Dila membulatkan tekad menemui papa mertuanya. Ia tak bisa memendam rahasia Bara. Kenyataan ini sangat menyesakkan dadanya. Herman berhak tahu penyimpangan sang putra. Siang itu Dila janjian makan siang dengan sang mertua di sebuah restoran. Mereka sengaja duduk di ruangan VIP agar privasi mereka terjaga.
Dila sudah berada di restoran sejak jam setengah dua belas. Ia sengaja datang lebih awal agar tak keduluan Herman. Tidak enak jika mertuanya yang menunggu.
Dila menyambut kedatangan mertuanya dengan tangan terbuka. Menu makan siang sudah tersaji di atas meja. Dila memesan iga sapi bakar, tomyam, bakwan jagung. Tak lupa menyediakan buah untuk pencuci mulut seperti buah naga,kiwi dan melon.
"Sudah lama menunggu Dila?" sapa Herman ramah. Ia sudah menganggap Dila seperti anaknya sendiri.
"Tidak papa. Aku baru juga sampai. Cuma makanan sudah pesan via telepon. Ketika kita sudah datang makanan sudah terhidang."