Arsya menunggui Jihan semalaman. Akhirnya dia tidak jadi pulang ke Jakarta malam itu. Dia merasa kasihan pada Jihan yang terlihat sangat lemah. Dan beberapa kali menitikkan airmata. Entah apa yang membuat gadis ini terlihat rapuh. Tak sengaja Arsya kembali melihat pergelangan tangan Jihan yang terdapat bekas goresan. Mungkinkah seorang dokter bisa melakukan hal seperti itu?
"Emm.. Maaf Dokter, itu tangannya kenapa ya?" tanya Arsya memberanikan diri.
"Panggil saja saya Jihan. Tidak usah pake Dokter. Saya kan sedang tidak praktek, Mas," ucap Jihan datar. Tanpa senyuman.
"Eh iya Jihan. Itu tangannya kenapa?"
"Ah.. aku ini bodoh Mas. Aku terlalu percaya sama orang."
"Maksud kamu?" Arsya sudah mikir negatif saja.
"Aku merasa sudah tidak ada tujuan hidup lagi," Jihan menerawang ke atas. Dia masih rebahan di tempat tidur.
"Kenapa?"
"Sepertinya ga penting juga aku curhat sama Mas. Mas Arsya pasti menganggap saya orang bodoh," Jihan tersenyum kecut.