FLASHBACK ON
"Pak, awas Pak..!!! " teriak seorang pemuda bernama Rayyan. Dia berlari menghampiri laki-laki paruh baya bernama Ferdi yang berhenti di pinggir jalan. Laki-laki paruh baya itu tidak menyadari kalau ada percikan api di belakang mobilnya. Padahal itu hasil sabotase Rayyan sendiri.
Rayyan menarik Ferdi menjauh dari mobilnya dan beberapa saat kemudian mobil itu meledak.
" Ya Allah, Astaghfirullah... " Ferdi yang terjatuh bersama Rayyan hanya bisa beristighfar. Dia hanya bisa melihat mobilnya yang sudah penuh dengan api. Asap mengepul di sekitaran tempat itu. Tak masalah bagi Ferdi kehilangan satu mobilnya, Yang penting nyawanya selamat. Dilihatnya pemuda yang tadi menyelamatkannya, terlihat menahan kesakitan dilengannya. Ya karena Rayyan harus mengimbangi bobot tubuhnya dengan Ferdi, yang pada akhirnya tubuhnya terpelanting menghantam trotoar.
Ferdi melihat pemuda yang menolongnya itu kesakitan, dia kemudian berteriak minta tolong kepada orang-orang yang di sekitarnya.
"Pak, tolong panggil ambulan.." Teriak Ferdi yang melihat pemuda itu lengan dan kakinya berdarah. Karena Ferdi juga kesulitan berdiri akibat kakinya yang terkilir.
Banyak orang berdatangan mengerumuni mereka. Ada pula pemadam yang memadamkan api dari mobil Ferdi.
Rayyan justru menikmati moment itu. Rasa sakit yang dia rasakan sekarang justru tak ada apa-apanya di banding dengan apa yang akan dia dapatkan nanti. Rayyan tak sabar menunggu hari itu.
Sebuah ambulan telah datang dan segera mengangkat tubuh Rayyan. Mereka membawa Rayyan ke rumah sakit terdekat.
Dokter telah mengobati luka Rayyan. Ada sedikit patah di bagian lengannya. Dokter memasang perban dan bidai pada tangan Rayyan.
"Gimana keadaanmu, Nak? " Tanya Ferdi yang duduk di sebelah Rayyan.
"Alhamdulillah Om, saya lebih baik dari sebelumnya."
"Terimakasih karena tadi sudah menolong saya, Nak. Entah bagaimana jadinya tadi jika tidak ada kamu di sana. Mungkin saya sudah mati sekarang.
"Tidak apa-apa Om. Melihat orang dalam bahaya apa saya harus diam saja?"
"Ya tapi pada akhirnya kamu harus terluka seperti ini."
"Tidak apa-apa Om."
"Siapa namamu, Nak kalo boleh saya tahu?"
"Rayyan, Om." ucap Rayyan
'Saya Rayyan, anak dari perempuan yang pernah berselingkuh denganmu dan meninggalkan anak dan suaminya begitu saja. Karena kamu, aku dan Ayahku kehilangan semuanya.' Batin Rayyan.
"Apa saya bisa menghubungi keluargamu? untuk memberitahu kondisimu?" Ferdi melihat Rayyan yang berubah sedih ketika dia menanyakan keluarganya.
"Saya tidak punya keluarga, Om. saya sebatangkara di sini. Saya dulu dibesarkan di panti asuhan dan setelah saya sudah besar dan bisa cari makan sendiri, saya memutuskan untuk pindah dan tinggal di kontrakan," ucap Rayyan berbohong. Dia menampilkan wajah sedih agar meyakinkan.
"Oh maaf saya tidak tahu, Nak. Maaf kalau sudah membuatmu sedih. Ya sudah kamu tidak perlu khawatir, saya akan menjadi keluargamu sekarang. Mulai sekarang, kamu akan saya anggap seperti anak saya sendiri, Nak."
"Benarkah Om?"
"Iya kamu anak yang baik. Jika kamu tidak baik, tentu kamu tidak akan mengorbankan dirimu untuk orang yang sama sekali tidak kamu kenal."
"Terimakasih , Om."
"Istirahatlah.. Sebentar lagi mungkin putri saya akan ke sini. Saya memintanya membelikan beberapa baju untukmu."
"Maaf, Om. Saya sudah merepotkan sekali."
"Jangan bilang begitu,Nak. Tidak merepotkan koq."
Rayyan tidak sabar menunggu kehadiran putri Ferdi. Kebetulan sekali Ferdi yang menyuruh anaknya ke rumah sakit. Rayyan mengira ini adalah keberuntungan untuknya. Rayyan tersenyum dalam hati. Sebentar lagi gadis itu akan masuk dalam perangkapnya.
"Assalamualaikum," ucap seorang gadis yang berdiri di depan pintu. Arumi melangkah menghampiri Ayahnya. Dia membawa pakaian ganti untuk ayahnya, dan baju baru untuk Rayyan. Gadis berhijab itu sudah mendengar semua dari Ayahnya. Kalau pemuda yang sedang berbaring itu adalah orang yang telah menyelamatkan ayahnya.
