Setelah mengetahui familiar yang bernama Pangolier memiliki rune dengan efek guru pedang, Nirvana mencarinya. Nirvana giat belajar teknik pedang kepada Pangolier.
Di saat Nirvana sedang berguru kepada veteran kesatria setengah manusia, Isyana sibuk dengan kegiatannya. Seorang guru besar, cabang ilmu kinesis lagi meminta bantuan kepada Isyana.
Pengajar cabang ilmu kinesis memiliki asisten, karena ilmu ini tidak bisa diajarkan oleh sedikit tenaga pengajar kepada banyak akademisi. Banyak orang dengan bakat seni arcane yang rendah, bergantung kepada cabang ini.
Ada tujuh asisten yang membantu profesor Norman untuk mengajar cabang ilmu kinesis. Tujuh asisten sebagai pengajar kinesis, belum termasuk Isyana. Isyana bukanlah asisten yang membantu profesor Norman untuk mengajar kinesis. Isyana mengajar kinesis dengan sukarela.
Isyana datang ke ruang yang lebih besar dan mewah dari ruang guru biasa. Bahkan ini lebih mewah dari guru pertahanan terhadap ilmu hitam. Ruang profesor Norman.
Profesor Norman duduk didalam ruangannya. Menyipitkan mata kepada seorang yang datang itu.
"Maaf, aku lupa mengetuk pintu," ucap Isyana.
"Masuklah," seru Profesor Norman.
Profesor Norman mulai memakai kacamatanya. Isyana melangkah, Profesor Norman masih mencoba mengenali tamunya.
"Isyana, kamu kah itu?" Profesor Norman, mengidentifikasi.
"Iya, ini aku. Aku pernah menjadi sukarelawan untuk mengajar kelas praktik, kinesis," jawab Isyana yang masih berdiri.
"Silahkan duduk!" Setelah Profesor mempersilahkan, Isyana duduk.
"Asisten anda menemui ku. Apakah anda memanggil saya, Profesor?" Isyana bertanya.
"Alasan ku memanggil mu kemari, karena bakat kinesis mu sangatlah istimewa," ujar profesor Norman.
Isyana mengangguk dua kali, lalu tersenyum tipis. Ada kebanggaan didalam senyuman Isyana.
"Apa bakat kinesis pertama yang berhasil kamu bangkitkan?" Tanya Profesor Norman.
"Astrakinesis," jawab Isyana.
Entah kenapa, jawaban Isyana memuaskan guru besar kinesis ini.
"Kamu memenuhi syarat untuk menjadi sampel ku. Sekarang ikut denganku!" Tanpa ada persetujuan terlebih dahulu, profesor Norman bergegas keluar ruang kerjanya. Memberi gestur gerakan tangan, sebagai isyarat minta diikuti.
Tanpa menolak, Isyana mengikuti Profesor Norman.
"Sampel, untuk apa ya?" Isyana berjalan dibelakang guru besar, kinesis.
Singkat cerita mereka menuju ke ruang praktikum seni kinesis.
*********
Gymnasium of kineser.
Ruang yang sangat besar ini ada dilantai satu, gedung B. Di sayap kanan dari kastil akademi sihir ini, terdapat aula besar, indoor. Ruang tertutup, dinding yang lebih tebal daripada dinding biasa. Mungkin ketebalan dinding hingga tiga atau empat kali lipat. Bukan hanya tebal, tetapi kekerasan juga lebih tinggi.
Atap ruang praktik ini, tingginya berbeda dengan semua ruangan di lantai satu. Ruangan ini memakan space di lantai dua dan tiga. Ruang praktik kinesis, atapnya sejajar dengan atap lantai tiga. Jadi tiga lantai menjadi satu. Ruang praktik kinesis, sangatlah luas.
Lantai ruangan ini terbuat dari papan-papan kayu, yang memiliki ukiran berseni tinggi. Ada karpet ditata seolah seperti jalanan. Ada beberapa alat peraga untuk latihan seni kinesis. Manekin kayu juga termasuk alat peraga yang tersedia.
Isyana sudah ada disini, tidak ada orang lain. Ruangan relatif sepi karena hari masih terlalu pagi.
Di sana hanya ada Isyana dan Profesor Norman.
Hari masih sangat pagi....
"Berapa banyak seni kinesis yang kamu kuasai!" Profesor Norman meminta Isyana untuk melakukan demonstrasi seni kinesis.
