Chereads / CINTA SEORANG PREMAN JALANAN / Chapter 13 - CEMBURU TAK BERALASAN

Chapter 13 - CEMBURU TAK BERALASAN

Bergegas Kasih turun dari motor Jhonny saat tiba di rumahnya.

" Makasih ya Jhon, sudah merepotkan,..." ucap Kasih sambil melepas helmnya dan mengembalikannya pada Jhonny.

" Tidak merepotkan Bu Dokter, malah aku yang harus berterimakasih karena Bu Dokter sudah menolong Bang Abi,..." balas Jhonny sambil beberapa kali menganggukkan kepalanya.

" Ya sudah jaga Abi ya Jhon, jangan lupa untuk mengganti perbannya dan minum obat anti nyeri yang sudah aku berikan,..." ucap Kasih mengingatkan Jhonny.

" Siap Bu Dokter, nanti aku sampaikan pada Bang Abi,..." balas Jhonny dengan antusias.

" Baiklah, aku masuk dulu ya, hati-hati kamu di jalan,..." ucap Kasih sebelum beranjak dari tempatnya dan berjalan ke halaman rumahnya.

Sampai di halaman rumah Kasih mengambil nafas panjang. Di lihatnya ada mobil Gilang yang terparkir di samping mobilnya.

" Kamu baru pulang pagi ini,...?" tanya Gilang saat Kasih baru masuk dalam rumah.

Tanpa menjawab Kasih duduk di kursi di depan Gilang. Dengan tenang Kasih mengambil segelas air putih mineral yang sudah tersedia di atas meja.

" Kasih,...! apa kamu tidak mendengarku,...!" teriak Gilang dengan wajah merah menahan amarahnya.

" Duduklah Lang,...aku mendengarmu, ini masih pagi jangan berteriak, itu tidak baik buat kesehatanmu,..." ucap Kasih dengan sabar hati.

" Bagaimana aku tidak teriak, kalau kamu tidak menjawab pertanyaanku,...!' ucap Gilang masih dengan nada tinggi.

" Aku pasti menjawabmu,...tapi biarkan aku minum dulu ya,..." ucap Kasih sambil menghabiskan air mineralnya.

" Sekarang jawab pertanyaanku,...! kenapa kamu sampai pulang pagi, kamu tidur di mana,...?" tatap Gilang dengan tajam.

" Pasienku demam tinggi semalam, jadi aku menjaganya sampai demamnya turun, karena demamnya belum turun juga,...aku terpaksa tidak bisa pulang,..." jelas Kasih dengan tenang.

Kasih tahu untuk menghadapi seorang Gilang harus dengan tenang dan sabar, jika tidak maka sifat temperamental Gilang semakin menjadi-jadi.

" Pasienmu wanita atau pria,...?" tanya Gilang masih dengan tatapan tajam seperti hakim yang bertanya pada sang terdakwa.

" Kebetulan pasienku seorang laki-laki, dia orang yang pernah menolongku, jadi aku wajib menolongnya,..." jelas Kasih membalas tatapan Gilang yang berapi-api.

" Begitu ya, seorang dokter wanita yang sudah punya tunangan, seharian tidak pulang bahkan menginap di pasiennya seorang laki-laki pula,...apa itu tidak ada bedanya dengan wanita jalang yang berkeliaran di luar sana,...! teriak Gilang tanpa perduli dengan perasaan Kasih.

" Cukup Lang, jika kamu hanya marah-marah di sini sebaiknya kamu pulang saja, aku mau mandi, aku harus berangkat kerja,..." ucap Kasih dengan suara yang datar.

Melihat sikap Kasih yang semakin cuek padanya, dengan kesal Gilang menarik tubuh Kasih, dan menciumi bibir Kasih dengan kasar.

Kasih yang tak tahu dengan sikap Gilang yang begitu saja menariknya dan menciumnya, dengan gerakan refleks Kasih menampar kedua pipi Gilang secara bergantian.

" Plakk,...Plakk,..."

Gilang yang tersadar dari emosinya segera memeluk Kasih dengan wajah sedihnya.

" Kasih,... maafkan aku, aku khilaf aku tidak sadar dengan apa yang aku lakukan,...maafkan aku please,..." ucap Gilang memeluk Kasih erat.

Kasih yang pada dasarnya punya stock kesabaran yang lebih banyak, hanya bisa menghela nafasnya.

" Kamu selalu saja berprasangka buruk padaku, bagaimana kalau aku menunjukkan foto mesramu saat berdua dengan Claudia mantanmu itu,..." ucap Karin pelan namun langsung menutup mulut Gilang yang menuduhnya tanpa alasan.

