Bara keliatan lelah karena seharian menjadi raja.Duduk dan berdiri tiap sebentar menerima ucapan selamat dari para tamu ternyata bisa membuat lelah.
Bara melirik Dila,sang istri.Dila juga kelihatan sangat lelah.Bara merasa ngilu sendiri melihat Dila memakai suntiang yang begitu besar di kepalanya.
Untungnya sore hari mereka akan berganti pakaian adat Koto Gadang sehingga Dila tidak perlu memakai suntiang itu sampai sore.
Bara dan Dila di ajak perias pengantin ke kamar untuk berganti pakaian.Bara tanpa sungkan membantu Dila turun dari pelaminan dan menuju kamar.
Bara agak canggung masuk kamar Dila karena kamar itu dihias menjadi cantik dan bertaburan bunga khas kamar pengantin Minang.Bara jadi parno sendiri membayangkan akan tinggal sekamar dengan Dila dan.......
Bara berusaha membuang jauh pikiran negatifnya dan masalah malam pertama nanti ia sudah mempunyai alibi untuk menghindari malam pertama itu.
Untung ada Dian.Bara bernapas lega karena sekretaris cantiknya itu bisa selalu diandalkan.Mojang Bandung itu bisa mengetahui isi kepala Bara tanpa perlu ia mengutarakannnya.
Bara terlebih dahulu diminta perias mengganti baju.Lelaki tampan berusia 35 tahun itu segera menuju kamar mandi mengganti baju adat Koto Gadang.
Bara bernapas lega akhirnya melepas baju pengantin yang membuatnya panas.Bara memakai kaos dalaman untuk menyerap keringatnya.
Tanpa kesulitan Bara melepaskan baju pengantin dan menggantinya dengan baju Koto Gadang.
Tak membutuhkan waktu lama Bara keluar dari kamar mandi.Giliran Dila yang akan berganti pakaian.
Bara dibantu perias memasang salempang dan kopiah.
" Dilanya cantik.Baranya ganteng pasti anak kalian bakal cakep," goda sang perias bernama Dewi pada Bara.
Bara terbatuk-batuk mendengar ucapan Dewi.Jangankan punya anak bobok sama Dila aja dia ogah dan bakal ga bisa.Bara sukanya sama lelaki.
" Doakan saja uni," jawab Bara sok melankonis.Lelaki ini paling pintar berakting menyembunyikan perasaannya.
" Kalian pacaran berapa lama?" tanya Dewi kepo.
Menunggu Dila berganti pakaian membuatnya suntuk.Tak ada salahnya mengajak Bara untuk berbincang-bincang.
" Kami ga pacaran.Kami di jodohkan."
" Kok bisa ya? Pintar sekali orang tua kalian menjodohkan," puji Dewi takjub.
" Jarang zaman sekarang masih ada yang mau dijodohkan.Empat jempol buat kalian.Semoga kalian awet hingga maut memisahkan."
" Amin," jawab Bara mengaminkan ucapan Dewi.
" Sepertinya wajah Bara familiar sama uni.Dimana uni pernah liat Bara ya," Dewi menaruh jarinya di dagu seraya berpikir.
Satu Menit....
Dua Menit.....
Lima Menit....
" Uni ingat Bara.Bara mencalonkan diri jadi caleg kan? Namanya Aldebaran?" tebak Dewi dengan riang gembira.
Bara meringis seraya mengangguk. Periasnya kepo dan serba ingin tahu.
"Uni harap Bara menang pilkada kemaren.Yang muda yang berjaya. Semoga parlemen kita banyak di isi oleh anak muda sehingga kota Padang bisa lebih maju ga hanya berkutat pada PA,Transmart,Basko aja.Hehehehe.Maaf ya Bara uni banyak ngoceh.Dila mana ya kok blom kembali dari kamar mandi.Apa salahnya ganti baju di kamar toch uni sesama cewek.Kalo ganti baju di depan Bara pun ga masalah kali.Bara suaminya," cerocos Dewi bikin Bara pusing.
Bara memukul dadanya pelan.Pengen rasanya mencari lakban untuk menyumpal mulut Dewi agar tidak nyerocos sembarangan.
Ganti baju pun Dila di depannya bahkan telanjang bulat ia tak akan bernafsu.
Pintu kamar mandi berderit.Dila keluar dari kamar mandi dengan pakaian Koto Gadang.Tinggal memakai pernak pernik berupa kalung, gelang dan selendang.
Dewi merias Dila sehingga wanita tiga puluh tahunan itu sangat cantik dan ia lebih muda dari usianya.
" Sempurna," ucap Dewi girang.
" Bara istrinya cantik banget.Harus ekstra hati-hati jaga istrinya biar ga di ambil orang lain," cerocos Dewi melirik pasangan pengantin baru tersebut.
Dila dan Bara saling berpandangan canggung.Dila merasa asing dan masih belum menerima jika ia telah menikah dan menjadi istrinya Bara.
" Cie....cie....pandang-pandangan.Sabar ya Dila dan Bara.Kalo dah selesai resepsi udah bisa itu malam pertama," celetuk Dewi membuat Dila dan Bara terbatuk-batuk.
