah ini aku antar kamu pulang aja ya. Sepertinya kamu sakit."

"Tidak Sya, aku harus kerja demi anakku. "

"Kamu yakin?" Arumi mengangguk.

Arumi tak dapat menahan airmatanya yang terus keluar. Sakit hatinya kali ini jauh lebih sakit dari yang sebelumnya. Ibarat dirinya saat ini, setelah dilambungkan ketempat yang tinggi, kemudian di hempaskan kebawah dengan kasarnya.

"Rum, aku antar pulang ya." Kamu terlihat kacau sekarang." 

"Enggak Sya. Aku lebih baik bekerja." Bagi Arumi saat ini tidak ada yang bisa dia percaya. Bahkan Arsya pun dia ragu untuk percaya.

"Sya.."

"Ya.. Ada apa Rum?"

"Aku mau mengundurkan diri."

ciiiiitt!!!!!!! Arsya mengerem mendadak lalu Menepikan mobilnya.

"Kamu jangan becanda, Rum."

"Aku tidak bercanda Sya. Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa aku percaya."

"Kenapa kamu ngomong begitu? Kamu bisa percaya aku. Anggap aku sahabatmu. Kalau ada masalah, kamu bisa ceritakan semua sama aku."

"Makasih Sya. Tapi saat ini aku sedang tidak bisa percaya pada siapapun."

"Baiklah kalau memang itu maumu."

****

"Mau kemana kamu malam-malam begini bawa koper Rum?" 

"Bukan urusanmu! Sudah cukup sandiwara yang kamu mainkan Ray. Kamu sudah mendapatkan semua dariku. Apalagi yang kamu mau dariku?" Airmata Arumi tak lagi dapat dibendung.

"Kamu ngomong apa Rum?Aku ga ngerti apa yang kamu maksud." Rayyan meraih tangan Arumi, namun dia tepis dengan kasar.

"Sudah Ray. Tidak usah bersandiwara lagi di depanku. Aku sudah tau, kamu bermain api dengan sahabatku sendiri kan? Entah apa yang kalian rencanakan. Yang jelas aku tidak peduli." Rayyan kaget mendengar ucapan Arumi. 

"Oh.. baguslah kalo kamu sudah tahu!" Rayyan masuk ke ruang kerjanya. Dia keluar dan menyerahkan sebuah map pada Arumi.

Arumi membaca isi yang ada dalam map tersebut.

"Oh karena ini, kamu melakukan semua ini padaku?"

"Memangnya apalagi Arumi sayang. Ayo cepat tanda tangan di sini. Setelah itu kamu boleh pergi kemanapun kamu mau. Satu hal lagi aku tidak akan menceraikanmu sebelum anak itu lahir."

"Iya Aku mengerti. Setelah anak ini lahir tolong ceraikan aku. Dan biarkan aku hidup tenang dengan anakku."

"Enak saja kamu.. Anak itu akan jadi milikku. Kamu tidak akan bisa bersama anak ini."

"Aku akan berjuang untuk Anakku."

"Dia bukan anakmu Arumi. Bukankah kamu tidak pernah menginginkannya?"

Airmata Arumi semakin deras. Entah sebutan apa yang pantas untuk Rayyan. Awalnya Arumi memang tidak menginginkan anak ini. Karena Rayyan memperkosanya. Tapi semakin lama anak itu ada dalam rahimnya, dia semakin menyayanginya.

"Terserah apa katamu. Yang jelas aku akan pergi. " Arumi melangkah pergi dengan membawa kopernya dan membawa luka yang teramat dalam. 

Rayyan hanya bergeming. Dia membiarkan Arumi pergi dengan anaknya. Karena tujuannya sudah tercapai. Mendapatkan tanda tanga. Arumi. Kalau saja dia tahu bisa dengan mudah mendapatkan tanda tangan Arumi, mungkin dia tidak akan bersandiwara seperti kemarin. Kalau sudah seperti ini, berceraipun tidak masalah baginya. Dia tidak tahu bahwa luka yang dia torehkan kali ini akan membuatnya menyesal.

