Chereads / Istri Sang Juragan / Chapter 38 - Terlihat lucu...!

Chapter 38 - Terlihat lucu...!

"Kak aku tak mau pulang...aku takut sendirian".

"Iya! Jawab Richman menenangkannya. Hasnah kembali menangis. Baru sekarang ia merasa di perhatikan. Richman membawa Hasnah ke Perumahan GTS, rumah itu dulunya punya Ibu Mega. Richman membelinya dari bu Mega setelah mereka pulang ke Bandung.

Malamnya Richman membawa Hasnah ke dokter kandungan. " Ibu perlu istirahat yang banyak, kondisinya kurang bai, sebaiknya di rawat inap di Rumah sakit", kata dr Nurul. Richman sedikit kacau. "Bisakah di rawat di rumah saja?" ia tak bisa mengurus Hasnah kalau di rumah sakit. "Bisa tapi standar rumah sakit". Richman minta bantuan dr Nurul menyiapkan standar perawatan untuk Hasnah.Dia sedikit lebih lega. GTS dekat dengan rumah sakit I. A Moeis, 2 orang perawat menjaga Hasnah, ia juga menyiapkann asisten rumah tangga membantu Hasnah di rumah. Richman berada pada situasi yang rumit dalam hidupnya. Ia harus bisa membagi hati dan fikirannya dengan porsi yang adil dan semampu yang bisa di lakukannya.

Hasnah sudah aman sekarang. Sudah ada orang mrngurus dan menemaninya. Setiap bulan ia menemani Hasnah kontrol. Richman menyiapkan kamar bayinya menggunakan jasa pedagang online untuk membeli segala kebutuhan bayi. Calon bayinya perempuan. Hasnah meminta Richman mencarikan nama anak mereka. Sudah bulan ke tujuh. Richman akhirnya meminta uma abah di banjar datang menemani Hasnah.

Richmah mengatur jadwal segala urusannya dan perhatiannya. Kotabangun, Samarinda, Balikpapan, PPU, Anggana, Jakarta, Jawa barat, Jawa tengah.

Untuk urusan di Kotabangun sudah di urus om Aji,.

Om John urusan pertanian lokal Balikpapan, Panajam dan Teluk Dalam (nama desa di kabupaten Kukar). Jakarta dan sekitarnya di handle Angelina. Urusan pesantren, Murni dan anak-anak di urus Miss D.

Sekarang dia seperti laba-laba terperangkap dalam sarangnya sendiri. Richman sibuk mengurus berbagai hal hingga lupa kesehatannya sendiri.

Ikatan kasih sayang antara ibu dan anak tidak bisa dihilangkan walaupun sudah terpisah secara lahir dan bathin.

Sejak baru lahir Zaid di susui dan pelihara Fatimah dengan kasih sayang.

Namun kedekatan Murni dan Zaid adalah takdir ibu dan anak.

Karena adanya interaksi yang intens mendekatkan ikatan emosional mereka. Murni mengetahui bahwa Zaid adalah anak kandungnya tetapi karena amnesia yang dideritanya Murni jadi melupakannya.

Sejak Fatimah punya bayi dia mulai kuwalahan mengurus 2 anak, Zaid suka cemburu dengan adik barunya. Dia tak ingin kehilangan kasih sayang uminya.

Murni kemudian mengambil alih memeihara Zaid. Karena hubungan darah mereka, Zaid begitu mudah lengket dengan Bundanya Murni. Dia juga sudah mau tidur bersama bunda Murni dan abang Maulana.

Sebenarnya Fatimah ingin pulang ke Bandung, tetapi ia pun tak punya sanak saudara disana, ia yatim piatu, Kyai Ibrahim pemilik panti dan pondok pesantren menjodohkannya dengan ustadz Abdullah keponakan pak Kyai yang juga yatim kemudian mereka merantau ke Samarinda, suaminya mengajar di madrasah dan ia sendiri mengajar mengaji anak-anak di rumah, Ustadz Abdullah menjadi imam tetap di musholla Aji Kartini, hingga kemudian H Richman yang minta tolong untuk mengelola pesantren yang baru di bukanya. Fatimah juga mengajar mengaji ibu-ibu di musholla Aji Kartini.

