Catherine mengetuk pintu besar yang ada di hadapannya itu dengan perasaan ragu. Oh, sepertinya ini merupakan suatu ide yang buruk ketika ia memutuskan untuk datang kemari. Seharusnya ia menunggu hingga esok hari untuk datang ke tempat ini. Tentu sangatlah tidak sopan bukan jika kalian bertamu malam-malam ke rumah seseorang seperti ini?
Catherine sebenarnya merasa begitu kelelahan, tetapi pikirannya terus saja menuntunnya untuk pergi ke sini, membuatnya kemudian memutuskan untuk datang ke tempat ini. Bagimana tidak kelelahan jika dirinya baru saja sampai setelah penerbangannya dari Amsterdam, kemudian menyempatkan dirinya untuk datang ke rumah calon ibu mertuanya itu. Jujur saja, ia tidak dapat menghentikan pikirannya sendiri yang sejak keberangkatannya dari Amsterdam sampai ke sini terus saja memikirkan Alex. Pikirannya ini memanglah aneh, pikiran dimana dirinya begitu ingin berjumpa dengan Alex dan memberinya hadiah yang sebelumnya dipilihkannya itu.
"Selamat malam, Nona Catherine, ada yang bisa saya bantu?" Seorang wanita paruh baya yang dikenalnya sebagai Elizabeth itu membukakan pintu rumah yang semula diketuknya itu.
Catherine sebelumnya memang pernah bertemu dengan Elizabeth. Ia bertemu Elizabeth ketika dirinya berada di rumah ini untuk makan malam bersama dengan Alex dan Mrs. Dornan saat itu. Namun, segera setelah kedatangannya, Mrs. Dornan mengambil alih semua urusan dapur dan meminta Elizabeth untuk mengerjakan hal lainnya. Oh, Catherine masih ingat akan alasan Elizabeth yang memilih melakukan hal itu, alasannya adalah karena ia ingin memiliki waktu berduaan saja dengan calon menantunya, mengingat kata calon menantu yang diucapkan Mrs. Dornan padanya, membuat pipinya seketika memanas.
Tersadar jika Elizabeth menunggu jawabannya, Catherine segera berujar, "apa Mrs.Dornan sedang ada di rumah?"
"Ya, Nona. Mrs. Dornan sedang berada di rumah, beliau saat ini sedang berada di perpustakaannya. Silahkan masuk terlebih dahulu, Nona," Elizabeth mempersilahkan Catherine masuk ke dalam rumah Mrs. Dornan itu.
"Silahkan duduk Nona, saya akan memanggilkan Mrs. Dornan terlebih dahulu," setelah mengatakannya, Elizabeth beranjak pergi untuk memanggil Mrs. Dornan, meninggalkan Catherine yang terduduk sendirian di atas sofa ruang tamu milik Mrs. Dornan, sembari mengamati keindahan rumah indahnya itu.
Catherine tidak pernah bisa berhenti mengaggumi ornamen-ornamen dan segala hiasan yang ada di rumah ini. Rumah ini terlihat seperti rumah impiannya. Catherine bahkan berharap, jika suatu saat nanti ia akan memiliki rumah yang tidak jauh berbeda dengan rumah ini. Rumah yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama dengan Alex dan tentu saja... anak-anak mereka.
Lagi-lagi, apapun yang berhubungan dengan Alex selalu saja berhasil membuat wajahnya memerah. Catherine tidak mengerti mengapa efek Alex begitu besar kepadanya.
"Oh, sayangku, ada apa malam-malam begini datang kemari, apa semuanya baik-baik saja?" Mrs. Dornan berjalan dari dalam rumahnya, kemudian dengan segera menghampiri Catherine dan memeluknya erat serta mengusap rambut Catherine dengan lembut, takut terjadi sesuatu dengan calon menantunya itu.
Perhatian inilah yang selalu disukainya dari Mrs. Dornan. Ibu Alex itu selalu bersikap lembut dan perhatian padannya, ia memperlakukan Catherine seperti putrinya sendiri.
"Tidak ada apa-apa, Mrs. Dornan, semuanya baik-baik saja. Saya hanya ingin menemui Anda," Mrs. Dornan melepaskan pelukannya pada Catherine, kemudian membimbing Catherine untuk kembali mendudukkan diri di atas sofa.
"Jangan lagi memanggilku Mrs. Dornan, okay? Lebih baik kau memanggilku Ibu, bagaimana?" Catherine tersenyum mengangguk. Tentu saja ia sangat ingin melakukannya. Ia terlalu mengaggumi sosok Mrs. Dornan yang keibuan, membuatnya sudah menganggap Mrs. Dornan seperti Ibunya sendiri.
"Oh, satu hal lagi, jangan berbicara terlalu formal padaku, okay? Kita tidak perlu menjaga jarak, kau bebas mengatakan apapun kepadaku," lagi-lagi Catherine mengangguk menjawabnya.
