"Pak selama jadi anak buah Bapak, baru kali ini kami melihat senyum Bapak. Bapak Seperti terlahir kembali." Tia mengomentari Bara.
Bara melengkungkan senyum. Setuju dengan pendapat Tia. Beberapa tahun belakangan ini memang ia tak pernah tersenyum. Hidup dalam bayang-bayang masa lalu. Tak ingat siapa dirinya. Tak ingat keluarga dan tak ingat semuanya. Bara bak hidup dalam persimpangan.
Bara bertopang dagu. Tersenyum melihat aksi Rere di rumah Dila. Ingin sekali memeluk Rere saat ini karena berhasil menjalankan rencana mereka, bahkan hasilnya diluar ekspektasi Bara.
"Tentu saja aku tersenyum. Aku telah menemukan cintaku yang telah lama hilang. Aku menemukan istriku dan juga anak-anakku."
"Lalu apa rencana Bapak selanjutnya?"
"Aku akan mendekati anak-anak." Bara tersenyum. Ia mengambil ponsel lalu menatap potret Dila dan triplets. Bara memasang foto mereka sebagai wallpaper.