Murni membantu Fatimah mengurus anak- anak santri belajar. Kesibukannya di pondok melupakan kegundahannya tentang status nya sebagai istri Richman yang tidak bisa diingatnya.

Kadang ia merasa risih kalau ada Richman datang menengoknya dan anak-anak.

Sulit baginya menempatkan hatinya kembali ke Richman. Dia merasa dirinya hanya cangkang tubuh manusia yang kosong tanpa memori. Dia merasa hampa.

Setiap malam ketika anak-anak sudah tidur, Murni melihat kembali fhoto-fhoto dirinya ketika menikah dengan Richman, fhoto mereka di studio, video saat hamil Zaid dan setelah hamil Zaid.

Tetapi dirinya bagai orang lain yamg terperangkap tubuh Murni.

Murni mencoba bersikap hangat dengan Richman ketika bersama anak-anak. Namun ketika anak-anak tidur ia menjadi sosok asing dan dingin bagi Richman, tak ada cinta, tak ada cemburu. Dirinya dingin dan hambar.

Richmam juga merasakan hal yang sama, meskipun rasa cinta dan rindunya menggebu kepada Murni. Jadi padam dan mati karena tak berbalas, tak bersambut. Cintanya bertepuk sebelah tangan.

"Berikan saya waktu....saya belum bisa siap", Murni menggunakan kata 'saya' bukan 'aku' seperti dulu dia juga memanggilnya 'Kak' bukan 'Rich'. Richman merasa sakit dan pilu. memandang Murni yang tertidur tanpa dosa. Meski mereka tidur sekamar tetapi tidak ada keintiman diantara mereka.

Tengah malam, masuk pesan dari Angelina. "Rapat pemegang saham besok jam 14.00 WIB, bahan rapat sudah kusiapkan.Kamu bisa hadir?"

"Pagi pukul 09.00 WIB aku tiba dari bandara Aji Pranoto Samarinda", balasnya.

***

Tepat pukul 10.00 Wib, Richman sudah nongkrong sarapan pagi dan minum kopi di bandara Soeta sebelum Angelina menjempunya, menuju Hotel Indonesia.

Rapat kali ini membuat Richman gugup, ia tak pernah rapat sepenting dan sebesar ini, biasanya rapat dengan mitra kerja dia didampingi om John atau kakeknya om Aji. Sebenarnya ia bisa aja di wakili oleh Angelina. Richman sudah bertemu dengan beberapa orang mitra kerjanya ini, tetapi hari ini mereka bertemu juga dengan importir dari Korea.

Di sisi lain Richman ingin keluar dari kehidupannya sebentar yang cukup menyita energinya.

Untuk sementara ia melupakan Murni yang semakin menjauh darinya, dan Hasnah yang memelas hatinya.

Hasnah tak pernah tahu kalau Murni sudah sembuh dari koma dan kelumpuhannya.

Murni tidak tahu kalau Hasnah hamil dan tidak lama lagi melahirkan.

Dan di Jakarta ada Angelina yang mulai merubah kehidupannya.

Bagi sebagian orang dan kaum Adam, mungkin dia dikategirikan laki-laki yang beruntung, sukses kaya dan punya 2 istri yang tidak saling mengganggu bahkan terlihat akur. Tidak ada resep yang bisa diberikannya kepada kaumnya bila seandainya mereka tahu tentang hidupnya.

Tetapi Richman hanya Richman. Lelaku sederhana yang kesepian dan terluka.

