Musim gugur di bulan September—setelah liburan musim panas berakhir—SMA Subarashii selalu mengadakan acara rutinan setiap tahunnya. Acara tahunan ini sangat dinantikan semua siswa di SMA Subarashii. Selain ajang pengembangan diri, tentu saja sebagai ajang refreshing sebelum memulai kembali kegiatan persekolahan di semester kedua.
Acara apakah itu?
Yap! Festival Budaya.
Di UAS Semester 1 kemarin, tiga murid dari Kelas 1-F berhasil masuk ke dalam 10 besar rangking umum. Berikut ini hasilnya:
1. Sera (Kelas 1-F) = 493 Point
2. Mindy (Kelas 1-A) = 490 Point
3. Kamiya (Kelas 1-A) = 488 Point
4. Daniel (Kelas 1-A) = 479 Point
5. Megumi (Kelas 1-A) = 472 Point
6. Kazuma (Kelas 1-A) = 467 Point
7. Hiroki (Kelas 1-A) = 461 Point
8. Akemi (Kelas 1-F) = 460 Point
9. Yuka (Kelas 1-C) = 454 Point
10. Rock (Kelas 1-F) = 451 Point
Seharian ini, Sera senyum-senyum sendiri karena berhasil mengalahkan Akemi dalam persaingan mendapatkan rangking teratas. Nilai Akemi jatuh di pelajaran Fisika, nilainya sangat pas-pasan. Sera memasang wajah bangga di depan Akemi, sedangkan Akemi pura-pura bersikap biasa. Padahal aslinya kecewa berat.
Yang paling mengejutkan adalah Rock. Anak berwajah berandalan itu mendapat rangking 10 umum. Semua ini karena kekuatan aneh Kensel yang setiap hari memberikan Rock tambahan kepintaran. Apalagi saat ujian, meja Rock masih bersebelahan dengan Kensel, wajar saja otak Rock jadi encer.
Ya... UAS semester 1 telah berakhir. Kabar baiknya, murid-murid Kelas 1-F berhasil mendapat nilai yang cukup baik. Meskipun ada beberapa anak yang harus mengikuti kelas tambahan.
***
"Oke teman-teman, sekarang aku akan membahas tentang festival budaya kelas kita. Semuanya tolong perhatikan aku," instruksi Roman di depan kelas.
Semua anak menurut dan segera fokus memperhatikannya.
"Akemi, jangan nangis terus, ya. Semangat!" Roman menyemangati Akemi.
"Aku gak nangis!" balas Akemi dengan wajah cemberut.
"Sera, kamu juga jangan senyum-senyum terus. Ayo fokus!" ucap Roman lagi.
"Iya iya..." Sera masih senyum-senyum sendiri. Hari ini dia terlalu senang.
"Oi Rock, mukanya biasa aja. Jangan berlaga kayak orang pinter!" Roman meledek.
Hari ini Rock memang agak sedikit salting. Dia masih tidak percaya bisa masuk 10 besar rangking umum.
"Roman, cepetan bahas festivalnya, jangan ngoceh terus!" Maggiana sudah tidak sabar.
"Hahaha, maaf-maaf." Roman berhenti mengoceh dan langsung membicarakan festival budaya.
"Oke. Sudah diputuskan, kelas kita akan mengadakan maid café. Yang setuju angkat tangan!" Roman mengangkat tangan.
Roman tidak mendiskusikannya sama sekali, dia langsung saja memutuskan kalau Kelas 1-F akan mengadakan maid café.
Semua anak laki-laki dan Maggiana ikut angkat tangan.
"Roman-hentai, belum juga dibahas udah bilang maid café aja. Kita kan bisa mengadakan acara lain, kayak rumah hantu, rumah ramalan, atau mungkin rumah konsultasi cinta. Pokoknya diskusikan dulu!" Nana protes.
Roman kemudian tersenyum.
"Nana, kamu kan punya bakat merajut pakaian. Rasanya sangat disayangkan kalau bakatmu itu tidak dimanfaatkan. Untuk festival kali ini aku serahkan desain baju maidnya sama kamu. Tentu saja, anak laki-laki juga ikut membantu. Setuju?" Roman menggoda Nana.
"Oke. Aku setuju Roman-hentai!" Nana antusias.
Nana orangnya memang mudah dirayu, sedikit saja dipuji atau disanjung, Nana akan merasa sangat senang.
Akhirnya, semua murid setuju untuk mengadakan maid café. Soalnya, para murid cewek juga gak ada yang protes, dan mereka gak punya ide lain.