" Kasih,...Itu pasti ulah Jane, kamu tahu Jane tidak pernah suka padaku, dan lagi Claudia yang merayuku, aku kecewa padamu makanya aku melampiaskannya pada Claudia,..." ucap Gilang mencari alasan yang tepat.

" Jangan salahkan orang lain, introspeksi diri itu sangat penting, kapan kamu belajar untuk mengakui kesalahanmu,..." ucap Kasih sambil meneguk air mineralnya lagi.

" Aku tidak menyalahkan orang lain Kasih, aku bicara yang sebenarnya,..." bantah Gilang dengan kukuhnya.

" Sudahlah Lang, baiknya kamu pulang, kamu juga harus kerja kan,...? aku sudah kesiangan, aku harus mandi sekarang,..." ucap Kasih ingin mengakhiri percakapannya dengan Gilang yang tanpa ada arah.

" Baiklah Sih, aku akan pulang, tapi berjanjilah padaku siang nanti, kita akan makan siang bareng,..." ucap Gilang sambil meraih tangan kanan Kasih.

Dengan pelan Kasih menarik tangannya dari genggaman Gilang.

" Baiklah, tapi aku tidak mau menunggu lama, karena aku masih banyak pekerjaan,..." ucap Kasih yang sudah bosan dengan jam karetnya Gilang.

" Oke sayang, aku pulang ya,..." ucap Gilang dengan senyum menggoda, kemudian berjalan keluar ke tempat mobilnya berada.

Kasih yang merasa sudah terlambat, bergegas masuk ke dalam rumah untuk mandi dan mempersiapkan diri untuk berangkat kerja.

###

Di teras rumah yang sederhana, Abimanyu duduk di kursi kayu dengan wajahnya yang terlihat murung.

" Bang, ada apa,...? dari pagi diam saja,...apa Bang Abi sedang memikirkan Bu dokter,...?" tanya Jhonny dan menebak apa yang di pikirkan Abimanyu.

Abimanyu menoleh pada Jhonny sekilas, kemudian menghela nafas dengan berat.

" Aku tidak bisa melupakannya Jhon,...aku merasa sepi saat dia tidak ada,..." jawab Abimanyu dengan jujur pada Jhonny.

" Memang apa yang telah di lakukan Bu Dokter sampai Bang Abi tidak bisa melupakannya,...? apa Bang Abi tidur sama Bu Dokter semalam,...?" tanya Jhonny semakin penasaran.

Abimanyu melempar koran bekas ke dada Jhonny.

" Otakmu di mana Jhon, mana mungkin Kasih mau tidur sama aku, laki-laki gembel yang tak punya pekerjaan pasti,..." keluh Abimanyu.

" Kan Bang Abi sudah bekerja, sebagai preman di pasar,..." ucap Jhonny dengan polosnya.

Abimanyu hanya menatap Jhonny dengan gemas.

" Kasih seorang Dokter Jhon, mana mau sama aku yang punya pekerjaan sebagai pemuas para Tante girang,..." ucap Abimanyu dengan perasaan hati yang gundah.

" Ya,...sapa tahu Bang Abi dan Bu dokter berjodoh,...kan sudah bertemu tiga kali,..." ucap Jhonny.

" Jhon,...bisa telponkan aku ke Kasih,...aku ingin mendengar suaranya,..." ucap Abimanyu menatap Jhonny dengan hati yang merindu.

" Hehehe bilang dari tadi Bang, kalau Bang Abi lagi merindukan Bu Dokter,..." ucap Jhonny dengan tawa terkekeh.

" Ayolah Jhon,...aku tidak bisa begini terus di sini, badanku semakin sakit semua,..." keluh Abimanyu.

" Oke oke Bang, tunggu ya,...aku telponkan sekarang,..." ucap Jhonny sambil mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Dengan cepat Jhonny menekan panggilan ke Kasih.

" Hallo Bu dokter,..."

" Ya,...ini dengan siapa,...?"

" Jhonny Bu Dokter,..."

'' Oh,.... Jhonny, ya Jhon ada yang bisa aku bantu,...?"

" Ini Bu Dokter, ini soal Bang Abimanyu,..."

" Kenapa dengan Abimanyu Jhon...apa dia terluka,...?"

" Tidak Bu Dokter,..."

" Lalu,...kenapa dengan Abimanyu,...?"

" Bang Abi ingin mendengar suara Bu dokter, katanya,..."

" Di mana Abi sekarang,...?"

" Bentar ya Bu dokter,..."

Tak lama kemudian,...

" Hallo,...mana suaramu Bi,...?"

" Aku di sini Sih,..."

" Ya Bi,... ada apa kamu mencariku,...?"

" Aku rindu mendengar suaramu Sih,..."

" Apa Bi,...?"

" Aku rindu suaramu,..."