Arumi hari ini melakukan pemeriksaan kandungan untuk kedua kalinya, ditemani Arsya. Arumi saat ini dalam keadaan tertekan. Dia merasa sangat sedih. Tapi dengan bantuan Arsya, perlahan dia mulai bangkit dari keterpurukannya.
"Bu Arumi, anda akan mempunyai bayi kembar."
"Benarkah, Dok?"
"Iya, coba anda lihat di monitor ini."
"Tapi waktu pertama USG bulatannya cuma ada satu Dok."
"USG memang bisa memberikan informasi mengenai kehamilan, tapi bukan berarti sempurna. Bahkan ada yang selama hamil hasil USG cuma ada satu janin. Saat melahirkan ternyata kembar. Kondisi seperti ini di sebut hidden twin Bu Arumi. Mungkin waktu pertama USG yang satunya lagi bersembunyi. "
"Oh begitu ya Dok?" Arumi merasa heran. Padahal garis keturunannya tidak ada yang kembar. Apa mungkin dari Rayyan? tapi bukannya Rayyan juga anak tunggal? atau mungkin dari orangtuanya? Banyak pertanyaan yang muncul di kepala Arumi.
"Bagaimana Arumi? Bagimu sehat?"
"Iya Sya, mereka sehat. Alhamdulillah."
"Mereka?"
"Iya, kata dokter anakku kembar."
"Wah.. Selamat Arumi." Senyuman Arsya sama sekali tidak ditanggapi oleh Arumi. "Kamu gapapa, Rum?"
"Aku gapapa Sya. Em.. Arsya, Aku mau kembali ke rumah. Bisakah kamu mengantarku pulang?"
"Iya, Aku akan mengantarmu pulang. Kapan saja kamu butuh bantuanku, kamu tinggal telpon saja."
"Terimakasih, Sya. Aku sudah banyak merepotkanmu akhir-akhir ini. Kamu juga harus meninggalkan pekerjaanmu gara-gara aku."
"Sudahlah, Rum. Tidak usah dipikirkan."
Arsya mengantarkan Arumi pulang ke rumahnya sendiri. Setelah tiba di depan gerbang, Arsya segera pamit. Karena nanti dia juga ada janji bertemu dengan kekasih Keisya.
"Terimakasih Sya sudah mau mengantar."
"Sama-sama Rum. Aku balik dulu ya."
Arumi mengangguk, dia menunggu sampai mobil Arsya menjauh dari pandangannya. Dia memanggil Pak Budi untuk membukakan gerbang untuknya.
"Mbak Arumi, mbak kemana saja?" Tanya Pak Budi yang sedang membuka pintu untuk Arumi.
"Saya di rumah Rayyan, Pak."
"Ayo mb Arumi saya bantu."
"Pak, Bu Fatma ada?"
"Ada mb di dalam."
Arumi memasuki rumahnya yang masih sama. Selalu bersih karena banyak orang yang merawat rumah itu. Rela atau tidak, Arumi harus meninggalkan semuanya. Dia ingin pergi sejauh mungkin dari Rayyan. Orang yang telah mengahancurkan hidupnya.
Arumi duduk di sofa menunggu bu Fatma yang sedang mencuci piring. Kadang dia berfikir, kenapa Tuhan memberikan dia ujian seberat ini? Ingin rasanya dia menyerah dengan semua kegetiran hidupnya. Tapi dia yakin bahwa Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuannya. Dia harus kuat untuk kedua anaknya. Hatinya selalu menghangat setiap kali mengingat ada dua makhluk kecil yang kini singgah di rahimnya.
"Mbak Arumi, maaf mbak menunggu lama. "
"Tidak apa-apa Bu... Bu, duduklah di sini bersama saya."
"Iya mbak ada apa?"
"Bu, saya ingin pergi dari Jakarta. Saya sudah memikirkan masak-masak untuk selamanya menjauhi Rayyan. Saya sudah tidak kuat jika saya harus berada di Jakarta terus. Apalagi sekarang saya sedang hamil. Apa bu Fatma mau pergi bersama saya. Menemani saya, Bu?" Arumi menceritakan semua masalahnya pada Bu Fatma. Saat ini hanya dia yang bisa Arumi percaya.
"Iya mbak Arumi, saya akan ikut bersama mbak Arumi."
"Tapi ke mana kita akan pergi Bu?"
Lama bu Fatma berfikir akhirnya beliau menjawab.
"Ke kampung saya saja mbak. Mbak Arumi bisa memulai semua dari awal di sana. "
"Iya, Bu." Bu Fatma berjalan ke arah lemari yang ada di dekat televisi. Dia tampak mengambil sesuatu.
