(POV Emili)
Di dalam kamusku, tidak ada sebuah kata yang bernama 'iri'. Sehebat apapun seseorang, sedikitpun aku tidak pernah merasa iri. Mau cewek cantik atau orang kaya, aku tidak pernah merasa iri. Aku tidak tahu kenapa bisa begitu, sepertinya aku terlalu mensyukuri hidup yang aku miliki saat ini.
Kata iri akhirnya ada di dalam kamusku setelah aku masuk ke Kelas 1-F.
Ya, aku iri pada mereka yang mempunyai kekuatan aneh. Aku tahu, meski aku dan teman-teman sudah akrab, rasanya aku paling beda sendiri. Semua anak Kelas 1-F memiliki kekuatan aneh, sedangkan aku tidak. Aku iri, sangat iri sekali. Aku ingin punya kekuatan aneh.
Di perjalanan pulang dari supermarket saat malam hari, aku terus menerus memikirkan hal itu. Aku sudah bertanya pada Sera, bagaimana dia bisa punya kekuatan aneh. Tapi, Sera bilang dia tidak tahu. Nana juga tidak tahu, dia bilang kekuatan anehnya datang begitu saja tanpa sebab yang jelas. Begitupun Lev, teman baruku itu juga tidak tahu.
Padahal, tanggal lahirku juga sama dengan mereka!
Arrghh... aku ingin punya kekuatan aneh.
Gara-gara terus mikirin hal itu, aku jadi gak fokus berjalan. Aku menabrak tukang semir sepatu yang lagi duduk di pinggir jalan.
*Dakkk!
Alat semirnya jatuh berserakan. Aku membantu dia merapikan kembali peralatan semirnya. Setelah itu, aku langsung meminta maaf.
"Maaf Pak, saya tidak sengaja," kataku membungkuk minta maaf, lalu membantu ia merapikan barangnya yang berserakan.
Bapak itu hanya tersenyum.
"Nak, mulai besok kamu akan punya kekuatan aneh," ucap si bapak dengan wajah meyakinkan.
Aku terdiam. Rasanya ada yang janggal. Bagaimana dia tau kalau aku ingin punya kekuatan aneh? Dan kenapa tiba-tiba?
"Kamu tidak usah bingung begitu. Percaya sama Bapak. Mulai besok kamu akan punya kekuatan aneh." Si Bapak menanggapi reaksiku yang kebingungan.
Eskpresiku berubah senang.
"Serius, Pak? Yatta! Kekuatan anehku ini apa, Pak?" tanyaku, antusias.
"Kamu harus cari tahu sendiri," jawabnya, singkat.
Aku agak kecewa. Tapi aku menuruti saja perkataan si Bapak.
Setelah percakapan itu, aku segera pulang.
"Nak," panggil si Bapak. Aku menoleh. "Sampaikan salamku pada Akemi," kata si bapak dengan wajah tersenyum. Setelah ngomong itu, Bapak yang tadi lenyap dari pandanganku. Si Bapak tadi menghilang.
Aku tidak kaget melihatnya. Berada di Kelas 1-F selama dua bulan sudah cukup membuatku terbiasa dengan hal yang aneh-aneh.
Ada satu hal yang aku kesalkan ketika melihat si Bapak tadi menghilang. Belanjaanku juga ikut menghilang.
Stok mie rebusku selama sebulan lenyap bersama orang itu. Minuman dingin dan kripik kentangku pun ikut lenyap.
Tak apalah, aku akan menganggap itu sebagai alat pembayarannya.
***
"Akemi, kamu dapat salam dari bapak semir sepatu. Kamu mengenalnya?" tanyaku pada Akemi.
"Namanya siapa?"
"Hmm... aku tidak tahu. Aku lupa menanyakannya," jawabku, menggaruk kepala.
"Aku sudah lama tidak mengobrol dengan tukang semir sepatu. Terakhir kali waktu aku masih SD." Akemi sedikit menceritakan masa lalunya.