Jangankan malam pertama bersentuhan dengannya saja aku tak bisa.Aku tak mencintainya.Dia bukan suami yang aku impikan.Batin Dila menjerit.
Ini perias mulutnya ga bisa diam apa.Nyerocos aja dari tadi.Perlu dikasih lem Cina biar itu mulut ga bisa bicara lagi.Batin Bara bermonolog kesal.
" Kalian sudah siap.Yuk kembali ke pelaminan.Tamu sudah menunggu," ucap Dewi menggandeng tangan Dila.
Dila dan Bara masih harus melayani para tamu yang silih berganti datang.Mereka sudah kelelahan dan ingin beristirahat.
" Capek Dil," sapa Bara tersenyum manis.
" Sedikit uda.Kenapa?"
" Aku capek Dil," jawab Bara terkekeh.
" Ternyata capek juga jadi ratu dan raja sehari," cerocos Dila mengundang tawa Bara.
" Dil.Bisa nanti kita bicara empat mata? Ada hal yang harus kita bicarakan menyangkut pernikahan kita?"
" Maksudnya?" tanya Dila keheranan.
" Mari kita bicara tapi bukan disini."
" Baiklah uda.Kita bicara di kamarku nanti.Nanti ketika acara selesai kita ke kamar dan membicarakannya.Setelah magrib nanti uda akan di antar ke rumah oleh para sumando sebelum acara penjemputan.
Jam sudah menunjukan jam lima sore.Resepsi sudah berakhir karena di undangan tertera jam resepsi jam sebelas siang sampai jam lima sore.
Bara dan Dila diantar Naura dan Ria menuju kamar pengantin mereka.
" Kami tinggal dulu ya.Kalian istirahat aja dulu," ucap Naura.
" Bara jaga diri dulu ya.Jangan main sosor sebelum acara penjemputan urang sumando," ucap Ria menjahili Bara.
Kedua kakak ipar Dila segera undur diri dari kamar.Bara melirik kiri dan kanan.Rasanya sudah aman Bara menutup pintu kamar dan menguncinya.
" Apa yang ingin uda bicarakan?" tanya Dila ketika Bara selesai mengunci pintu.
" Dila maaf jika uda akan menyinggung perasaanmu.Kamu tahu jika kita menikah karena perjodohan."
" Lalu? " tanya Dila memotong ucapan Bara.
" Dil.Gimanalah uda mau bilang ya." Bara garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.
" Oke Dila paham maksud uda.Kita menikah karena dijodohkan.Uda mau kita berteman dulu dan tak menjadi suami istri sebagai mana mestinya?" ucap Dila antusias.
Dila bernapas lega karena Bara tidak meminta haknya sebagai suami.Dila tak bisa melakukannya karena ia tak mencintai Bara.
Bara bernapas lega karena Dila sepemikiran dengannya.
" Kita berteman saja sambil mengenal satu sama lain.Tak ada sentuhan fisik selama kita belum saling mencintai.Di depan keluarga kita harus bersikap seperti pasangan umumnya.Aku akan menafkahimu layaknya kewajiban suami umumnya."
" Uda tidak perlu memberiku uang bulanan," ucap Dila menolak.
" Aku tidak menerima penolakan Dila.Kamu istriku dan itu kewajibanku."
" Tapi Dila kerja uda...."
" Walau kamu kerja tetap perlu aku nafkahi dan itu sudah kewajibanku."
" Baiklah uda.Terima kasih telah membuat Dila nyaman.Semoga kita berteman baik.Maaf aku tak seperti yang uda harapkan.Maaf sebelumnya uda akan tinggal disini nanti sesuai adat kita.Itu bagaimana?"
" Kita akan berbagi kamar. Tidur di ranjang yang sama tapi tenang aku tidak akan menyentuhmu."
Dila bernapas lega karena Bara tidak seperti dugaannya yang akan meminta haknya sebagai suami.Walau pemaksa dan arogan namun Bara tak seburuk yang ia.
Resepsi pernikahan Bara dan Dila telah selesai.Selepas maghrib Bara telah diantar pihak keluarga Dila menuju rumahnya. Dalam adat Minangkabau seusai resepsi masih ada prosesi yang harus mereka jalani sebelum tinggal bersama.Sehari setelah pesta Bara akan dijemput oleh para sumando.
Sumando adalah gelar bagi laki-laki yang telah menikah atau lebih dikenal dengan menantu laki-laki.Nantinya Bara akan dijemput oleh para sumando dari pihak Dila termasuk Iqbal sang kakak.
Dalam adat Minangkabau lelaki yang sudah menikah akan tinggal dirumah sang istri.Sama seperti Bara kelak ia akan tinggal dirumah Dila dan akan dipanggil sumando.
Hal ini tidak berlaku bagi Iqbal karena ia memiliki dua istri sehingga ia tak mungkin memilih tinggal dirumah salah satu istrinya.Biar adil maka Naura dan Ria yang tinggal dirumah keluarga Iqbal.
