Jack menggeleng bingung dia yang tertembak tapi dari tadi Joe yang mengaduh sambil mengobati luka di tubuhnya.
"Aduhhhhhhh ... Ya Tuhannnnnn ... Awwwwwwww ...."
"BERISIKKKK bisa diam tidak kepalaku makin sakit Joe."
"Jack aku baru saja mengeluarkan peluru dari bahumu apa tidak sakit? Kenapa diam saja?"
"Tentu saja sakit, tapi apa perlu aku menjerit sepertimu?"
"Huuuhhh ... sekarang aku tau kenapa kau dulu menyuruhku kuliah kedokteran! Jadi untuk ini?!"
"Yah akhirnya kau tau juga kegunaanmu." Jack mengetatkan rahangnya saat dengan sengaja joe menekan bekas lukanya.
"Akhirnya aku bisa melihat ekspresi kesakitanmu," kata Joe kesal.
"Jangan dibebat," pinta Jack saat Joe hendak membebat lukanya. Joe diam dengan ekspresi bertanya. Jack berdiri dan mengambil sesuatu di dalam lemari lalu memberikannya pada Joe. Joe bingung karna menerima sesuatu yang mirip seperti terasi udang yang sudah di encerkan.
"Oleskan ke lukaku."
"Apa ini?"
"Tak perlu bertanya oleskan saja." Joe menurut dan mulai mengoleskannya hingga luka Jack tertutup sepenuhnya dengan cairan itu.
"Sudah ku katakan jangan di bebat Joe." Joe menghela napas pasrah dan mulai membereskan peralatan yang di gunakan tadi.
"Benar kau tak butuh donor darah?" tanya Joe.
"Tak perlu. Istirahat sebentar sudah cukup."
"Baiklah kalau kau masih merasa tidak enak, tidak usah datang ke pernikahan Alex nanti malam. Aku akan memberitahu hal ini padanya, pasti dia mengerti"
"Tenang saja, nanti malam aku sudah pulih. Sebaiknya persiapkan saja dirimu."
"Fine. See you then." Jack tak menjawab hanya merebahkan tubuhnya dengan posisi tengkurap. Joe langsung keluar dari kamar Jack. Walau bukan dokter sungguhan, tapi Joe pernah mengenyam bangku kuliah yang berhubungan dengan dunia kedokteran. Dia tau banyak mengenai obat-obatan. Tapi dia tak pernah tau obat apa yang di gunakan Jack untuk luka-lukanya. Karena obat itu seperti mantra sihir yang bisa mengobati Jack yang terluka separah apapun dengan waktu singkat.
Seperti contoh luka sayatan yang harusnya kering dalam jangka waktu tiga hari. Tapi jika menggunakan obat itu, dalam satu jam, luka itu sudah sembuh dan mengering. Disitulah Joe kadang merasa Jack punya kemampuan sihir. Tapi Joe tak pernah percaya hal seperti itu. Maka Joe tahu, pasti ada alasan logisnya dibalik kemanjuran obat-obatan itu. Dan suatu saat nanti, Joe akan mengetahuinya.
Jack mencoba memejamkan matanya setelah kepergian Joe. Jack tahu, Joe penasaran dengan obat yang selalu dipakainya. Tapi Jack tak mungkin memberitahukan. Jack tak ingin Joe masuk terlalu dalam ke lingkup keluarganya. Karna semakin banyak yang di ketahui Joe semakin besar pula bahaya yang mengancamnya. Jack tahu, tak seharusnya dia berhubungan dengan orang lain. Tapi pertama kali melihat Joe, dia seperti melihat adiknya yang sudah meninggal. Bukan wajahnya tapi sifatnya yang ceria dan selalu ingin tau.
Jack meringkuk diam saja saat teman sekolahannya membully-nya. Sekolah itu sudah sepi karena jam pulang sekolah sudah selesai dari tadi. Saat baru melewati lorong depan kelasnya dia di hadang 5 orang yang terkenal suka membully dan merampas uang saku di sekolahnya. Jack tak terkejut, karena ini sudah kesekian kalinya dia di cegat dan dibully. Dalam sekelebat saja Jack bisa menghabisi mereka semua tapi Jack tak melakukannya. Karena dia tak boleh mencolok.
Semenjak kematian adiknya Jack di sembunyikan di negara yang tak mungkin di curigai musuh-musuh ayahnya yaitu Indonesia. Dia di sekolahkan di tempat biasa dan hidup di lingkungan yang juga biasa-biasa saja. Untuk menghindari perhatian.
"Bule cungkring mau ke mana?" seru sang ketua genk.
"Pulang Kak."
"Setoran lu mana enak bener main pulang aja." Dan seperti biasa Jack mengeluarkan uang sakunya dari tas dan menyerahkannya pada kakak kelasnya itu.
"Cuma segini cih ... lu bule tapi kere!!"
"Keluarin lagi pasti ada yang disembunyiin," salah satu dari mereka berujar.
"Bener juga biasanya kan lebih dari ini!" seru satunya lagi.
"Tadi kan ada iuran kelas Kak," kata Jack pelan sambil menunduk sseolah-olah takut.
"Iuran apaan? Di kelas gue gak ada. Ngaco lu!!"
"Kayaknya ni bule minta dikasih pelajaran."
