Chereads / Unexpected Wife / Chapter 4 - Tiga

Chapter 4 - Tiga

"Mrs. Dornan, sepertinya hari sudah larut malam, saya rasa saya harus segera pulang," Catherine membuka suaranya untuk meminta izin pulang pada ibu Alex.

Mrs. Dornan yang merasa sedikit kecewa, segera beranjak menghampiri Catherine, kemudian memeluk erat tubuh tinggi Catherine. Ia begitu memperlihatkan sikapnya yang seperti tidak ingin jika calon menantunya itu buru-buru pergi dari rumahnya dan meninggalkannya.

"Oh, aku akan merindukanmu. Hati-hati dengan penerbanganmu ke Amsterdam esok hari, okay?" Catherine mengangguk sembari balas memeluk ibu Alex. Mungkin mereka belum lama bertemu, tetapi rasanya mereka sudah seperti ibu dan anak sesungguhnya.

Setelah perseteruan Alex dengan ibunya tadi, mereka segera bergabung dengan Catherine di meja makan dan membicarakan hal-hal lain seperti pekerjaan Alex dan Catherine, termasuk pekerjaan Catherine ke Amsterdam untuk melakukan sesi pemotretan dari produk pakaian terkenal esok hari. Hal itu tentu saja membuat Mrs. Dornan bangga padanya, bagaimana tidak? Calon menantunya sangatlah baik dan berbakat, ia bahkan tidak berhenti mengucap syukur ketika menemukan wanita seperti Catherine akan menjadi istri dari anaknya.

Merasa Alex tidak memberikan reaksi apapun akan kalimat undur diri Catherine, Ibunya memberinya tatapan tajam, seperti megisyaratkan agar Alex melakukan sesuatu untuk Catherine. Oh, mungkin dengan mengantarkan Catherine ke rumahnya?

Melihat tatapan itu, Alex menawarkan dirinya, "Aku akan mengantarmu pulang."

Catherine menggeleng, sembari menampilkan senyuman di wajahnya, "tidak perlu, sudah ada mobil yang menungguku di depan," Alex tidak mencoba membujuk atau melakukan sesuatu lagi setelah mendengar hal itu, dan hal itulah yang kembali membuat ibunya menampilkan tatapan tajam padanya.

"Aku akan mengantarmu sampai depan rumah," Catherine mengganguk malu mengiyakannya.

Mereka kemudian berjalan berdampingan ke depan rumah. Setelah sampai di halaman depan rumah, ternyata sudah ada satu mobil dengan supir yang sedang menunggu Catherine dan siap mengantarkannya kemanapun wanita itu inginkan.

Alex pikir Catherine akan pergi begitu saja ketika mereka sampai di halaman rumahnya, tetapi ia salah, Catherine malah berhenti tepat di hadapannya, membuat langkahnya seketika itu juga ikut terhenti dibuatnya.

"Terima kasih, Alex, kau sudah menyempatkan untuk datang ke makan malam kali ini," bisa-bisanya wanita ini tanpa diminta Alex memanggil nama depannya saja? Mereka bahkan tidak saling m-e-n-g-e-n-a-l.

Selain itu, apa wanita ini pikir ia datang kemari karena dirinya? Hei! Wanita ini seharusnya tahu jika Alex menyempatkan makan malam- yang lebih pada makan dessert- ini adalah karena ibunya, bukan karena wanita dihadapannya ini. Namun, ia juga merasa heran, mengapa wanita ini malah berterima kasih padanya, padahal ia datang terlambat dan dengan terang-terangan menunjukkan ketidaktertarikannya pada wanita ini.

"Aku tahu jika jadwal pekerjaanmu sangatlah padat," Catherine berujar malu, ia bahkan tidak berani memandang wajah Alex, ia malah memandangi kuku-kuku tangannya, "emm...aku pernah mencoba untuk menemuimu saat itu, saat perusahaanmu sedang mencari model untuk perhiasan terbaru kalian. Namun, kau sudah menemukan model lain.. dan... Yah... aku ditolak mentah-mentah oleh bagian perekrutanmu," Catherine tersenyum bodoh mengingatnya. Saat itu ia sedang ada pekerjaan penting di perusahaan lain untuk melakukan pemotretan sebuah produk kecantikan, tetapi ia malah lebih memilih untuk berhenti dan mengejar kesempatan untuk bisa menjadi model perusahaan Alex, tetapi sayangnya hal itu tidak berhasil.