Arumi menyusuri jalan dengan berjalan kaki. Pikirannya entah kemana. Yang ada hanya rasa sakit yang teramat sangat. Suara gemuruh di langit menandakan akan hujan. Namun Arumi tak peduli. Hingga akhirnya hujanpun turun dengan derasnya. Dia tahu bahwa dia tidak sendiri sekarang. Ada janin yang ada dalam perutnya yang harus ia lindungi. Akhirnya dia berteduh di teras toko yang sudah tutup. Lama dia menunggu dalam kedinginan. Namun hujan tak juga reda.

Tin Tin Tin...

Silau dari mobil menghalangi pandangan Arumi. Entah siapa yang turun membawa payung untuknya. 

"Arumi... kamu sedang apa di sini? Ayo masuk."

"Arsya.. "

Arumi masuk ke dalam mobil milik Arsya. Arsya memberikan jaketnya pada Arumi yang terlihat sangat kedinginan. 

"Kamu kenapa sih Rum? cerita sama aku. Aku bisa kamu percaya."

"Tapi masalahnya aku tidak tahu siapa lawan dan siapa kawan sekarang. Bahkan Adikmu yang aku kira sahabatku, ternyata seorang pengkhianat." Batin Arumi.

"Kenapa diam Rum? Mau aku antar kemana sekarang?"

"Terserah asal jangan kerumahku atau kerumahmu. Aku tidak mau bertemu Keisya lagi."

"Ada apa dengan Keysha? Apa yang dia lakukan padamu?"

"Kamu tanyakan saja padanya. Dia lebih tahu apa yang dia rencanakan untukku."

"Baik, besok aku akan tanya padanya."

Arsya membawa Arumi ke Apartemen miliknya untuk sementara. Sampai dia tahu ada masalah apa. Dan kemana dia akan menyelamatkan Arumi.

"Sekarang kamu istirahat di sini. Tidak perlu takut. Aku tidak akan macam-macam sama kamu."

Arsya memberikan kamar tidurnya untuk ditempati Arumi. Sedangkan dia tidur di luar. 

Arumi merasa beruntung karena masih ada yang peduli padanya. Walaupun sekarang dia jadi sulit sekali percaya pada orang. Tapi entah kenapa dengan Arsya dia merasa nyaman dan percaya kalau laki-laki itu tidak punya niat jahat padanya.

"Sabar ya,Nak. Kita harus kuat. Mama janji mama akan selalu sayang sama kamu. Kita akan cari tempat yang nyaman untuk kita nanti tinggal berdua ya nak." ucap Arumi sambil mengelus perutnya. Dia tidak menyangka bahwa takdir akan mengantarkan dia pada nasib yang seperti ini. Dia hanya bisa berharap kelak akan ada kebahagiaan untuknya.

Keesokan harinya Arumi memasak di dapur. Dia melihat Arsya masih tidur dengan pulas. Jam sudah menunjukkan pukul lima. Tapi Arsya belum sholat. Dia akan membangunkan Arsya. 

"Sya, bangun.. " Arsya mengerjapkan matanya. 

"Sholat dulu sya." 

"Astagfirullah.. jam brapa ini Rum?"

"Jam lima Sya."

"Astaga.. Aku melewatkan sholat berjamaah di masjid."

"Maaf sya, aku yang salah tadi ga bangunin kamu."

"Gapapa.. aku juga kelelahan sampai keenakan tidur."

Paginya Arumi telah memasak untuk dirinya dan Arsya.

"Wah enak banget nih kayaknya Rum.."

"Cobain Sya."

drrt. drrt..

"Halo Key.. "

"....."

"Mendadak sekali."

"....."

"Ya sudah nanti malam kakak pulang. "

"Ada apa sya?" Tanya Arumi setelah panggilan telepon dari Keisya terputus,

"Itu Keisya katanya mau di lamar seseorang. nanti malam cowoknya mau datang melamar katanya."

"Oh... " belum aja ketuk palu. kalian udah ga sabar buat meresmikan hubungan kalian." Batin Arumi. Walau dia membenci Rayyan. Tapi status dia yang masih menjadi istri Rayyan tentu membuatnya sakit. Arumi hanya bisa ikhlas menerima semuanya.