Panas matahari yang terik, terasa menyengat kulit Kasih yang putih bersih.
Dengan sedikit menutupi wajahnya agar tidak tersengat matahari Kasih berjalan menyusuri pinggiran pasar yang nampak ramai dengan para pedagang dan para pembeli.
Kasih sedikit pusing melihat orang yang lalu lalang dengan hiruk pikuknya pasar Tanjung.
Hari ini Kasih ke pasar Tanjung hanya perlu membeli beberapa telor, dan gula untuk keperluannya sehari-hari.
Dengan memegang erat dompet kecilnya yang tak seberapa isinya, Kasih melangkah ke arah penjual Es dawet di seberang jalan.
Panasnya matahari membuat Kasih ingin minum segelas es dawet yang terlihat begitu segar dan menggoda.
Kasih menghampiri penjual Es dawet dan memesan segelas untuknya.
Sambil duduk di kursi plastik Kasih menatap orang-orang yang sibuk lalu lalang dengan urusannya masing-masing.
Di sudut toko depan nampak laki-laki yang berwajah bopeng sedang mengawasi Kasih, matanya lekat melihat dompet Kasih yang di genggamnya erat.
Kasih menunggu pesanannya dengan sedikit kepanasan, melihat Kasih yang gerah penjual Es itu menawarkan sebuah kipas bambu pada Kasih agar tidak merasa kepanasan.
Tanpa sadar dompet kecil yang Kasih pegang jatuh ke tanah, Laki-laki yang berwajah bopeng bergerak dengan cepat berlari ke tempat kasih dan langsung mengambil cepat dompet yang tergeletak di tanah di bawah kaki Kasih, kemudian berlari menjauh.
Kasih yang setengah sadar melihat hal itu langsung berteriak keras sambil mengejar laki-laki bopeng itu.
"Pencuriiiiiiiii....copettttt....tolongggggggg dompetku di ambilllll...coopppeetttt!!" teriak Kasih yang terus berlari cepat mengejar laki-laki bopeng yang membawa lari dompetnya.
Di kios rokok, Abimanyu sedang menyesap rokok terakhirnya, matanya tajam menatap orang- orang yang lalu lalang di hadapannya.
"Bang Abi...maaf bang...hari ini saya hanya bisa memberi rokok...karena hari ini jualan saya belum laku sama sekali Bang." cicit penjual rokok dengan wajah ketakutan.
"Santai saja Pak...kalau ada rejeki lebih saja, baru bayar uang keamanannya pada saya." sahut Abimanyu tanpa mengalihkan pandangannya ke arah jalanan yang nampak ramai.
"Makasih Bang...oh ya Bang Abi, dua hari lalu saat kemarin Bang Abi tidak ke sini Bang Benny dan teman-temannya ke sini Bang, meminta uang pada kita semua...katanya Bang Abi sudah tidak memegang area di sini." cerita Penjual rokok dengan wajah terlihat sedih.
"Lain kali kalau Benny ke sini lagi dan meminta uang...jangan di beri Pak...telepon saya saja pak, pasti saya akan datang." ucap Abimanyu yang pandangannya menjadi terpecah saat di ujung tikungan nampak seorang laki-laki berlari kencang sambil memegang sebuah dompet di tangannya, dan di belakangnya beramai-ramai orang yang sedang mengejarnya sambil meneriakinya pencuri.
"Kejaaaarrrrrr terussss...dia pencopeeeettttt !!tangkap orang itu." teriak orang-orang sambil mengejar tanpa henti termasuk Kasih di antara mereka.
Bergegas Abimanyu mematikan rokoknya dan berlari cepat mengejar laki-laki itu saat melewatinya Abimanyu.
Dengan jarak yang sudah sangat dekat, Abimanyu melompat dan menubruk punggung laki-laki itu, keduannya jatuh berguling-guling di tanah.
Dengan satu tendangan keras ke perut laki-laki itu, Abimanyu bisa menangkap cepat pergelangan tangan laki-laki itu dan mencengkeramnya dengan sangat kuat.
"Jika kamu masih ingin hidup...mana dompet itu!! dan serahkan padaku!! cepattt!!" teriak Abimanyu dengan melayangkan tinjunya sekali lagi pada bagian perut laki-laki itu.
Dengan menahan perutnya yang sakit, laki-laki itu berjalan terbungkuk-bungkuk memberikan dompet Kasih pada Abimanyu.