"Ayah bagaimana keadaan Ayah?" Tanya Arumi pada ayahnya. Sambil meletakkan pakaian di dalam nakas. Dan ada makanan juga yang dia letakkan di atas meja.
"Ayah tidak apa-apa nak, Tapi Rayyan yang terluka cukup parah, karena menolong Ayah."
Arumi menatap wajah laki-laki yang telah menolong ayahnya. Untuk sesaat mereka saling pandang. Arumi buru-buru mengalihkan pandangannya. Dia hanya ingin menjaga pandangannya. Rayyan tampak terpesona dengan kecantikan alami Arumi. Arumi ibarat mutiara yang masih berada di dalam cangkang.
"Terimakasih sudah menolong Ayah saya. Semoga kamu lekas sembuh," ucap Arumi sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak usah dipikirkan."
"Ini anak saya Nak Rayyan namanya Arumi, dia sekarang bekerja di kantor saya. Dia nantinya akan menggantikan saya kalo saya sudah tidak ada.
"Senang bertemu denganmu Arumi." Rayyan tersenyum, dalam hati dia berkata 'Tidak lama kamu akan jadi milikku Arumi.'
Ferdi yang menyadari tatapan Rayyan pada putrinya, merasa ini adalah awal yang baik. Karena dia memang ingin mencarikan jodoh untuk Arumi. Tapi sampai saat ini belum ada yang diterima Arumi menjadi suaminya. Ferdi merasa mungkin Rayyan bisa dia jodohkan dengan Arumi, Setidaknya Ferdi tahu Rayyan laki-laki yang baik menurut pandangannya.
"Arumi, tolong kupaskan apel untuk Rayyan." Arumi kaget ketika ayahnya memintanya mengupaskan apel untuk Rayyan.
Arumi mengambil pisau yang dia bawa dari rumah, Dia lantas mengupas apel dan memotongnya kecil-kecil. Dia berikan kepada Rayyan. Arumi nampak canggung ketika berada di dekat laki-laki yang bukan mahromnya.
*******
Setelah satu minggu berada di rumah sakit, Rayyan akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Ferdi merasa kasihan jika Rayyan harus kembali ke rumah kontrakannya dan melakukan semua kegiatannya sendiri. Akhirnya Ferdi meminta Rayyan untuk tinggal bersamanya. Ya satu atap tapi dipisahkan oleh kolam renang. Awalnya Rayyan pura-pura menolak, Tapi Ferdi terus mendesaknya. Akhirnya Rayyan pun menerimanya.
Hari demi hari terus berlalu. Arumi sering menghabiskan waktu di luar rumah. Bekerja di kantor dan menyibukkan diri lebih baik dari pada berada di rumah yang kadang harus bersinggungan dengan laki-laki yang bukan mahromnya.
"Assalamualaikum, Yah.." Sapa Arumi pada suatu malam, saat Ayahnya sedang berbicara serius dengan Rayyan.
"Waalaikumsalam.. Nak, sini Ayah ingin bicara sama kamu." Ferdi menepuk sofa dan menyuruh Arumi duduk di sisi sebelah kanannya.
"Ada apa Yah?" Arumi terlihat curiga.
"Begini Arumi, sudah 6 bulan Rayyan tinggal di sini. Dia juga membantu Ayah di Kantor. Kinerjanya cukup bagus, dan beberapa proyek tas dan sepatu kita, bisa dia kerjakan dengan baik."
"Lalu?" tanya Arumi kemudian.
"Ayah berencana menjodohkan kalian berdua. Tadi Ayah sudah bicara dengan Rayyan. Tapi dia bilang terserah sama kamu. Kalo kamu mau, dia pun akan mau."
"Maaf Arumi saya tahu saya tidak sederajat denganmu. Jadi bisa mempersuntingmu adalah anugrah yang luar biasa untukku. Tapi aku tidak bisa memaksamu untuk menerimaku. Aku terserah padamu."
Sela Rayyan yang seakan merendahkan dirinya, padahal dia sangat senang jika Arumi jadi miliknya. Akan semakin mudah dia menjalankan rencananya.
"Maaf Arumi butuh waktu untuk memikirkannya, Yah." Arumi bangkit dari sofa meninggalkan Ayahnya dan Rayyan.
Tiga bulan Arumi memikirkan perjodohan itu. Arumi hanya ingin memastikan Rayyan adalah laki-laki yang baik untuknya. Selama tiga bulan itu dia melihat sosok Rayyan yang sopan, berwibawa dan sangat menghormati Arumi. Akhirnya hari itu Arumi memutuskan pilihannya.
"Ayah, kak Rayyan, hari ini Arumi telah memutuskan untuk menerima Kak Rayyan untuk menjadi suami Arumi."
"Alhamdulillah," ucap Ferdi dan Rayyan bersamaan.
"Baiklah Ayah akan mengatur semuanya. Terimakasih Arumi," ucap Ferdi sambil mencium kening Arumi.
"Terimakasih Arumi sudah mau menerimaku. Aku janji tidak akan mengecewakanmu. "
FLASHBACK OFF