Aku memang kalah darinya namun dia tidak akan pernah menang dariku.Aku akan membuat jarak diantara kalian. Batin Dian bermonolog seraya menatap Egi.
Untuk kali ini Dian tak akan membiarkan hubungan Egi dan Bara berjalan mulus.Ia akan jadi penghalang mulai dari sekarang.Dian berharap Dila bisa menahan Bara ke depannya dan ia akan menahan Egi.
Dian tersenyum licik memandang Egi.Ia tahu jika Egi marah besar padanya.Jika saja Dian datang terlambat pasti Bara dan Egi akan bercinta.Dian bernapas lega karena ia sudah menggagalkan Egi dan Bara melakukan perbuatan terkutuk itu.
Andai dari dulu Dian bisa mencegah hubungan Bara dan Egi mungkin mereka tak akan jatuh terlalu dalam.
Di posko pemenangan Bara disambut dengan yel-yel kemenangan.Relawan Bara bahkan ramai-ramai menggendong Bara.Akhirnya kerja keras mereka selama setahun membuahkan hasil.
Masuk kampung keluar kampung untuk berinteraksi dengan masyarakat Bara jalani agar masyarakat mengenal dan memilihnya.Walau Egi sedikit terabaikan semenjak sibuk kampanye namun sang kekasih sangat mengerti dan memahami keinginannya menjadi seorang anggota DPR.
Mereka berpesta.Makan dan bernyanyi seraya meminum bir.Dian tersenyum bahagia bosnya berhasil duduk sebagai anggota dewan provinsi dan mencapai cita-citanya.
" Keputusan KPU kapan Dian?" tanya Bara pada Dian.
" Besok pagi di umumkan secara resmi bos.Emang rejeki menikah ya bos.Resmi nikah eh bos kepilih jadi anggota dewan,"cerocos Dian mengulas senyum.
" Kebetulan saja," jawab Bara dingin."Kenapa kamu harus datang ke hotel memberi tahu bukankah via telpon bisa?"
Dian melongos membuang napas kasar.
" Bos jika udah sama Egi lupa segalanya.Percuma nelpon pasti ga di angkat."
" Kenapa kamu tahu jika saya di hotel?" tanya Bara penuh selidik.
Dian dengan genit membelai dada bidang Bara sensual.
" Bos amnesia ya? Bukannya bos sendiri bilang akan menemui Egi selesai resepsi?Saya tahu bos akan selalu komit dengan ucapan bos.Makanya saya nyusul bos kesana.Sudahlah bos jangan bahas Egi. Kita harus rayakan kemenangan bos.Egi itu urus belakangan.Jadi anggota dewan bukankah ambisi bos selama ini?"
Bara mengangguk dan mengikuti pesta kemenangan dengan para relawan.Dini hari mereka konvoi menggunakan motor dan berkeliling kota Padang.
Sementara itu Egi di hotel dengan keadaan gelisah.Lelaki itu tak bisa memejamkan matanya.Egi berusaha menghubungi Bara.Telpon tersambung namun tak ada jawaban.
Dian yang menginap di posko pemenangan karena tak ikut konvoi.Dian satu-satunya wanita sehingga ia memutuskan tinggal di posko.Dian seperti perawan di sarang penyamun.
Posko pemenangan memiliki kamar untuk istirahat.Kamarnya dibuat senyaman mungkin seperti rumah sehingga Dian betah disana.Sebenarnya kamar ini juga sesekali di tempati Bara.
Dering smartphone Bara tak jua berhenti.Tadi Bara menitipkan smartphone padanya tapi Dian lupa mengembalikannya.
Smartphone Bara mengusik ketenangan Dian sehingga gadis cantik itu kesal dan mengangkatnya.Tertulis nama Egi sebagai penelpon.Dian tertawa kecil seraya mengusap wajahnya kasar.
" Sayang kenapa baru diangkat?" tanya Egi manja dan merajuk.
" Bos sedang tidur lelap.Dia kelelahan," ucap Dian seenaknya."
" Dasar ular putih.Apa yang kau lakukan dengan Bara? " maki Egi mengumpat kasar.
" Ada kaum sodom menelpon," balas Dian tak kalah kasar."Bos terlalu lelah karena keasikan olahraga di atas tubuh gue.Sekarang bos tidur lelap karena sudah mencapai puncak."
" Anjing.Jangan macam-macam sama gue keparat.Kasih telpon ga sama Bara?"
" Gue ga macam-macam kok cuma satu macam.Lo kok ngeyel kalo gue bilangin? Bos itu capek dan udah tidur."
" Bangunin !" teriak Egi frustasi memijit pelipisnya.
" Ga bisa.Bos lagi tidur."