"Oh ya mbak Arumi, tadi ada orang suruhan mas Rayyan datang ke sini. Dia memberikan ini." Bu Fatma memberikan sebuah amplop coklat berukuran dokumen. Arumi membukanya dan matanya seketika mengeluarkan cairan bening. Tak sanggup rasanya menahan rasa sesak di dadanya.
"Bu tolong ambilkan pulpen."
"Iya, Mbak."
Arumi mengambil pulpen itu dan menandatangani sesuatu.
"Bu tolong kasihkan ini pada Pak Budi. Minta Pak Budi menyerahkan ini ke kantor Rayyan ya Bu."
"Iya mbak."
Arumi bangkit dan masuk ke dalam kamarnya. Airmatanya sudah mengering, hatinya sudah terlanjur sakit. Bahkan sangat sakit.. Arumi mengambil kopernya dan mengeluarkan isinya. Dia mengeluarkan semua pemberian Rayyan dan mengganti dengan milikna sendiri. Dia akan meninggalkan kenangan pahitnya di sini.
**********
"Hai sayang... gimana urusanmu udah beres?"
"Udah donk. Tadi pagi aku sudah mengirim surat cerai ke rumahnya. Sebentar lagi kami resmi bercerai."
"Yuk masuk, kakakku udah menunggu di dalam."
"Oke Sayang."
"Kak.. Ka Arsya.. ini tamunya udah datanh nih." Teriak Keisya dari ambang pintu.
"Ya sebentar Kei.." Arsya mengulurkan tangannya. Dia memang belum pernah bertemu kekasih Keisya sebelumnya. " Silahkan duduk. saya manggilnya siapa ya?"
"Panggil saya Ray Kak. Saya Rayyan." Arsya seperti tak asing dengan nama itu. Dia mencoba mengingat tapi dia lupa.
"Oh... Silahkan duduk Ray.."
"Maaf Kak, Saya datang ke sini karena ingin melamar adik kak Arsya." Keisya bergelayut manja di lengan Rayyan saat ini.
"Sebelumnya maaf, karena orangtua kami sedang berada di luar negeri, jadi saya selaku kakak dari Keisya yang mewakili beliau. Masalah melamar, itu terserah pada Keisya. Jika kalian sama-sama sudah cocok silahkan saja kalau mau menikah. Rayyan kerja dimana ya?
"Dia ini CEO nya EL-Rumi kak." Keisya menjawab pertanyaan Arsya. Arsya kemudian mengingat nama Rayyan. Ya dia adalah CEO EL-Rumi. Dan berarti dia adalah suami Arumi?
"Sejak kapan kalian menjalin hubungan."
"Sudah lama kak, hampir 2 th."
"Kamu suami Arumi kan Ray?" Arsya tak terima dengan sikap Rayyan dan Keisya. Jika mereka menjalin hubungan selama 2th, itu berarti bisa jadi mereka sudah menjadi kekasih sebelum Arumi menikah dengan Rayyan.
"Iya saya suami Arumi. Tapi sebentar lagi kami akan resmi bercerai. Saya tidak pernah mencintainya. Saya hanya mencintai Keisya"
"Lalu untuk tujuan apa kamu menikahi Arumi?"
"Sudahlah kak tidak perlu diperpanjang lagi. Kami saling mencintai. Justru Arumi yang menjadi pengganggu hubungan kami. Lagian kakak cinta kan sama Arumi. Sekarang kakak bebas deketin dia."
"Kei... Arumi sahabatmu kan?kenapa kamu tega melakukan ini pada Arumi? dia sangat baik. Tapi kenapa kalian menyakiti dia seperti ini?Kalian benar-benar tidak punya hati. Dan kamu Ray. Kamu bilang kamu tidak cinta, nyatanya sekarang Arumi mengandung Anakmu. Apa bisa bilang tidak cinta saat kamu melakukan 'itu' dengan Arumi. Sampai kapanpun, kakak tidak akan merestui hubungan kalian. Ingat itu."
Arsya meninggalkan mereka begitu saja.
"Kak,Aku akan tetap menikah dengan Rayyan walau tanpa persetujuan kakak." Teriak Keisya.
Rayyan hanya bergeming. Dia mencerna apa yang dikatakan Arsya. cinta? tidak sampai kapanpun Rayyan tidak cinta pada Arumi. Keisya lebih cantik dan menarik dari Arumi. Begitu yang dipikirkan Rayyan.