"Betul. Berani bener dia bo'ongin kita!!" Dan tanpa menunggu lama, mereka pun memukuli dan menendang Jack hingga tersungkur. Jack diam saja bukan karena tak sakit tapi karena agar ini segera selesai dan dia bisa pulang. Sedang Joe yang baru menginjak kelas 1 SD melihat kejadian itu. Awalnya Joe berniat pulang dan menunggu kakaknya Alex menjemput di depan gerbang. Tapi setelah lama menunggu Alex tak juga muncul Joe memutuskan menunggu Alex di dalam saja karena di luar begitu panas. Saat masuk itulah tanpa sengaja Joe melihat Jack yang di hajar oleh lima orang. Joe benci pengkroyokan sebenci orang-orang yang mengeroyok dan memperkosa ibunya.
"BERHENTIIIII!!!" Joe berteriak lantang tanpa rasa takut. Kelima orang itu pun langsung menoleh kearah Joe dan seketika terbahak.
"Ada apa bocah kamu tersesat?" ujar salah seorang dari mereka.
"Adek mau permen?" Kata seorang lagi.
"Atau mau di anter ke toilet?" kata seorang lagi sambil tertawa terbahak-bahak. Joe tidak menanggapi dan berusaha memberi tatapan mengintimidasi yang selalu dilakukan Alex pada orang yang tidak disukainya. Tapi sebenarnya saat itu Joe tak terlihat menakutkan tapi semakin terlihat lucu dan menggemaskan.
"Udah pulang aja bocah minta susu dula sama ibumu" Kata mereka semakin menertawakan Joe.
"Dasar gak punya malu beraninya keroyokan. Kalau berani sini lawan aku satu-satu." Kata Joe tanpa rasa takut.
Jack yang mendengar itu langsung terpaku. Siapa bocah ini? Kenapa berani sekali. Sedang 5 orang itu semakin tertawa meremehkan Joe. Joe yang merasa terhina langsung menerjang salah seorang dari mereka hingga jatuh lalu dia menendang satunya lagi hingga membungkuk kesakitan tapi saat dia hendak mendorong lainnya. Satu orang mencengkeram ke dua tangannya. Dan tak membutuhkan waktu lama hingga akhirnya Joe juga meringkuk di sebelah Jack dengan pukulan dan tendangan yang bersarang di tubuhnya. Setelah puas menghajar Jack dan Joe kakak kelas Jack itu langsung pergi ke luar sekolah dan mengunci pintu gerbang meninggalkan dua bocah yang babak belur.
Jack memandangi Joe yang berusaha bangun dan duduk.
"Butuh bantuan?" tanya Jack.
"Kau bahkan tak bisa membantu dirimu sendiri dan sekarang kau ingin membantu-ku, cih …. " Joe menatap Jack dengan wajah meremehkan. Jack hanya diam dan terus melihat Joe. Entah kenapa dia merasa ada yang menarik dari diri bocah ini.
Joe berusaha bangkit berdiri dan menoleh pada Jack "lain kali jika ada yang memukulmu balas jangan diam saja. Kau ini laki-laki jangan lembek. Dasar pengecut."
Jack merasa dejavu dengan kata itu.
Dasar pengecut.
Dasar pengecut.
Dasar pengecut.
Itu adalah kata-kata yang selalu dikatakan adiknya Jhonathan setiap kali dia tak mau menuruti keingintahuannya.
Dasar pengecut.
Dasar pengecut.
Dasar pengecut.
Kata-kata itu terus berputar-putar di otaknya seperti kaset rusak.
Tanpa disadari Jack mengikuti Joe yang sudah melangkah jauh di depannya dengan tertatih tatih. Jack tau pasti kaki Joe sakit karna di tendang tadi. Saat sampai di gerbang Jack melihat Joe yang ke bingungkan karna gerbang yang di kunci dan tak lama kemudian dia melihat seorang anak yang seumuran dengannya menghampiri Joe dengan wajah panik dan khawatir.
Jack lagi-lagi terpaku di tempat. Dia seperti melihat dirinya sendiri saat melihat interaksi antara Joe dan Alex. Bagaimana Alex yang panik melihat Joe babak belur. Dan bagaimana Joe yang tertawa melihat kepanikan Alex. Itu tingkah dirinya dan adiknya. Sama persis. Karena Jhonathan selalu menertawakan ke khawatiran-nya.
Entah bagaimana akhirnya Alex berhasil membuka gerbang itu dan membawa Joe pulang. Yang Jack tau mulai hari itu dia tidak bisa berhenti mengikuti Joe.
Setiap hari yang di lakukan-nya hanya mengikuti Joe layaknya anjing mengikuti majikannya. Joe yang awalnya risih lama-lama bisa menerimanya. Bahkan Jack seperti bodyguard karena sejak kejadian itu Jack tidak menutupi kemampuannya lagi. Dia menghajar dan menyingkirkan semua yang mengganggu Joe bahkan orang yang pernah membully-nya dulu kini ketakutan jika berpapasan mereka.
Entah kenapa Jack merasa dia harus melindungi Joe seperti dia melindungi adiknya.
Sejak saat itulah Joe dipanggil Prince. Karena tingkah Jack yang melindunginya seperti melindungi putra mahkota.
Semakin hari bersama Joe dan Alex. Jack semakin merasa melihat dia dan adiknya. Dia senang karena merasa memiliki adik lagi. Menggantikan adiknya yang telah tiada. Pergi jauh karena kesalahannya.