"Berarti sudah fix, kelas kita akan mengadakan maid café. Ota, kamu jadi juru masaknya, ya!" pinta Roman.
"Siap, kapten!" Ota pasang gaya hormat.
"Teman-teman, di tengah acara festival budaya, sekolah juga mengadakan lomba cerdas cermat antar kelas. Tiap kelas harus mengirimkan tiga orang perwakilan. Menurutku sih kita mengirim Akemi, Sera dan Rock saja. Mereka kan tiga murid terpintar di kelas kita. Bagaimana, kalian setuju?" tanya Roman.
Semua anak masih terdiam, sepertinya semua anak akan setuju.
"Roman!" Lev mengangkat tangan "Aku punya ide lain. Bagaimana kalau kita mengirim Akemi, Kensel, dan Emili saja. Nanti Emili mengcopy kekuatan aneh Kensel, kemudian saat acara lomba, Akemi duduk di tengah-tengah Emili dan Kensel. Jadi, kepintaran tanpa batas Akemi akan ditambah dengan dua kekuatan penambah kepintaran. Kau tau sendiri, satu efek kekuatan aneh Kensel saja sangat dahsyat. Apalagi kalau kita memakai dua. Apalagi yang ditambah kepintarannya adalah Akemi. Bagaimana?" Lev menjelaskan panjang lebar.
Anak-anak jadi ramai di kelas. Ide Lev sangat brilian.
"Aku tahu, nilai ulangan Sera mungkin lebih tinggi dari Akemi. Tapi, dalam pengetahuan umum, aku yakin Akemi masih lebih unggul. Gapapa kan, Sera?" Lev melihat ke arah Sera.
"Oh, iya gapapa kok." Sera masih senyum-senyum sendiri. Lev ikut tersenyum.
"Bagaimana Akemi, kamu mau?" Sekarang Lev bertanya pada Akemi.
"Terserah." Akemi masih cemberut. Sepertinya, hari ini Akemi sedang badmood.
Diskusi kelas pun berakhir, hari ini anak Kelas 1-F akan mulai mempersiapkan dekorasi ruangan dan hal-hal lainnya untuk membuat sebuah maid café. Semua anak kompak dan bersemangat dalam mempersiapkan acara, termasuk Akemi yang sudah pulih dari rasa kecewa. Apalagi setelah Ota menawarkan masakan favoritnya, suasana hati Akemi semakin membaik.
"Akemi, nanti sore aku masakin omurice kesukaanmu di kedai. Kamu datang aja. Gratis!" kata Ota pada Akemi.
***
Setelah seminggu persiapan, akhirnya maid café Kelas 1-F selesai dibuat. Ruangannya indah, baju maidnya catchy, dan menu masakannya sangat menggoda. Semalam turun hujan, Roman berubah jadi Lemon. Jadinya, dia ikut memakai seragam maid juga.
Tidak hanya perempuan, beberapa murid laki-laki pun memakai seragam pelayan pria. Tergantung pengunjungnya, mereka bisa memilih apakah ingin dilayani oleh pelayan pria atau pelayan wanita. Yang memakai pelayan pria adalah Lev, Gen, Rock dan Hide. Karena sekarang hari Senin—harinya Gen si ramah—Gen jadi bisa bekerja dengan baik.
Festival budaya di SMA Subarashii tidak hanya diikuti oleh siswa setempat saja. Siswa dari sekolah lain pun banyak yang datang untuk berkunjung. Murid SMA, anak kuliahan, anak SMP, para orang tua juga banyak yang datang. Bahkan ibunya Lev datang jauh-jauh dari Russia hanya untuk melihat Lev memakai seragam pelayan.
"Irashaimasen Goshuzin-sama, Ojou-sama! (Selamat datang! Tuan dan Nyonya!)" Sera dan Lev menyambut, saat pegunjung hendak masuk ke maid café. Sera dan Lev bertugas menyambut tamu di pintu masuk. Tentu saja, mereka gantian bertugas dengan pelayan yang lainnya.
Pengunjung cukup ramai, Lemon yang memakai seragam maid jadi pusat perhatian para laki-laki. Lemon memang berbakat, dia sangat cocok dan menjiwai ketika memakai seragam maid. Anehnya, meski orang-orang sudah tahu kalau Lemon itu aslinya Roman. Para pengunjung tetap blushing ketika melihat Lemon.
