Chereads / Justice sword (Revisi) / Chapter 137 - Misterius guest

Chapter 137 - Misterius guest

Suatu pagi, Isyana mendatangi ruangan pantry. Isyana hapal betul kalau pantry adalah tempat yang sering dikunjungi Nirvana. Di sana, beberapa kru penjaga sudah akrab dengan Nirvana. Mark atau Joan, terlihat sudah pulih dari lebam. Kondisi ini menegaskan bahwa, beberapa hari sudah berlalu sejak perkelahian kecil ditempat latihan.

"Apa ada yang melihat Nirvana?" Tanya Isyana.

"Kami tidak lihat! Akhir-akhir ini Nirvana sering berguru dengan Pangolier. Mereka sudah jadi guru dan murid. Coba cari di training ground," jawab Mark.

"Begitu ya," gumam Isyana. Kini Isyana memutuskan untuk duduk, rehat barang sejenak.

Rutinitas berjalan biasa, sampai datanglah orang asing dengan keunikannya. Seorang pria yang berambut biru, tau-tau memasuki ruangan pantry. Perawakannya sepantaran dengan Nirvana. Kalau dilihat dari tampangnya, seperti seumuran dengan Nirvana. Pria berambut biru, emo style, rambut cenderung tebal dibagian atas. Poninya panjang, hampir menutup salah satu matanya.

Beberapa orang, memperhatikan sejenak. Mereka merasa aneh saat melihat sosok yang benar-benar tak dikenal, sosok yang asing diingatan.

"Siapa dia?" Gumam Mark.

"Maksudmu, pria berambut biru," sahut Joan.

Kebetulan pria itu berhenti tepat diposisi mereka. Isyana, Mark dan Joan memperhatikannya. Sekilas, penampilannya kurang biasa. Pria tersebut berpakaian tradisional ala bangsa Yunani kuno. Di Altera, kebudayaan seperti ancient Greek tidak ada dimana-mana. Kecuali orang itu berasal dari dunia lain, datang dengan cara yang serupa dengan Nirvana. Di Vilenchia, dari dataran Aluscia dan kepulauan kecil yang menjadi bagian wilayah, tidak terdapat kebudayaan mirip ancient Greek. Di benua utama juga tidak.

Pakaiannya serba putih, gaun ala Yunani kuno. Gaun putih yang dipadukan dengan rompi putih. Rompi putih dengan garis luar berwarna hitam. Sepertinya rompi tersebut berbahan kulit hewan.

"Permisi," sapa pria rambut biru.

"Ya?" Isyana menanggapi.

"Di mana resepsionisnya?" Pria berambut biru bertanya.

"Aku kenal kok dengan karyawati administrasi nya. Tapi pendaftaran siswa baru, belum dibuka," jawab Isyana.

Terdiam, pria berambut biru mengeringkan kening. Sepertinya terjadi kesalahpahaman. Namun Isyana tidak salah, memang benar bahwa ini sekolah. Logika Isyana sudah tepat. Alasan seorang pergi ke bagian administrasi, pasti untuk mendaftar di akademi ini, bukan.

"Aku mencari bagian administrasi karena ingin menginap di hotel ini. Dari jalan raya utama, kelihatannya tempat ini cukup bagus untuk menginap," ujar pria rambut biru.

"Apa katamu?" Tercengang, Isyana melongo atas ucapan pria rambut biru itu. Jelas pria berambut biru yang salah.

"Aku butuh tempat menginap, ok. Kelihatannya hotel ini bagus untuk ditempati. Sejak pertama lihat, aku sudah minat tinggal disini. Cepat, beritahu aku bagian administrasi berada dimana?" Pria rambut biru, bersikeras.

Ketiga orang termasuk Isyana, tak bisa berkata apa-apa.

"Maaf ya, tapi ini bukan hotel loh," sanggah Isyana.

"Aku lihat dari luar, jelas-jelas ini hotel." Pria berambut biru, terus bersikeras.

Sementara Mark dan Joan saling menatap satu sama lain dengan penuh kebingungan.

"Hei Mark!"

"Ya, Joan?"

Mereka kembali menatap pria berambut biru. Selanjutnya Mark segera berbisik dengan nada yang dapat didengar oleh orang lain.

"Pasti dia mengira ini hotel, hanya karena bangunan luar kastil ini mempunyai kemiripan dengan bentuk hotel yang ia kunjungi sebelumnya. Beberapa hotel punya nuansa bertema kastil kerajaan."

