"Kamu!" ucap Abimanyu sangat terkejut dan terperangah.
"Kamu!" Kasih tak kalah terkejutnya sampai membelakkan matanya.
Abimanyu berjalan maju ke depan menghampiri Kasih, dengan memapah Steffi yang lemas di pundaknya.
"Haii...aku minta tolong padamu, bisa panggilkan dokter Kasih! temanku saat ini terluka dan membutuhkan bantuannya." ucap Abimanyu dengan serius.
"Kenapa dengan temanmu? kenapa bisa terluka? ayo...cepat bawa ke ruang praktek di sebelah sana, aku akan ambil kuncinya dulu." sahut Kasih cepat, dan berlari masuk untuk mengambil anak kunci ruang prakteknya.
Abimanyu menatap Jonny, sedikit heran dengan sikap Kasih yang seolah-olah dialah dokternya.
"Dia siapa Bang? apakah dia assisten dokter Kasih?" tanya Jonny tak mengerti.
Abimanyu mengangkat bahunya tidak tahu dan juga tidak mengerti.
"Kenapa kalian masih di sini? ayoo...segera ke sana." ucap Kasih sedikit kesal karena Abimanyu tidak mematuhi perintahnya.
Kasih bergegas membuka pintu dengan anak kunci yang di bawanya.
"Ayo cepat bawa masuk dan baringkan dia di ranjang itu!!" perintah Kasih pada Abimanyu dan Jonny.
Abimanyu dan Jonny saling berpandangan, namun begitu Steffi tetap di baringkan juga di ranjang seperti perintah Kasih.
"Hai,...aku tidak tahu siapa kamu, tapi tolong panggil dokter kasih ke sini agar bisa menolong temanku dengan cepat." ucap Abimanyu dengan sedikit kesal karena sejak tadi Kasih belum memanggil dokter kasih yang sangat di butuhkannya.
Kasih menaikkan alisnya dan menatap kesal pada Abimanyu dan Jonny secara bergantian.
"Kalian mau aku membantumu temanmu atau tidak? kalau kalian ingin aku membantu temanmu, kalian jangan cerewet!! kalian mencari dokter kasih terus dari tadi!! kalian tahu tidak? akulah dokter kasih, apakah penampilanku tidak seperti dokter?" tanya Kasih kesal menatap Abimanyu dan Jonny secara bergantian.
Abimanyu tertawa, bagaimana mungkin gadis yang masih muda seperti remaja ABG adalah seorang dokter, apalagi penampilan Kasih yang terlihat begitu santai dengan baju remaja kebanyakan.
"Sudahlah...buat apa aku bicara dengan kalian, terserah kalian percaya atau tidak, yang penting aku akan menjalankan tugasku." ucap Kasih segera mencuci tangannya, dan membuka almarimya.
Di ambilnya beberapa perlengkapan untuk operasi kecil dari kain kasa steril, jarum jahit bedah, benang catgut, cairan antiseptik, obat anastesi dan lain-lainnya.
Tak lupa Kasih memakai sarung tangan plastik, setelah menyuci tangannya dengan sabun antiseptik.
Abimanyu dan Jonny terperangah, jadi benar Kasih adalah dokternya.
Abimanyu mengunci tubuhnya tak bergerak, rasa malu telah menyergapnya.
Di lihatnya Kasih yang mulai bekerja menolong Steffi, Steffi di berisi suntikan bius ringan, kemudian Kasih mulai bergerak dari pembersihan sampai menjahit luka di perut Steffi.
Steffi nampak terlihat tenang walau kadang sedikit merintih dan menjerit manja.
Hampir satu jam Kasih merawat Steffi dan baru selesai menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah menutup jahitannya dengan kasa steril, Kasih menghampiri Abimanyu dan Jhonny.
"Ini ada beberapa obat yang harus di minum teman kamu, ada kasa steril, betadine, antiseptik dan lainnya untuk membersihkan luka dan mengganti perbannya." jelas Kasih pada Abimanyu yang diam terpaku tak berkedip.
Abimanyu terdiam, mendengarkan penjelasan Kasih, ya...ternyata namanya Kasih gadis sederhana yang selama ini di tolongnya. Ternyata seorang Kasih adalah dokter yang pintar dan kaya raya, jika melihat dari begitu besar rumahnya Kasih.