Pelayan cewek yang lain juga gak kalah menarik kok. Akemi jadi tipe pelayan sempurna, Emili jadi tipe pelayan energik, Maggiana tipe pelayan sadis, Lullin tipe pelayan malu-malu, Nana tipe pelayan Loli, dan Shino tipe pelayan yang bisa meramal.
Murid laki-laki yang tidak ada kerjaan kebagian membagikan brosur, mencuci piring, menyediakan stok makanan, dan ada yang dibiarkan keluyuran. Semua diberi jadwal, ada yang bagian kerja dan ada yang bagian menikmati festival.
Kelas lain ada yang membuat rumah hantu, klub film membuat video documenter. Panitia pelaksana lalu lalang ke sana kemari memastikan acara berlangsung dengan baik tanpa ada masalah apapun.
Di lapangan sekolah, berbagai stand berjejer menjual aneka makanan unik dan makanan tradisional Jepang. Murid murid sekolah lain berdatangan dengan wajah gembira. Ada yang datang berdua sama pacar, ada juga yang datang banyakan bareng teman se-geng. Semua orang menikmati jajanan yang dihidangkan para anak SMA Subarashii.
Di sela-sela keramaian pengunjung, orang yang tidak terduga mampir ke maid cafe anak kelas 1-F.
"Anu... Apa Akemi ada di dalam?"
"Iya, Akemi ada. Ada perlu apa dengan Akemi?" tanya Sera pada seorang lelaki. Sepertinya, lelaki itu anak kelas tiga. Dia sedang berdiri bersama Kenji-senpai si Mantan Ketua OSIS.
"Anu... dompetnya Akemi ketinggalan. Ini, tolong kasihkan." Lelaki itu menyerahkan sebuah dompet bermotif buah durian.
"Oke. Nanti saya kasihkan ke Akemi. Kalau boleh tahu, Anda siapa ya?"
"Anu... saya Takumi Yoshino. Kakaknya Akemi. Saya pergi dulu," kata lelaki itu seraya pergi meninggalkan Sera. Kenji-senpai melambaikan tangan.
Setelah mendapat dompet dari Takumi, Sera masuk ke dalam untuk memberi dompetnya pada Akemi.
"Akemi. Ini dompetmu yang ketinggalan, tadi kakakmu datang ke sini," kata Sera sambil memberikan dompetnya.
Akemi memasang ekspresi bingung.
"Sera... Aku ini anak tunggal, loh. Aku gak punya kakak ataupun adik. Lagian, dompetku juga nggak ketinggalan," ucap Akemi.
"Eh??? Terus, Takumi Yoshino itu siapa?"
"Aku gak tau."
Kemudian Akemi mengecek isi dompet yang diberikan oleh Sera. Ternyata, dompet itu kosong. Tidak ada uang sama sekali. Kosong melongpong.
Setelah Akemi periksa lebih lanjut, ternyata ada sebuah foto yang bersembunyi di dalam dompet itu. Sebuah foto perempuan yang sangat mirip dengan Akemi. Seorang gadis cantik berambut panjang dan hitam legam yang sedang tersenyum. Foto itu nampak jadul karena berwarna hitam putih.
"Ini kamu, Akemi?" tanya Sera, penasaran.
"Bukan."
"Apa dia ibumu? Atau mungkin nenekmu?"
"Bukan. Aku tahu foto mereka saat masih muda. Ini bukan foto mereka," jawab Akemi.
"Ah, masa? Fotonya mirip banget sama kamu, Akemi!!!"
Kemudian Akemi membalik foto itu dan melihat belakangnya. Di sana ada sebuah tulisan.
Tertulis di belakang foto 'Akeno Yoshino'
"Siapa itu Akeno Yoshino?" Sera menoleh pada Akemi.
"Aku gak tau," jawabnya.
Hari ini, Akemi banyak tidak tahunya. Padahal di hari-hari biasa, Akemi selalu tahu tentang apapun yang orang-orang tanyakan. Bahkan Akemi bisa tahu warna celana dalam para anak laki-laki.
"Aku baru mendengar nama Takumi dan Akeno. Kedua nama itu tidak ada dalam silsilah keluargaku." Akemi terdiam dan sedang berpikir. "Tapi, perempuan ini benar-benar mirip denganku. Aku jadi penasaran," lanjut Akemi.
"Hey!" Lev menepuk pundak Akemi dan Sera. "Kalian berdua tampak serius. Lagi pada ngapain?"
Sebelum mereka menjawab, dia sudah bereaksi.