Setelah menyampaikan salam si tukang semir, aku langsung pergi meninggalkan Akemi. Aku gak bilang apa-apa ke Akemi soal kekuatan anehku, aku masih merahasiakannya.
Untuk mengetes kekuatan anehku, aku akan membuat percobaan dengan Lev. Aku akan bersalaman dengan dia. Aku meminta Maggiana dan Lullin untuk memperhatikanku.
"Lev, ayo bersalaman!" pintaku pada Lev.
"Tidak. Aku sudah bosan dilupakan olehmu." Lev menolak.
Tanpa pikir panjang, aku langsung memegang tangan Lev dengan paksa.
.....
.....
.....
"Lev! kamu Lev kan?" tanyaku, antusias.
"Ya, aku Lev. Kamu gak melupakanku?" Lev memandangku keheranan.
Mendengar itu dari Lev, aku langsung loncat kegirangan.
Yatta! Yatta! Yatta! (Hore! Hore! Hore!)
Aku loncat-loncat kegirangan. Anak-anak memandangku dengan wajah keanehan.
Sekarang aku yakin kalau aku punya kekuatan aneh. Aku tinggal mencari tahunya saja.
Maggiana dan Lullin langsung bertanya padaku, tapi aku masih tutup mulut dan pura-pura bodoh. Aku akan merahasiakan kekuatan anehku, sampai aku mengetahuinya sendiri.
"Emili!" Seseorang menepuk pundakku, ternyata dia Shino. "Kamu dicari Yuka dari Kelas 1-C, kamu diminta ke sana."
"Oh, iya," jawabku.
(Haah... males banget. Habis ini ada pelajaran olahraga~)
Tiba-tiba saja, ada yang aneh di kepalaku. Aku langsung berbisik pada Shino.
"Shino. Kamu males ikut pelajaran olahraga,ya?" tanyaku, berbisik.
Shino terkaget.
"Da-dari mana kamu tahu?"
"Gak tau, tiba-tiba saja ada informasi itu dalam kepalaku."
Shino memasang ekspresi keheranan.
(Surat cinta ini aku kasihkan ke Akemi gak, ya~)
(Sialan, Hiroshi anak Kelas E itu bener-bener jago main drum~)
(Si Emili kayaknya suka sama aku, deh~)
(Ngantuuuk~)
(Aduh, mules njiir~)
Tiba-tiba saja, kepalaku dibanjiri berbagai informasi. Pikiran anak-anak bermunculan dalam kepalaku.
"Astaga, ini kan kekuatan aneh Shino, kenapa aku punya kekuatan aneh ini?" pikirku
"Emili!" Seseorang menepuk pundakku, ternyata dia Roman. "Kamu dicari Yuka. Tuh, dia udah nunggu di depan pintu." Roman menunjuk pintu.
"Oh, iya," kataku.
Setelah ditepuk Roman, kekuatan aneh Shino menghilang. Berbagai informasi rahasia sudah tidak membanjiri kepalaku lagi.
Ah, rasanya aku sudah tahu kekuatan anehku. Nanti malam turun hujan, kalau tebakanku benar. Nanti malam aku akan berubah jadi laki-laki.
***
Suara alarm membangunkanku dari tidur. Dengan refleks tanganku mematikannya. Rasanya pagi ini ada yang aneh. Ada sesuatu yang tidak biasa di selangkanganku. Kemudian aku tersadar. Aku langsung berlari ke arah cermin.
"Oh my god! Ganteng sekali diriku," kataku di depan cermin.
Semalam turun hujan saat aku tertidur, akhirnya aku berubah jadi laki-laki. Ternyata tebakanku benar.
Kekuatan anehku adalah: Jika aku berkontak fisik dengan orang berkekuatan aneh, kekuatan orang itu akan tercopy olehku.
Yosh! Sempoa!
***
Ketika aku masuk ke Kelas 1-F, semua anak memandangku dengan tatapan asing. Mereka tidak sadar, kalau aku ini Emili. Ya, wajar aja sih, sekarang aku jadi laki-laki.
"Maaf. Kamu siapa, ya? Itu tempat duduknya Emili." Maggiana memperingatkan.