"Dugaan mu benar Mark."

Joan membenarkan analisa Mark yang sederhana.

Hotel konvensional yang ada di kota-kota besar, di kerajaan ini, umumnya bertema renaisanse.

Bangunan menara dengan pola Pentagon pada kubahnya, adalah model arsitektur umum dari hotel atau kondominium di Vilenchia.

Bangunan penginapan atau hotel berbentuk kastil, biasanya disebut model klasik. Mereka bangunan kokoh yang berdiri lebih dari lima abad. Model baru adalah menara berbentuk kubah Pentagon.

"Ini bukan hotel loh."

"Jelas-jelas ini hotel."

"Bukan hotel!"

Isyana terus saja mendebat pria berambut biru itu.

"Jangan menipuku, ini hotel!"

"Bukan hotel loh!"

"Jangan-jangan kamu hanya mau mengusirku dari hotel ini!"

"Sudah kubilang beberapa kali," Isyana memulai dengan nada pelan namun wajahnya menegang dan terpejam, mengepal tangan. Lalu Isyana memukul meja, "SUDAH KUBILANG BEBERAPA KALI, INI BUKAN HOTEL!"

Bruk....

Suasana mereda, seorang penjaga sekolah bernama Jacob mendekati Isyana dan pria rambut biru.

"Kamu membuang waktuku saja! Cepat beritahu dimana resepsionis hotelnya, aku ingin menginap di tempat ini," kata pria rambut biru.

"Menginap--"

Isyana terpejam, wajah menegang, berusaha untuk sabar.

"Permisi, ada masalah apa disini?" Tanya kru penjaga yang bernama Jacob.

"Tidak ada, kami hanya sedang bersandiwara." Isyana menatap dengan senyum palsunya kearah Jacob.

"Oh, begitu, baiklah aku pergi," ucap Jacob, kini pergi dan mengabaikan mereka.

Isyana melangkah kearah pria berambut biru. Isyana mengambil posisi sangat berdekatan, sangat mepet. orang pasti akan mengira kalau mereka akan berkelahi.

Isyana menatap dengan senyum palsunya. Senyum ini menyimpan sejuta amarah. Mata terpejam, keningnya sudah sangat tegang.

"Kau benar! Ini kan hotel, hehehe, beneran, ini hotel kok." Isyana memberi tawa palsu yang agak mengerikan, karena itu berisikan banyak rasa jengkel.

Beberapa saat kemudian....

Scene berganti dengan Isyana ada diarea dormitori kru penjaga. Pria berambut biru berdiri dengan santainya, sangat cool. Fiana dan penjaga setia, Blossom ada disana.

Ini semua hanyalah akal-akalan Isyana supaya tidak pusing karena ditanya tentang kamar hotel lagi.

"Kamu pelayan hotelnya? Di sini pelayan hotelnya memakai seragam maid, unik juga," ucap pria rambut biru. Ia mengira kalau Blossom ini pelayan hotel. Pria rambut biru juga mengira kalau Fiana itu resepsionis hotelnya.

"Dan ngomong-ngomong, siapa namamu?" Tanya Isyana.

"Larsa, Larsa saja." Pria berambut biru memperkenalkan namanya.

Beberapa saat kemudian Isyana berada di pantry.

"Loh, ada kamu?"

"Loh, ada kamu!"

Nirvana terkejut karena ini kali pertama menemukan Isyana ada di pantry. Sebelumnya, Isyana tidak pernah mengunjungi pantry. Tapi Isyana tahu dari beberapa orang bahwa Nirvana suka pergi sini dan bergabung dengan para office atau penjaga sekolah. Khususnya para penjaga yang seumuran.

Isyana membalas nada bertanya Nirvana, dengan nada olok-olok. Isyana mengulangi perkataan Nirvana dengan nada kesal dan mengolok-olok.

"Kok kesal?" Tanya Nirvana.

Mereka duduk di meja yang sama.

"Aku memang lagi kesal sih, kamu benar, aku lagi kesal, bingo, seratus untuk kamu." Isyana memberikan senyum masam dan nada jengkel.

"Ada apa?" Nirvana bertanya.

"Barusan ada orang nyebelin. Aku bete sama orang kaya gitu. Kalau setiap hari ada orang seperti itu, bakalan stroke diriku."

"Hahaha."

"Malah ketawa, SETAN ALAS!"