"Waah. Ini Ibumu ya, Akemi? Dia mirip sekali denganmu!" Lev berkomentar setelah melihat foto itu.
Mereka berdua kemudian menjelaskan tentang foto itu kepada Lev.
"Hmm... begitu, ya. Ya sudah, karena sekarang giliran kita bertiga untuk bebas. Kita cari saja si Takumi itu," ajak Lev.
Akhirnya, mereka bertiga jalan-jalan ke luar kelas untuk mencari orang yang bernama Takumi tadi.
***
Merela tidak buru-buru mencari Takumi. Mereka menikmati festival budaya ini disela-sela tujuan asli mereka.
Di festival ini, banyak sekali kelas yang membuat rumah hantu. Entah apa alasannya. Bisa jadi karena sekolah ini memang menyeramkan, bisa juga karena mereka pada gak punya ide.
Setelah memilah-milih, akhirnya mereka masuk ke salah satu rumah hantu yang katanya paling menyeramkan. Tentu saja, mereka harus membayar, karena stand-stand di festival ini tidaklah gratis.
Mereka bertiga sekarang sudah masuk ke dalam rumah hantu. Lev sangat bersemangat. Akemi dan Sera bisa melihat dari wajahnya.
...
...
...
Sebenarnya, rumah hantunya cukup menyeramkan. Namun di antara mereka, tidak ada satupun yang penakut. Jadinya gak seru. Gak ada yang teriak-teriak. Mereka bertiga jalan-jalan biasa saja seperti tidak ada apa-apa.
Lev tampak kecewa. Sepertinya, dia mengira Sera dan Akemi bakal ketakutan dan akan memeluk ia erat-erat. Sayang, ekpektasi berlebihannya tidak terjadi.
Setelah itu, mereka masuk ke rumah ramalan. Mereka bertiga di ramal satu persatu. Ramalannya bermacam macam, ada tentang cinta, pekerjaan, juga keberuntungan. Sebenarnya, tidak ada satupun dari mereka yang percaya pada ramalan. Mereka hanya iseng saja. Lagipula lumayan mengasyikan.
"Anda mau diramal tentang apa?" tanya peramal perempuan pada Sera.
"Cinta deh," jawabnya.
Kemudian Sera di suruh memilih 4 dari 13 kartu hati yang disediakan. Sera memilih angka 2, 5, 9 dan King. Setelah itu, peramal mulai membaca artiannya.
"Hmm... Sepertinya saat ini Anda sedang menyukai seorang laki-laki. Tapi, laki-laki itu tidak menyadarinya. Anda ingin menyatakan, namun takut jika pertemanan anda dengan dia akan rusak. Kalau diam saja, anda juga takut kalau dia berakhir dengan perempuan lain. Bukankah begitu?" kata peramal dengan wajah bangga.
Sera mengangguk saja dan memaksakan senyum.
Meski tebakannya 100% tepat. Sera tidak kaget sama sekali. Soalnya, kebanyakan kasus cinta memang seperti itu. Apalagi, peramal ini teman satu klub Sera di klub perpustakaan. Dia tahu kalau Sera jomblo, jadi jawabannya pasti seperti itu.
Lalu, kenapa Sera minta diramal?
"Tapi, anda tidak usah khawatir. Di masa depan, dia akan mendatangi Anda dengan sendirinya," tambah peramal itu.
Meski tahu dia hanya asal bicara, mendengar itu cukup membuat Sera untuk tersenyum.
Setelah Akemi dan Lev diramal juga, mereka bertiga mulai mencari Takumi-senpai. Namun tidak berhasil ketemu.
Akhirnya, mereka bertiga kembali ke kelas, karena waktu bebas mereka telah selesai.
***
Sekarang, saatnya lomba cerdas cermat antar kelas. Maid café Kelas 1-F ditutup untuk sementara. Semua anak ingin menyaksikan pertandingan ini.
Di ronde pertama, Kelas 1-F sudah berhadapan dengan juara bertahan, yaitu Kelas 3-A. Anggota Kelas 3-A adalah Rangking 1 Nasional, Juara 2 merakit robot tingkat Internasional, dan peringkat 3 pegulat sumo tingkat SMA Subarashii.
Sebenarnya, ada yang lebih jenius dari mereka bertiga dalam hal cerdas cermat, yaitu Kenji-senpai. Namun, Kenji senpai tidak ada. Dia menghilang bersama Takumi, si orang misterius.