" Dasar wanita jalang sialan!"
" Masih mending jadi jalang daripada jadi homo," ucap Dian mengejek.
" Lo mau gue laporin ke Bara?"
" Cih....main lapor segala," ucap Dian mengejek Egi." Ganti aja celana lo sama rok.Nanggung juga ah.Mending lo operasi kelamin sekalian lo dah cocok jadi cewek.Bukannya lo dah sering disodok si bos.Gantian cari lubang baru atuh."
" Dian jaga batasan lo! Lo mau mati ditangan gue?"
" Aduh gue takut," sarkas Dian pura-pura ketakutan.
" Sebelum lo bunuh gue lo yang duluan mati di tangan gue.Gue sudah pernah
bangkit dari kematian Egi. Jadi gue bukan wanita lemah yang lo duga.Dibalik kelembutan gue tersimpan racun mematikan.Apa lo siap meminum racun dari gue ?
" Jangan merasa bangga Bara selalu menahan lo di sisinya.Lo itu hanya tameng buat Bara.Lo dan wanita itu akan bernasib sama."
" Wanita yang mana ya? " kata Dian pura-pura bertanya.
Dian semakin bernafsu untuk memanasi Egi.
" Lo dan istri Bara akan berakhir menjadi sebuah pajangan.Bara tak akan melirik kalian sedikit pun."
" Benarkah?" tanya Dian tenang. Ketenangan Dian semakin membuat emosi Egi berada di puncak dan siap untuk diledakan.
" Lo pikir gue ga tahu jalang? Selama ini lo mencoba melemparkan diri lo di ranjang Bara untuk membuatnya straight? Lima tahun lo mencoba tapi tak ada hasilnya.Memalukan!" ucap Egi balik mencibir Egi.
" Ya Allah lo cowok apa cewek sich?Kok mulut lemes banget," sarkas Dian menutup mulutnya.
" Gue lupa kalo lo cewek yang terperangkap di tubuh cowok.Oppsss."
" Anjing ! Berantem sama lo hanya habisin tenaga gue," ucap Egi dingin seraya memutuskan sambungan telpon.
Setelah perdebatan kecil dengan Egi di telpon Dian memutuskan untuk tidur. Namun dering smartphone Dian menghalanginya untuk segera tidur. Ketika melihat nama penelpon di layar smartphone Dian segera mengangkat.
" Kemana dia pergi?" tanya si penelpon dengan dingin.
" Bara konvoi dengan tim relawan Pak," ucap Dian gugup.
" Bagus.Apa kamu berhasil menghalangi menjauhkan mereka malam ini?"
" Untuk saat ini berhasil Pak.Aku sudah basmi virus itu."
" Lakukan segala cara untuk membuat mereka jauh.Batasi ruang gerak Bara mulai dari sekarang.Jauhkan dia secara perlahan-lahan dari Egi."
" Bagaimana jika Egi kita lenyapkan Pak? Aku bisa melenyapkannya jika anda mau."
Pria penelpon Dian tertawa cekikikan. Tak menyangka Dian dingin dan tak berperasaan.
" Jangan mengotori tanganmu dengan darah virus itu.Nanti kau akan terkena penyakit."
" Lalu bagaimana cara mengatasi Egi Pak?Dia lelaki posesif yang menghalalkan segala cara."
" Bermainlah dengan cantik secantik wajahmu."
" Caranya Pak?"
" Tidak salahkah kau bertanya itu padaku? Kau tahu apa yang harus kau lakukan! Gadis pintar sepertimu layak menjadi anggota BIN bukan sekretaris Bara."
" Jangan membuatku besar kepala Pak."
" Jangan terlalu merendah Dian.Aku percaya padamu."
" Terima kasih telah percaya padaku Pak.Semoga aku tak mengecewakan anda."
" Kerjamu bagus makanya Bara menahanmu di sisinya.Tetaplah berada disamping Bara apa pun yang terjadi. Jangan biarkan dia sendiri !"
Dian tertawa bahagia mendengar ucapan si pria.
" Ingat Pak.Bara sudah memiliki istri."
" Tapi mereka tidak saling mencintai. Masih butuh waktu untuk mereka saling mengenal.Semoga Dila bisa mengembalikan Bara ke kodratnya. Amin..."
" Aminnnnn," ucap Dian mengamini.
Suara ketukan pintu mengusik Dian.Siapa juga yang berani bertamu malam-malam begini.Tanpa rasa takut Dian melangkah ke depan pintu untuk melihat siapa yang datang.
Dian berjalan perlahan-lahan dengan telpon yang masih tersambung.Ketika mengintip tamu yang berkunjung di balik jendela mata Dian melotot tajam.