Aku tersenyum.
"Aku murid baru, keponakannya Emili. Hari ini Emili sedang sakit, dia gak akan masuk," kataku dengan suara laki laki.
"Oh... Kalo begitu selamat datang di Kelas 1-F." Maggiana tersenyum padaku.
Hihihi, gapapa lah berbohong. Sekali-sekali aku ingin menjahili orang lain. Aku akan terus menjadi laki-laki, sampai hujan berikutnya turun.
Pokoknya, aku tidak boleh berkontak fisik dengan siapapun di kelas ini. Kalau berkontak fisik, kekuatan anehku akan berubah lagi.
Sudah aku putuskan, dengan wajah seganteng ini, aku akan menaklukan hati Akemi. Eh, aku juga bisa ngobrol dengan Lev kapan saja. Asik, sepertinya ini bakal menyenangkan.
Shino dari tadi menatapku sinis. Dia sepertinya sudah tahu, kalau aku ini adalah Emili. Ah, kekuatan aneh Shino benar-benar merepotkan. Tapi, aku yakin, Shino gak akan membocorkan rahasiaku ini.
Sekarang, aku akan mendekati Akemi.
Ketika sampai di depan bangku Akemi, aku bingung mau ngomong apa. Meski tiap hari aku lancar ngobrol sama Akemi, saat pura-pura jadi orang lain rasanya ternyata sulit. Ada perasaan takut ketahuan.
Akemi memandangi wajahku dengan tatapan curiga. Pandangan tak enak Akemi semakin membuat nyaliku menciut. Ah, bagaimanapun caranya aku harus memberanikan diri.
Tiba-tiba saja, ada yang menepuk pundakku.
"Hoi, anak baru," terdengar suara perempuan. Aku langsung menoleh, ternyata dia Lemon.
Fiuuhhh... Syukurlah, kekuatan anehku tidak berubah.
"Maaf, Aku harus menginterogasimu dulu dengan Hoshi. Kami takut kalau kamu adalah mata-mata," kata Lemon. Di belakangnya ada Hoshi yang tersenyum jahat.
Ini bahaya, kalau aku bersentuhan dengan Hoshi, kekuatan anehku akan berubah lagi. Tapi, aku pasrah saja dan berjalan mengikuti Lemon.
Tiba-tiba saja Akemi memegang tanganku.
"Tunggu!" Aku, Lemon dan Hoshi langsung menoleh ke Akemi "Laki-laki ini tidak mencurigakan, aku sangat yakin," ucap Akemi.
Namun, gara-gara disentuh Akemi, kekuatan anehku berubah lagi.
Di hadapan semua anak, aku berubah jadi perempuan lagi. Aku berubah menjadi sosok Emili lagi. Aku berubah menjadi Emili yang sedang memakai seragam laki-laki. Semua orang tercengang, kecuali Shino.
Gara-gara sudah ketahuan, aku pun langsung menceritakan tentang kekuatan anehku ini pada semua anak.
"Teman-teman, sekarang aku punya kekuatan aneh. Kekuatan anehku adalah mengcopy kekuatan aneh kalian!" kataku, tersenyum dengan bangga.
*Krik krik krik.
Sial. Tanggapan anak-anak biasa saja. Haduh, gara-gara aku berbuat jahil, sih.
Sekarang, aku punya kekuatan anehnya Akemi.
Tunggu, rasanya ini sangat aneh. Bukankah kekuatan aneh Akemi itu 'kepintaran tanpa batas'? Tapi, kepintaranku tidak bertambah sama sekali. Aku malah merasakan kekuatan aneh yang lain.
Aku langsung memandang mata Akemi. Ekspresi Akemi terlihat seperti orang yang rahasianya baru saja terbongkar.
"Akemi... kekuatan anehmu kok, ada lima?" tanyaku, berbisik pada Akemi.
***
Murid Aneh 17: Kiyotaka EMILI
Kekuatan Aneh: Copycat
Letak Bintang: Telapak Kaki Kiri