Angelina mengerti kondisi kejiwaan Richman. Bila ada yang membaca Curriculum Vitae nya maka mereka akan tahu kalau dia memiliki 2 gelar sarjana, Sarjana Hubungan Internanasional dan Sarjana Psykologi. Maka wajar kalau dia pandai membaca raut wajah dan prilaku seseorang. Dia ahli mengamati dan mendengarkan.

Richman menghabiskan sisa kopinya ketika Angelina datang. Dia mengambil tempat duduk di depan Richman. " Maaf terlambat!Angelina tertawa melihat Richman ekspresi Richman. Pasti dia pangling dengan Angelina dengan rambut hitamnya. " ini rambutku yang asli, selama ini yang kamu lihat itu rambut palsuku". Richman terdiam dia malah tidak tahu bedanya antara rambut asli dan rambut palsunya Angelina. Semua terlihat asli di kepalanya. Angelina melambaikan tangan ke wajah Richman."Hei! ga usah bingung, kamu terlihat lucu kalau begitu". Angelina selalu tertawa melihatnya. Padahal dia tidak melucu. Bagi Angelina terlihat lucu dengan kesederhanaannya. Orang kota yang jelek mulutnya akan bilang, dia kampungan.

Tetapi Angelina punya Pe eR untuk Richman, dia harus bisa merubah performance nya Richman agar tidak di tertawakan orang nantinya.

"Yuk!" Angelina berdiri. Richman mengira mereka langsung berangkat ke tujuan. Tetapi Angelina membawanya ke tempat lain di area Bandara. Barber Shop. Richman paham maksud Angelina. Jadi dia menurut saja. Sementara Richman mendapatkan pelayanan. Angelina membuka laptopnya mengirim Company Profile dan daftar nama orang yang hadir di rapat nanti ke Mr Chin-Hwa, orang kaya di korea sesuai namanya. Mr Chin-Hwa  membawa 2 asistennya yang nantinya di tunjuk sebagai perwakilannya. Biasanya Mr Chin-Hwa, hanya mengirim perwakilannya, tetapi kali ini dia datang sendiri ke Indonesia, karena Angelina.

Angelina mengirimnya data-data ke mita kerja yang ikut rapat juga sore ini.

Untuk meningkatkan performa perusahaannya Richman dia sudah merubah alamat kantor Richman dengan alamat Apertemennya.

Layanan Barberman itu selesai dengan cepat. Richman nampak sangat berbeda. Angelina puas dengan hasil kerja Barberman itu, memberi tip yang lebih besar dari ongkos pelayanannya. Barbetman itu terbelalak, ketika menerima $30 USD, beberapa saat kemudian setelah mereka pergi, ruangan itu jadi riuh, karyawan disana ribut minta traktir dengan temannya yang beruntung itu.

Kali ini Richman kecele lagi, Angelina tidak mrngajak Richman ke tempat tujuannya. Ia malah membawa Richman masuk ruang bandara, menuju Mall.

Awalnya Richman mengira Angelina ingin shopping, tetapi dia salah, Angelina berbelanja untuk dirinya.

"Sorry Richman, jangan tersinggung, kita akan rapat dengan orang asing, jadi saya ingin kamu melakukan perubahan terhadap dirimu". Richman memahami maksud Angelina.

Menurut Angelina, Mr Chin-Hwa, orangnya perfeksionis.

Mr Chin-Hwa, adalah seorang yang selalu tampil sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada semua aspek, baik fisik ataupun non-materi. Jadi juga harus bisa menyesuaikan diri.

Dalam waktu singkat Richman berbeda 100% dari biasanya. Dia sudah seperti pengusaha muda kaya secara fisik dan penampilanya.

Richman sudah menjadi sosok pria yang tampan, bagi orang yang puluhan tahun mengenalnya, pasti mereka ragu untuk menyapanya. Mereka pasti mengira salah mengenal orang.