"Mau ku tujukan?" Tanya Isyana. Kendati Profesor Norman tidak menjawab, Isyana paham apa yang harus ia lakukan.
Isyana memakai chaetokinesis, rambutnya memanjang hingga panjang tidak masuk akal. Isyana meraih manekin kayu. Rambut menariknya seperti menarik kail pancingan. Alat peraga, manekin sudah berjarak sangat dekat.
"Keterampilan yang kuat," ujar profesor Norman.
Ketika rambutnya kembali normal, Isyana menunjukkan lagi keahlian chaetokinesis miliknya. Rambut Isyana memanjang, melaju dengan kecepatan tinggi. Dengan laju yang seperti itu, mustahil lawan dapat menghindarinya. Walaupun lolos, butuh gerakan yang sangat cepat.
Isyana mengatur agar rambutnya menabrak dinding. Seolah sekuat ujung tombak. Ujung runcing dari rambutnya, menembus dinding. Dinding kuat dan tebal, ditembus.
"Ini pengendalian kinesis terbaik sejauh ini," tukas profesor Norman.
Berikutnya Isyana memunculkan harpanya. Memetik senar, Isyana memakai kekuatan audiokinesis. Gelombang suara, melesat melebihi gelombang serang berbasis angin.
Manekin kayu terputus. Badannya terpisah dengan kaki dan tangan sampai kepala. Selain itu manekin kayu terpental jauh dan menabrak dinding. Dinding yang terkena gelombang suara juga mengalami kerusakan agak parah. Dampaknya menegaskan betapa kuatnya seni kinesis yang Isyana kuasai.
"Kamu memiliki pyschic power sangat besar! Kamu adalah dewa kineser." Profesor Norman sampai memuji potensi kinesis Isyana.
Karena Isyana ditanya memiliki berapa pengendalian kinesis maka Isyana masih akan menunjukkan kebolehannya.
Mengeluarkan kartu poker dari sakunya.
"Ini seratus persen dari kertas loh! Kartunya bukan peralatan trik sulap yang dibuat dari material keras loh." Isyana melipat satu sampai dua kartunya.
"Jadi begitu. Paper kinesis?" Guru besar seni kinesis menyadari jenis kekuatan yang akan ditunjukkan.
Kemudian Isyana melempar kartu seolah seperti suriken.
Wush....
Entah bagaimana, angin kencang mendorong kartu-kartu. Kartu yang umumnya jatuh ke tanah setelah dilempar, dapat melesat lebih jauh sebelum jatuh. Bahkan kartu-kartu tersebut tidak ada yang jatuh. Kartu membentur dinding. Menembus dinding seolah terbuat dari bilah pedang, bukan kertas yang lunak.
Bahkan, suara paku menembus dinding terdengar tiap kartu-kartu menancap di dinding.
Bukan hanya itu! Pada lemparan kedua, Isyana membelokkan kartu yang ia lempar. Bukan hanya itu, Isyana melakukan lemparan ketiga, keempat, kelima dan keenam.
Kartu berbelok, ketajaman saat berbelok bervariasi. Ada kartu yang sedikit berbelok, ada kartu yang menukik tajam. Bahkan kartunya dapat dibelokkan bagai bumerang.
Satu kartu menukik 180 derajat, lainnya menukik 360 derajat.
"Mengagumkan, mengagumkan." Profesor Norman menepuk tangan atas kekuatan kinesis Isyana.
Umumnya mage yang belajar seni kinesis, mampu menguasai satu ataupun dua kemampuan kinesis. Sementara mage yang berfokus kepada seni kinesis, bisa menguasai tiga sampai empat keterampilan kinesis. Bahkan tidak menutup kemungkinan bisa menguasai lebih banyak keahlian kinesis.
"Pyschic power mu cukup tinggi untuk menjadi sampel." Itulah yang Profesor Norman ungkapkan.
Isyana menoleh, memiringkan wajahnya.
"Ngomong-ngomong, dari tadi itu, sampel apa ya?" Tanya Isyana.
"Sampel untuk membuat jurnal penelitian tentang, astrakinesis," jawab Profesor Norman.
Isyana tidak berkomentar, lebih memilih menyimak. Berikutnya profesor Norman akan memberi demonstrasi singkat.