"Kamu mengerti tidak dengan apa yang aku katakan?" tanya Kasih dengan kesal, Abimanyu menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
"Aku harus membayar berapa? untuk ini semua?" tanya Abimanyu sambil memicingkan matanya.
"Tidak perlu membayar, anggap sebagai ucapan terimakasihku padamu yang telah membantuku mendapatkan dompetku." ucap Kasih tersenyum kalem.
"Bukannya dua kali ya." sahut Abimanyu yang ingat jelas dengan kejadian malam itu.
Kasih mengerenyitkan keningnya tak mengerti.
"Dua kali? kapan ya?" tanya Kasih penasaran.
"Masih ingat dengan laki-laki bopeng yang berbuat senonoh padamu? saat malam di depan rumah kosong?" ucap Abimanyu mengingatkan Kasih.
Kasih melayangkan ingatannya pada kejadian malam yang sangat menakutkan itu.
"Ohhhh, jadi kamu yang telah menolongku malam itu? benarkah itu kamu?" tanya Kasih sungguh tak tahu kalau orang yang menolongnya adalah orang yang sama.
"Kalau bukan aku, bagaimana aku bisa tahu saat kamu menangis ketakutan di sudut depan rumah kosong." jawab Abimanyu dengan tersenyum.
Kasih jadi malu mendengar ucapan Abimanyu.
"Baiklah, maafkan aku...aku tidak melihat jelas malam itu. trimakasih aku ucapkan sekali lagi." ucap Kasih dengan tulus.
"Santai saja, dua kali aku bertemu denganmu dan aku menolongmu, jika nanti kita bertemu lagi dan menolongmu untuk ketiga kalinya, maka ku anggap kita berjodoh." ucap Abimanyu dengan santai.
Jonny yang ikut mendengar ucapan Abimanyu langsung tertawa keras.
"Siapa yang bilang seperti itu?" Kasih tak percaya dengan omongan Abimanyu.
"Kata orang tua dulu bilang seperti itu, jika kita bertemu dengan orang yang sama tanpa sengaja, dan itu sebanyak tiga kali biasanya mereka berjodoh." jelas Abimanyu dengan serius.
Kasih tertawa kecil.
"Kita lihat saja nanti, apakah kita berjodoh seperti apa kata orang dulu, dan lagi kita belum tentu bertemu lagi bukan?" ucap Kasih tersenyum manis.
"Kamu boleh tak percaya sekarang, tapi jodoh itu tak kan bisa di ubah atau tertukar." ucap Abimanyu tersenyum penuh arti.
"Ayo Jon pulang, tolong Steffi bangunkan, kita harus cepat pergi." lanjut Abimanyu ke Jonny.
"Tunggu." ucap Kasih menahan Abimanyu.
"Kamu kemarilah." ucap Kasih menunjuk pada Abimanyu.
Abimanyu membalikkan badannya menatap Kasih tak mengerti.
"Ada apa?" Abimanyu mendekat tak mengerti dengan maksud Kasih memanggilnya.
"Kemarikan lenganmu...luka itu harus diobati jika tidak di obati bisa infeksi." ucap Kasih, seraya menarik pekan lengan Abimanyu.
Abimanyu hanya menurut saja, terdiam dan termangu akan sikap Kasih yang berlahan mulai menyentuh hatinya.
Dengan telaten Kasih membersihkan darah yang sudah mengering di lengan Abimanyu, memberinya betadi dan membalutnya dengan kasa steril.
"Hmm...sudah selesai, sekarang kamu boleh pergi." ucap Kasih sambil membereskan peralatannya.
"Untuk pengobatan ini, apakah juga gratis tanpa aku membayar?" tanya Abimanyu sedikit memamerkan senyumnya yang menawan.
"Ya Gratis, kita impas sekarang...kau menolongku dua kali, dan aku juga sudah membayarnya hari ini dua kali, jadi kita tidak ada balas budi lagi." jawab Kasih dengan tersenyum.
"Hmm...baiklah, kita impas. Tapi dengan pertemuan ketiga nanti, aku pastikan kamu akan berhutang lagi padaku." tatap Abimanyu menyusuri wajah Kasih yang terlihat manis dengan mata coklatnya yang teduh.
Tanpa menunggu Kasih membalas ucapannya, Abimanyu keluar dan berjalan menghampiri Jonny dan Steffi yang sudah menunggunya.
Kasih menatap kepergian Abimanyu dengan sebuah senyuman yang rumit, sungguh Abimanyu mempunyai sifat yang sangat polos dan lucu.