"Oh, benarkah?" Alex tidak tahu mengapa ia merasa begitu tidak suka dengan wanita yang ada dihadapannya ini. Wanita ini cantik, anggun, dan terlihat baik, tetapi mendengar wanita ini menceritakan hal ini padanya, membuatnya semakin yakin jika wanita ini memang memiliki rencana busuk padanya. Jika bukan untuk suatu rencana, untuk apa wanita ini menceritakan penolakan perusahaannya padanya? Apa ia ingin Alex melihatnya sekarang, kemudian tertarik dan mengundangnya untuk menjadi modelnya sekarang?

Cih, belum mengenal saja wanita itu sudah mengisyaratkan keinginan liciknya itu dari Alex, bagaimana jika mereka benar-benar akan menikah?

"Ya, aku berkali-kali mencobanya, tetapi ya... Tidak semudah yang kupikirkan," Catherine tersenyum malu.

"Tentu saja, menjadi model untuk perusahaanku tidaklah mudah," nada sinis terdengar jelas dari suara Alex, tetapi hal itu sama sekali tidak menganggu Catherine.

"Senang sekali bisa bertemu denganmu malam ini," Catherine memberanikan diri untuk mengadahkan wajahnya kemudian menampilkan senyuman manis yang membuatnya terlihat berkali-kali lipat lebih cantik dari pada hanya diam tanpa menunjukkan ekspresinya.

"Ya, senang bertemu denganmu," sayangnya Alex tidak terpengaruh akan senyuman itu, ia malah menjawabnya dengan nada malas yang amat kentara di suaranya.

"Kalau begitu aku permisi," Alex tidak membalasnya.

Catherine kemudian berjalan ke arah mobilnya, tetapi membalikkan tubuhnya sejenak untuk berkata, "terima kasih sudah menyetujui perjodohan pernikahan ini," ia melambaikan tangannya pada Alex, kemudian kembali melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam mobil.

Alex yang mendengarnya hal itu hanya bisa terdiam mematung, wanita ini merasa senang untuk dijodohkan? Ia merasa heran pada Catherine. Di zaman seperti ini apa masih ada orang-orang seperti itu? Alex pikir wanita zaman sekarang lebih menyukai kebebasan bukan?

Oh, selain itu, wanita ini seharusnya tahu jika ia terpaksa menerima perjodohan konyol ini. Jika bukan karena ibunya, ia tidak akan menyetujui hal ini.

Catherine menurunkan kaca jendela mobilnya, ia kemudian kembali melambaikan tangannya pada Alex yang sekali lagi tidak mendapatkan balasan selain tatapan tajam dari mata abu-abu Alex itu.

***

"Aku tidak percaya jika putri Rachel sangatlah baik, oh, jangan lupakan kecantikannya. Kau lihatkan Alex betapa lembut dan anggunnya dirinya? oh, ia juga membantu ibu mempersiapkan makan malam kali ini, kurang baik apa dirinya itu?" setelah mengantar Catherine ke depan rumah, Alex kembali masuk ke dalam rumah dan berbincang-bincang sedikit dengan ibunya. Namun, yang membuatnya sedikit menderita lagi adalah ibunya yang lagi-lagi terus menerus membicarakan Catherine dihadapannya, bahkan tidak segan mengulang kalimat yang serupa seperti yang telah dilontarkannya sebelumnya.

"Bu, ia menginginkan sesuatu dariku, ia bahkan menceritakan kegagalannya untuk masuk ke perusahaanku sebagai model yang kami butuhkan dulu, apa itu tidak menjelaskan jika ia menginginkan sesuatu dari diriku?" Alex tidak tahu lagi, bagaimana cara membuat ibunya itu mempercayainya.

"Ia ingin aku bersimpati padanya dan memberikan pekerjaan itu secara cuma-cuma padanya karena ia akan menjadi calon istriku." Ibunya malah memberinya senyuman yang tidak bisa diartikan oleh Alex.

"Ia juga bercerita pada ibu, oh... bagaimana perusahaanmu menolak wanita cantik sepertinya? Jangan-jangan kau yang memutuskannya dan.... aku jadi percaya jika kau tidak tertarik pada wanita," Alex mengigit bibir bawahnya merasa kesal.

"Aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya, satu hal lagi, bukan aku yang memilih model atau menolak model, aku sudah menyerahkan hal itu pada pekerjaku,"

"Oh, Kalau begitu, setelah mengetahui semuanya, sekarang kau bisa memasukkannya dalam perusahaanmu bukan?" Alex menggeleng tidak percaya. Ibunya meminta Alex untuk memasukkan wanita itu ke list model perusahaannya?

"Ibu, aku tidak bisa melakukan itu. Bagaimana bisa ibu mendukung wanita licik dan gila akan harta seperti itu?"

"Apa yang kau bicarakan? Ia wanita baik-baik, ibu mengetahui dengan jelas bagaimana keluarganya mendidiknya," Alex menahan diri untuk memutar matanya.

"Satu hal lagi, kau pernah bertemu dengannya, tapi saat itu kalian masih sangat kecil, ibu lupa berapa usia kalian saat itu," pernah bertemu atau tidak, Alex tidak akan dengan mudah terpedaya wanita itu.

"Jadi tolong, perlakukan dirinya dengan baik."

***

Catherine tidak bisa menahan senyuman yang terus terusan muncul di wajahnya. Ia tidak menyangkan bertemu kembali dengan Alex akan membuatnya sebahagia ini. Pertama kali ia bertemu Alex ketika usianya delapan tahun dan mungkin Alex sepuluh tahun. Saat itu acara reoni yang diadakan di salah satu rumah teman ibunya. Pada saat itu anak-anak akan berkumpul bersama dan bermain sendiri, tanpa pengawasan orang tuanya. Catherine masih ingat ketika Alex mencoba memimpin anak-anak lain untuk bermain, karena ia yang paling tua saat itu. Alex sangat tegas saat itu, ia bahkan memarahi Catherine ketika Catherine tidak berhati-hati saat berlarian, membuatnya jatuh dan menimbulkan luka kecil di lututnya.

Alex sejak dulu mempunyai jiwa pemimpin yang besar, Catherine dapat merasakan hal itu. Dan hal itulah yang membuatnya mengagguminya, yah... walau terdengar konyol, tetapi ia benar-benar mengaggumi Alex, bahkan sampai sekarang, sampai dimana ucapannya terbukti jika Alex memiliki jiwa kepemimpinan yang besar, hingga mampu memimpin perusahaannya sendiri sehingga menjadi perusahaan penyedia perhiasan terbaik saat ini.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan ibunya yang berjalan ke arahnya sembari melepaskan anting yang sebelumnya dikenakan untuk makan malam bersama rekan bisnis ayahnya.

"Hi, Ibu," ibunya menampilkan senyum menggoda yang membuat Catherine tertawa malu melihatnya.

"Bagaimana pertemuannya?" Sebenarnya pertemuannya dengan Alex seharusnya juga dihadiri oleh ibu Catherine, tetapi karena kepikunan ayahnya, membuat ibunya dengan singkat mengubah acara ibunya yang seharusnya menghadiri makan malam dengan keluarga Alex malah ke rekan bisnis ayahnya.

Catherine hanya tersenyum membalasnya.

"Aku bisa mengetahui jawabannya sekarang," ibunya kemudian menghampirinya dan memeluknya dengan erat.

"Ibu... Jika kau tahu, aku sangat senang hari ini,"

"Aku sangat tahu itu," Catherine melepaskan pelukannya dari ibunya, membuat ibunya menatap penuh sayang pada putrinya itu.

"Terima kasih ibu," Catherine kembali memeluk ibunya, ia tidak henti-hentinya memperlihatkan rasa bahagianya.

"Berhenti memelukku seperti itu, rasanya benar-benar sesak."

Mereka saling tertawa bahagia, Rachel mencium puncak kepala putrinya itu. Ia akan melakukan apapun untuk membahagiakan anaknya, ya... Termasuk melakukan perjodohan ini untuk putri satu-satunya itu. Ia sejak lama mengetahui jika putrinya memiliki rasa kagum pada putra Diana, mengetahui jika Diana juga sedang sibuk mencarikan istri untuk anaknya, membuatnya mengajukan putrinya untuk hal itu, ia tentu tidak ingin menyia-nyiakan hal ini.

"Aku menyayangimu, ibu,"

"Aku juga menyayangimu, My Cathy."

***