Kelas 1-F diwakili oleh Emili, Hoshi dan Kensel. Akemi menolak ikut, karena sering pusing jika berada di sebelah Kensel. Kepala Akemi serasa mau meledak. Apalagi saat ini Emili juga sedang mengcopy kekuatan aneh Kensel.
Para peserta mulai duduk di tempatnya masing-masing. Hoshi berada di tengah-tengah Emili dan Kensel. Raut wajah Hoshi terlihat berbeda dibanding biasanya. Hoshi memancarkan aura yang sangat dahsyat, wajahnya yang lucu tiba-tiba berubah jadi menawan. Hoshi terlihat begitu percaya diri.
Pertanyaan pertama pun mulai dibacakan.
"Baik, pertanyaan pertama. Sebutkan—"
*Teeettt...
Hoshi sudah menekan bel, padahal soal belum selesai dibacakan.
"Planet Nibiru," jawab Hoshi.
"Ja-jawabannya benar!"
Semua penonton terkaget. Anak-anak Kelas 1-F bersorak gembira. Hoshi tidak tersenyum sedikitpun, wajahnya masih terlihat songong.
Gara-gara diapit Kensel dan Emili, kepintaran Hoshi jadi sangat luar biasa. Saking pintarnya, dia jadi bisa meramal masa depan.
Pertandingan pun selesai hanya dalam waktu tiga menit saja, Kelas 1-F menang telak dengan skor 20-0.
Namun, Kelas 3-A protes, mereka tidak terima dengan kekalahan seperti itu. Pertandingan pun diulang.
Sekarang, Kelas 1-F diwakili oleh Rock, Gen dan Sera. Akemi sebenarnya ingin ikut berpartisipasi, namun panitia melarangnya karena kekuatan aneh kepintaran tanpa batas milik Akemi dinilai terlalu curang. Padahal, bukan itu kekuatan anehnya.
Setelah pertandingan diulang, Kelas 1-F kalah telak dengan skor 18-2.
***
Hari pertama festival telah usai. Sekarang sudah sore, anak-anak membersihkan maid café dan beres-beres.
Saat sedang beres-beres, Sera tidak sengaja mendengar celetukan Ota.
"Oi Shuu, dengar. Tadi aku bertemu orang aneh bernama Takumi. Dia memanggilku 'Papa' sungguh aneh bukan Hahaha." Ota tertawa.
Sera yang mendengar, langsung mendatangi Ota.
"Ke mana orang itu sekarang?!" Sera menarik kerah baju Ota.
"Gak tau, dia sudah pergi dari tadi."
Sera melepas kembali tarikan bajunya.
"Dia juga menyebut nama Akeno berulang-ulang. Siapa itu Akeno?" Ota bertanya pada Sera.
"Meneketehe!" Sera menjawab kesal, karena sudah malas melanjutkan topik tersebut.
"Mungkin Takumi itu anakku yang datang dari masa depan. Takumi itu kan gabungan nama OTA + AKEMI. Akeno itu mungkin adiknya Takumi. Mungkin di masa depan aku dan Akemi akan menikah, hahaha. Bercanda, bercanda." Ota ngelantur.
Sera memasang wajah aneh ketika mendengar celetukan Ota. Akemi sedang berada di luar kelas, jadi dia tidak dengar apa yang Ota katakan.
Setelah bersih-bersih selesai, semua anak pulang ke rumah. Sera tetap tinggal di kelas, karena Akemi menitipkan tasnya.
Tak lama, Akemi pun datang.
"Makasih Sera. Ayo kita pulang," kata Akemi setelah mengambil tasnya.
Sera mengikuti dari belakang.
"Tadi aku bertemu orang yang bernama Takumi itu. Aku tidak mengenalnya sama sekali," kata Akemi yang sedang berjalan.
"Oh, gitu. Terus dompetnya? Dan siapa itu Akeno?" tanya Sera yang kembali penasaran.
"Aku mengembalikan dompetnya pada Takumi. Dia bilang, Akeno itu adalah adiknya. Karena aku sangat mirip dengan dia, aku jadi dikira adiknya. Dia punya penyakit pikun, padahal umurnya masih muda," kata Akemi dengan ekspresi biasa.
"Oh gitu, tapi kok bisa ya, adiknya sangat mirip denganmu." Sera bertanya-tanya.
"Aku gak tau. Tapi, yang bikin aku heran, Takumi sempat memanggilku 'Mama' sungguh aneh, bukan?" tanya Akemi dengan wajah keheranan.