Sesuai dengan janjinya dengan Egi, Bara menyusul Egi ke hotel untuk memberi penjelasan kenapa ia menikah dengan Dila.
Sementara itu Egi sudah uring-uringan di kamar hotel menanti kedatangan Bara.Andai Bara tidak datang malam ini maka Egi akan nekat menyusul Bara ke rumahnya.
Bara mengetuk pintu kamar Egi.Dengan cepat lelaki itu membukakan pintu untuk sang kekasih.Egi menarik tangan Bara masuk ke dalam kamar dan memeluk sang kekasih melepaskan rindu.
" Akhirnya kamu datang Bara.Aku kira kamu ga bakal datang," rajuk Egi dengan manja.
" Aku selalu menepati janji Egi.Kamu saja yang tak sabaran."
" Aku takut kamu akan menghabiskan malam pertama kamu dengan istrimu itu.Aku cemburu Bara."
" Tidak mungkin aku akan menghabiskan malam pertama dengannya.Aku tidak tertarik dengannya."
" Lalu kenapa kamu menikah dengannya Bara? Seharusnya kita yang menikah.Kita harus pergi ke Belanda agar bisa melegalkan hubungan kita," Egi menggenggam kedua tangan Bara.
Bara mendaratkan telunjuknya di bibir Egi.
" Ga segampang itu Gi.Aku terpaksa menikah dengan Dila.Umurku sudah 35 tahun dan papa mencurigaiku seorang gay."
" Kenapa bisa Bara?"
" Aku rasa papa sudah mematainya kita.Kita harus berhati-hati mulai dari sekarang.Aku ga mau papa melakukan sesuatu padamu."
" Aku bisa jaga diri Bara tapi aku marah padamu.Kenapa kamu tidak bilang padaku akan menikah? Kenapa aku harus tahu dari orang lain?"
" Maafkan aku Gi.Aku takut kamu akan marah dan kecewa.Aku hanya tidak mau kamu terlibat.Pernikahan ini dilaksanakan dalam tempo sesingkat-singkatnya."
" Kayak proklamasi kemerdekaan saja," celetuk Egi menatap Bara dengan genit.
Bara tersenyum lucu dan bersedekap. Walau Egi sangat manja dan kadang-kadang kekanakan Bara sangat menyukai kekasihnya itu.
" Kamu ada-ada saja." Bara mencubit kedua pipi Egi.
" Berjanjilah Bara jika kamu akan selalu mencintai dan menyayangi aku.Aku ga mau kehilanga kamu." Egi memeluk Bara dengan erat.
Sepasang kekasih tak lazim itu berpelukan dengan mesra.
" Bara aku kangen sama kamu." Egi merajuk manja pada Bara.
Bara tahu ini kode.Egi sangat merindukannya.Jika mereka bersama pasti mereka tak melewatkan moment mesra mereka.
Walau perbuatan mereka terlaknat, terkutuk dan dibenci Tuhan namun mereka tetap melakukannya.
Ketika mereka akan bermesraan pintu kamar hotel di ketuk dengan keras.Awalnya Bara dan Egi tak mengacuhkannya namun lama kelamaan mereka marah karena ketukan pintunya tak berhenti.Malah terdengar bunyi gedoran dari luar.
Dengan kesal Egi dan Bara beranjak ke depan pintu.Mereka bersumpah akan memberi perhitungan bagi orang-orang yang mengganggu mereka.
Egi berteriak kesal ketika melihat sosok di depan pintu.
" Surprise...," ucap Dian semangat.
Egi mengepalkan tangan karena kesal menatap Dian.Sekretaris sialan itu telah mengganggu kemesraannya dengan Bara padahal mereka akan melepas rindu dan cinta mereka.
" Bos selamat," ucap Dian bahagia memeluk Bara.
" Gadis centil jangan berani kamu menyentuh Bara," ucap Egi geram.
" Kenapa kamu datang kemari malam-malam ? Kamu mengganggu kami," kata Bara mendelik kesal.
" Aku sudah tak sabar untuk membicarakan ini bos.Selamat bos.Anda terpilih menjadi anggota dewan.Anda menang pemilu," ucap Dian histeris.
Tak lama kemudian datanglah para relawan Bara beramai-ramai.
" Bos mari kita rayakan kemenangan bos dan perayaan pernikahan bos.Sepertinya pernikahan bos membawa keberkahan."
Wajah Bara berubah riang.Dia berhasil memenangkan pemilu dan ia akan duduk di kursi pemerintahan provinsi.
Bara berteriak euforia bersama Dian dan para relawannya.Bara meninggalkan Egi sendirian di hotel.
" Aku pergi ke posko pemenangan dulu Gi.Besok kita WA ya," ucap Bara meninggalkan Egi.
Egi marah besar karena Dian mengacaukan rencananya. Rasanya Egi ingin mencekik leher Dian sehingga gadis itu tak bisa bernapas lagi.
Dian memandang Egi dengan senyum licik dan penuh kemenangan.
Aku akan membuat jarak diantara kalian.Batin Dian berkata.
Padang,7 November 2019