***

Rapat sore itu berjalan baik. Hanya saja tidak terlalu lancar, Mr Chin-Hwa, meski dia lancar berbahasa Inggris, dia sengaja berbahasa korea agar Angelina lebih dekat dengannya, lalu Angelina menterjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Di ruangan itu hanya Richman yang tidak lancar berbahasa Inggris. Dalam hati dia cukup menyesal kenapa dulu ia tidak belajar bersama Murni.

Usai rapat mereka makan siang di hotel, sajian makanan Indonesia dan Korea. Mr Chin-Hwa memilih gado-gado sebagai pilihannya. Richman sudah dilatih Angelina menggunakan sumpit jadi ia tidak ketika makan bersama Mr Chin-Hwa.

Sebebarnya hanya ingin makan berduaan dengan Angelina, tetapi Angelina sudah mengatur meja makan dengan meletakkan nama- nama orang masing-masing di setiap meja.

Sedang di meja makan Mr Chin-Hwa dengan 2 asistennya di kiri kanannya, Angelina dan Richman.

Meski Mr Chin-Hwa selalu berbahasa Korea saat berbicara tetapi Angelina menjawabnya dengan bahasa Inggris.

Mr Chin-Hwa cukup kecewa dengan sambutannya yang formil. Tetapi ia tak ingin kehilangan berinvestasi di Indonesia. Terlebih lagi perusahaan itu di kelola Angelina, wanita yang telah menghilang selama bertahun-tahun.

Angelina tidak terlalu peduli apabila apakah nantinya bisnis bersama Mr Chin-Hwa ini berjalan baik dan bisa berjangka panjang, karena satu-satunya di korea yang ingin bekerjasama dengannya.

Lebih-lebih Mr Chin-Hwa selalu ingin meningkatkan usahanya secara pribadi, tetapi Angelina selalu menjaga jarak secara formal dengannya.

Selain Mr Chin-Hwa, ayahnya sendiri juga ingin berinvestasi pula, jadi bagi Angelina, Mr Chin-Hwa adalah save investor relations.

Sementara Richman meski cukup paham situasi dan arah pembicaraan, karena untuk jelasnya hasil pertemuan ini, akan di bahas nanti malam secara internal penguhasa Indonesis. Mereka bebas memilih dengan perusahaan asing yang ingin mereka aja bekerja sama.

Richman cukup bisa membaca mimik wajah dan bahasa tubuh Mr Chin-Hwa yang menyimpan hasrat terpendam terhadap Angelina. Ia hanya menduga-duga hubungang antara mereka berdua. Meski dia berprasangka positif, tetapi Richman tetap merasa ada sesuatu yang lain mengganggu fikirannya.

Sore harinya di lobby Apertemen, Angelina mengenalkan Sarah dan Aditya asisten mereka di perusahaan, mereka inilah yang menjadi penghubung Richman dan pemegang saham lainnya, mengatur beberapa agenda ke depannya dan marketing perusahaan PT Cahaya Murni Abadi. Ruang kantor Bisnis Center kantor itu sangat kecil hanya bida memuat 10 tempat duduk, berada lantai 2 di gedung apertemen itu dideretan resto, salon dan spa, butik dan lainnya.

Di lantai 21, Angelina menceritakan isi detil pembicaraan rapat tadi kepada Richman.

Richman tidak ingin bertanya lebih jauh tentang Mr Chin-Hwa, karena tiba-tiba saja ia merasa pusing dan tak sadarkan diri di sofa.

Angelina terus berbicara tentang rencana rapat internal nanti malam, dia tidak menyadari keadaan Richman, hingga setelah sekian lama tidak ada tanggapan dan pertanyaan dari Richman, Angelina balik bertanya. "Bagaimana menurutmu?"tak jawaban. " Hei Richman...kamu tidur ya?"

" Richman?"

Angelina mendekat memegang lengan Richman. "Astaga!"

Angellina mengambil air hangat dan washlap. Mengompres kepala Richman. Kemudian dia dengan sigap menelpon dokter.