Dengan cepat dan kasar Abimanyu menyaut dompet dari tangan laki-laki itu. Orang-orang sudah berdatangan dan berkerumun mengelilingi Abimanyu dan laki-laki itu.
Kasih maju ke depan dan mendekati Laki-laki itu.
"Mana dompetku...cepat kembalikan!" teriak Kasih dengan nafas yang terputus-putus karena capek berlari.
Dengan tiba-tiba laki itu berlutut membalikkan tubuhnya ke arah Abimanyu.
"Bang...maaf...aku tidak berhasil mengambil dompet itu bang...tolong ampuni aku Bang." ucap laki-laki itu bersandiwara dan berbohong di hadapan semua orang.
Laki-laki itu sangat tahu kalau Abimanyu adalah seorang preman pasar, hingga dia mencoba keberuntungannya dengan memfitnah Abimanyu.
"Mbak...dia yang menyuruhku melakukannya...dompetnya sudah aku berikan padanya." lanjut laki-laki itu sambil menunjuk Abimanyu yang sedang memegang dompet Kasih.
Kasih menatap wajah Abimanyu dengan seksama, sekilas Kasih merasa pernah melihat wajah yang sekarang berada di hadapannya, tapi tak tahu di mana.
Dengan satu sentakan, Kasih menampar pipi kanan Abimanyu di hadapan banyak orang.
Wajah Abimanyu memerah, matanya nyalang menatap wajah Kasih yang telah berani menamparnya dan menuduhnya secara langsung.
Abimanyu menyerahkan dompet kecil itu dengan kasar di tangan Kasih, kemudian mata Abimanyu beralih menatap laki-laki bopeng itu.
Dengan langkah berlahan, Abimanyu mendekati laki-laki itu yang masih berlutut. Di tariknya tubuh laki-laki itu dengan kasar.
"BUGGG"
"Ini balasan bagi orang yang suka mencuri." ucap Abimanyu sambil meninju perut laki-laki itu.
"BUGGG"
"Ini balasan bagi orang yang berani menuduh seorang Abimanyu." ucap Abimanyu untuk kedua kalinya memukul laki-laki bopeng itu.
"BUGGG"
"Dan ini balasan bagi orang yang membuat onar di wilayahku." ucap Abimanyu yang kali ini meninju tepat di wajah laki-laki itu.
Tubuh laki-laki itu limbung serasa matanya berkunang-kunang dan sangat pedih.
"Tangkap dia, dan serahkan pada polisi." perintah Abimanyu, pada anak buahnya yang juga ikut berkerumun.
Dengan sigap anak buah Abimanyu menyeret laki-laki itu dan membawanya ke kantor polisi terdekat yang tak jauh dari pasar Tanjung.
Kasih menelan air ludahnya, rasa ketakutan dan rasa malu nampak di wajahnya, Apa yang di percayanya ternyata salah.
Dengan wajah tertunduk, Kasih menghampiri Abimanyu yang masih berdiri menatapnya.
"Maafkan aku, aku telah salah paham padamu, aku mengucapkan terimakasih." cicit Kasih dengan malu.
"Aku maafkan...dan ingat dua kali aku telah menolongmu...jadi suatu saat kamu juga harus menolongku." sahut Abimanyu dengan tersenyum.
Abimanyu masih mengingat jelas wajah Kasih yang pernah di tolongnya di malam itu.
Wajah Kasih mendongak, tidak mengerti dengan maksud perkataan Abimanyu.
Tanpa berkomentar Kasih berbalik dan melangkah pergi dengan langkah cepat, Dirinya malu dengan tatapan orang-orang karena telah menampar wajah Abimanyu yang tidak bersalah, yang malah membantunya.
"Haaiiiiiii!" panggil Abimanyu dengan suara keras, namun Kasih terus saja berjalan tanpa menoleh ke arah Abimanyu.
"Haiii, siapa namamu?" teriak Abimanyu lebih keras namun teriakannya sudah tidak terdengar lagi, dan tidak mendapatkan jawaban dari Kasih, karena tubuh Kasih telah menghilang tepat pada ujung belokan jalan.
"Siaaaalllllll lagi-lagi aku kehilangan dia." dengus Abimanyu melayangkan tangannya ke udara.
"Siapa nama gadis itu? kenapa dari pertama bertemu, aku mengingat wajahnya terus? ada apa dengan diriku?" gumam Abimanyu sambil meremas rambutnya dengan kesal.