Nirvana hanya sedikit menertawai curhatan Isyana. Isyana memukul meja, memarahi Nirvana karena menertawainya.

"Masa dia bilang ini hotel? Sudah dijelaskan bahwa ini sekolah sihir, tapi orang itu bersikeras bahwa ini hotel. Dia mau menginap disini. Memangnya ini hotel, apa?" Isyana mengangkat bahu.

"...." Sejauh ini Nirvana masih menyimak.

"Cepat buatkan aku kopi!" Isyana memejamkan mata. Rasa jengkel masih membekas dipikirannya.

Waktu maju dua hari....

***********

Setelah Jeageris vakum sebentar, untuk kedua kalinya berkumpul. Nirvana tiba di tenda besar regu keempat. Hanya ada dua orang lainnya. Heracles melakukan misi perekrutan anggota baru. Kuota anggota di regu lain sudah penuh. Sementara regu empat kedatangan tiga orang magic archer saja.

Yang mengejutkan disini adalah....

"Kenapa Clarent ada disini?" Tanya Nirvana.

"Aku pinjam. Dan Iris membiarkan aku meminjam sepuasnya," jawab Isyana.

"Maksudmu Eris?"

"Bukan, itu nama palsu. Aku tahu nama aslinya Iris. Iris adalah nama yang ia gunakan sejak Ragnarok belum terjadi. Kamu tahu, Iris itu dulunya Valkrie. Dia Valkrie yang meminum di sumur pengetahuan, memotong sayapnya sebagai bagian tubuh yang dikorbankan."

Isyana membocorkan identitas asli dewi Eris, sebagai Iris sang Valkrie.

"Iris meminum pengetahuan untuk mendapatkan cara bertahan dari Ragnarok. Iris juga mengetahui cara merubah ras dari Valkrie menjadi vanir." Isyana menambahkan.

"Kamu tahu banyak," komentar Nirvana.

Kemudian fokus Nirvana kembali kepada the destroyer yang bernama Clarent ini. Nirvana memandang kecantikan automata wanita. Ada jiwa buatan yang disebut blue core. Blue core, sejatinya adalah inti roh. Kulit berbasis jaringan hidup yang sembilan puluh persen mirip kulit manusia. Bahkan kulit automata dapat regenerasi.

Endoskeleton terbuat dari logam Asgardia yang langka. Dilapis oleh serat fiber kuat yang mudah untuk diperbaiki.

Nirvana merasa Clarent persis automata di video game Detroit.

"Dan altileri juga?" Nirvana kaget melihat ada gatling gun berkaliber besar.

"Keren kan," sahut Isyana.

"Terminator sword arm?" Nirvana terkejut melihat fitur yang mirip di film Terminator.

"Iris bilang, fitur plug and play," Isyana membalas.

Tangan kanan Clarent bisa dilepas, kemudian diganti pakai gatling gun. Sementara sword arm adalah alat yang mirip dengan pedang di serial full metal alchemist. Pedang yang dimiliki oleh Edward Elrick.

Ada banyak box kayu berisikan butir-butir munisi kaliber besar. Dengan munisi sebesar itu, entah berapa besar lubang yang dapat dihasilkan.

Ada rompi yang super berat. Rompi yang didalamnya banyak batangan logam sebagai pelapis. Rompi yang berat itu, mustahil dipakai manusia. Hanya destroyer saja yang mampu memakai rompi tersebut.

"Dengar, kalian para anggota regu empat!" Semua memperhatikan Isyana yang akan menjelaskan.

"Keuntungan bergabung di regu keempat, kalian tidak harus terjun langsung dalam pertempuran. Yang kalian lakukan hanya menjadi pembawa perlengkapan mecha. Kalian hanya harus menggotong amunisi dan sparepart automata, mengerti!" Intinya, regu empat memiliki fungsi baru. Kekuatan utama regu empat adalah Clarent.

Scene berganti dengan seluruh anggota regu empat berada di area training ground. Clarent mulai menembak kearah papan sasaran latihan. Menembak gatling gun dengan mode burst fire, bukannya mode full auto. Akurasi Clarent sungguh mengesankan.

Suara peluru, terdengar jelas.

"Sudah cukup!" Isyana memberi perintah.

"Dimengerti," jawab Clarent.

Walau bagaimanapun, pada kondisi biasa, Clarent akan lebih sering berada di kastil akademi Griffin Quen. Begitupun dengan Isyana.