Dila kembali ke kamar perawatan Herman dengan perasaan yang tak karuan. Ia menghapus air matanya dan bersikap seperti tak ada kejadian apa-apa. Pembicaraan dengan Iqbal menyesakkan dadanya. Iqbal sudah tak seperti kakak yang ia kenal. Tak ada sifat melindungi seperti dulu. Ayah berhasil mempengaruhi Iqbal hingga tega melakukan semua ini.
Herman bangkit dari ranjang hendak mengambil minum. Tenggorokannya kering. Dila dengan cepat mengambil gelas dan mengisinya dengan segelas air. Dila memberikannya pada sang mertua.
"Terima kasih Dil."
"Sama-sama pa. Seharusnya papa bangunkan Alvin kalo mau minum."
"Dia ngantuk Dil. Makanya papa enggak mau ganggu dia tidur. Kamu darimana?"
"Dila dari kantin pa. Lapar. Papa mau roti?" Dila menawarkan roti yang ia beli di kantin.
"Enggak usah Dil. Papa masih kenyang. Papa cuma haus saja kok. Bara belum balik?"
"Belum pa. Kayaknya ada urusan penting yang harus mereka selesaikan."