"Aku membaca jurnal yang ditulis guru besar kinesis. Jurnal karangan profesor Pieter, guru besar kinesis yang ada pada generasi lebih senior dariku. Mentor ku dan beberapa praktisi lain. Beliau menulis jurnal tentang astrakinesis."
Isyana menyimak, mengangguk seraya berkata, "Menarik."
"Astrakinesis adalah satu-satunya keahlian yang mampu dikuasai oleh siapapun. Dari ribuan sampel yang diteliti, semua dapat mempelajari astrakinesis. Tidak peduli sampel sudah menguasai berapa keahlian kinesis, astrakinesis akan mampu dikuasai oleh siapapun."
Untuk kedua kalinya, Isyana akan berkata, "Menarik."
"Faktanya, astrakinesis adalah kemampuan alami yang dimiliki kineser. Secara alamiah kineser mampu mengumpulkan partikel energi misterius diudara. Kineser dapat menembak proyektil yang disebut astrakinesis."
Untuk ketiga kalinya Isyana akan berkata, "Menarik."
Profesor Norman mengarahkan telunjuknya kedepan, menyerap partikel misterius. Muncul bola partikel berwarna perak. Adalah warna yang menyusun daging roh tubuh hantu. Warna perak yang menyusun tubuh spirit ras ghost.
Kemampuan menyerap partikel, relatif lemah. Hingga bola partikel berwarna perak terbentuk. Lalu profesor Norman menembakan proyektil astral.
Bola partikel astral yang ditembak, cenderung lemah. Ini seperti satu teknik yang bisa dilakukan Casper sejak pertama dibangkitkan sebagai rekan spirit.
"Kineser ahli, dapat menembakkan bola partikel berwarna perak yang seukuran bola lempar--"
"Tapi kan, bola astral milikku warnanya hijau."
"Hijau?"
Isyana memotong, lalu profesor Norman terkejut atas fakta itu.
"Sejak pertama aku menguasai astrakinesis, warnanya hijau, pak, profesor Norman," kata Isyana.
"Menarik, sungguh menarik."
"Ada apa, pak?"
Berikutnya profesor Norman akan menjelaskan.
"Menurut jurnal yang ditulis oleh menthor ku, tingkatan lebih tinggi dari astrakinesis adalah bola astral berwarna hijau. Aneh rasanya kalau ada orang yang menguasai bola partikel warna hijau sejak awal menguasai," ujar profesor Norman.
Tanpa diminta, Isyana menyerap partikel astral yang ada di udara.
Namun anehnya bola partikel yang Isyana buat, warnanya ungu.
"Bola astral berwarna ungu?" Raut wajah tidak percaya diperlihatkan profesor Norman.
Sama seperti profesor Norman, Isyana butuh waktu relatif lama untuk membentuk bola astral menggunakan partikel astral.
"Warna ungu," gumam Isyana.
Isyana pun melepaskan bola astral dengan ukuran yang sama dengan yang dilepas profesor Norman, tapi dengan warna yang berbeda. Tidak disangka, bola astral yang berwarna ungu memiliki kekuatan dahsyat.
Selain itu, bola astral milik Isyana melesat dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari bola astral yang ditembakkan Profesor Norman.
Ledakan besar, menggema, sukses meluluhkan objek yang ditabrak dengan bola astral ungu. Serpihan dinding berhamburan. Serpihan berhamburan sampai radius yang lumayan besar. Tapi tidak sampai membuat dinding runtuh. Dinding sampai berronga, tapi tidak sampai berlubang. Dinding di gymnasium kinesis memang mampu menahan ledakan ini. Ini menegaskan bahwa astrakinesis Isyana sangat kuat.
"Tapi bola astral ku, berwarna hijau kan? Kenapa tiba-tiba warnanya ungu?" Isyana tidak percaya dengan apa yang dia saksikan.
Scene berganti dengan Isyana ada didalam ruangan Profesor Norman. Profesor Norman memberi jurnal penelitian tentang astrakinesis kepada Isyana. Jurnal penelitian itu, wujudnya seperti makalah tebal daripada buku hard cover. Isyana menerimanya dengan baik.
"Kamu bersedia menjadi sampel ku lagi?" Tanya Profesor Norman.
Scene berganti dengan Isyana berjalan keluar ruangan. Isyana memegang pengetahuan baru.
Dan nantinya, astrakinesis menjadi kartu AS baginya.