"Selamat atas pernikahan kalian," kata Fatih pilu. Sejujurnya ia tak sanggup mengatakannya, tapi berusaha tegar.
"Apa ucapan itu berasal dari hati abang yang terdalam?"
"Kenapa Dila? Sepertinya kamu tidak bahagia dengan pernikahan kamu?"
"Abang bisa lihat di mataku. Apakah ada kebahagiaan itu? Abang tahu kebahagiaanku ada pada siapa?"
"Masih adakah rasa itu untukku Dila?"
Dila bungkam tak bisa menjawab, suaranya tercekat di tenggorokan, ia pun terasa sulit untuk bernafas. Menyatakan isi hatinya sesungguhnya pada Fatih sudah tidak mungkin. Dila sadar dengan posisinya, ia adalah istri dari orang lain. Tak baik jika seorang istri mengatakan masih cinta atau suka pada pria yang lain yang bukan suaminya.
Dila menyentuh dadanya menahan perih di hatinya. Ini sangat sakit dan perihnya ibarat luka yang disiram air jeruk. Rasanya lebih sakit daripada rasa sakit yang selama ini pernah ia rasakan. Suasana mendung meliputi keduanya, mereka lebih banyak diam daripada bicara.