Obrolan mereka terhenti ketika Elizabeth menghidangkan minuman untuk mereka, tetapi setelah kepergiannya, obrolan itu kembali berlanjut.
"Apa kau baru saja sampai dari Amsterdam?" Tanya Mrs. Dornan tanpa berhenti mengusapi rambut panjang Catherine, kali ini ia bahkan menyentuh wajah Catherine dengan lembut.
Mrs. Dornan memanglah seorang mertua idaman untuk Catherine, bahkan mungkin untuk semua wanita yang ada di dunia ini.
"Iya, Ibu, aku baru saja sampai dari Amsterdam satu jam yang lalu, kemudian menyegerakan diri untuk datang kemari dan menemuimu. Aku ingin memberikan barang-barang ini untukmu," Catherine mengambil beberapa bingkisan yang sebelumnya dibawannya itu, kemudian memberikannya kepada Mrs. Dornan.
Mrs. Dornan menggeleng heran dengan perbuatan yang dilakukan Catherine itu. Wanita ini bagaimana bisa tidak memikirkan dirinya sendiri malah memikirkan orang lain?
"Kau tahu sayang? kedatanganmu saat ini adalah hal yang paling menggembirakan untukku, kau tidak perlu merepotkan dirimu sendiri dengan membawakan barang-barang ini untukku," Catherine tersenyum. Ibunya ini selalu saja bisa membuat hatinya menghangat.
"Tidak apa-apa Ibu, aku ingin Ibu memilikinya," Mrs. Dornan tersenyum. Wanita yang akan segera menjadi istri dari anaknya itu begitu perhatian kepadanya, oh, ia jadi memikirkan bagaimana nantinya Alex akan mendapatkan perhatian penuh dan tentu saja dimanjakan oleh wanita ini.
"Oh, kau seharusnya tidak melakukannya, kau pasti kelelahan setelah penerbanganmu itu. Apa kau datang kemari sendirian?" Mrs. Dornan bertanya khawatir. Malam-malam begini, dan dalam kondisi lelah seperti ini, Catherine memaksa untuk mengunjunginya, tentu hal itu membuatnya khawatir akan kesehatan calon menantunya itu.
Catherine seharusnya tahu jika kedatangannya kemari hanya akan membuat Mrs. Dornan merasa khawatir terhadap dirinya, tetapi bagaimana lagi jika ia memang ingin datang kemari? Ia terlalu ingin menemui Alex dan memberikan hadiah yang sebelumnya dipilihkannya itu.
"Tidak, Bu, aku datang kemari dengan supir, Mr. Charles. Segera setelah mendarat, aku segera datang kemari, aku hanya sedang merindukan Ibu," Catherine tidak sepenuhnya berbohong akan hal itu, yah walaupun alasan utamanya adalah merindukan putra Mrs. Dornan, yaitu Alex, tidak sepenuhnya merindukan calon ibu mertuanya itu.
"Benarkah begitu? Oh, aku tidak tahu bagaimana aku bisa mendapatkan seorang menantu yang begitu perhatian sepertimu," Mrs. Dornan tidak henti-hentinya memujinya, membuat Catherine merasa tidak pantas menerima pujian itu. Ia bahkan baru sekali memberikan perhatian seperti ini kepada Mrs. Dornan, tetapi Mrs. Dornan sudah menganggap hal itu sebagai perhatian yang besar. Ya, itu mungkin salah satu ungkapan mengenai rasa syukurnya mendapatkan calon menantu seperti Catherine.
"Ehmm, Ibu? Ngomong-ngomong, apakah Alex sedang berada di rumah?"
Pertanyaan selanjutnya yang keluar dari bibirnya itu membuatnya merasa malu pada dirinya sendiri. Ia tahu betul, tujuan utamanya datang kemari adalah untuk bertemu dengan Alex bukan? Jadi, entah mengapa ia merasa malu ketika mengajukan pertanyaan itu kepada Mrs Dornan. Ia baru saja mengungkapkan jika ia merindukan Mrs. Dornan, tetapi selanjutnya ia malah menanyakan keberadaan Alex. Oh, ia merasa semakin malu ketika Mrs. Dornan menyadari akan hal itu.
"Jadi sebenarnya kau tidak benar-benar merindukanku," ujar Mrs. Dornan bergurau.
Seketika setelah mendengar kalimat tanya yang keluar dari bibir Catherine membuat Mrs. Dornan tersenyum lebar. Ia bahkan memberi tatapan menggoda pada Catherine yang membuatnya semakin merasa malu.
Walaupun ia menyadari jika calon menantunya itu sebenarnya datang kemari hanya untuk mencari putranya, bukan dirinya, tetapi ia tetap merasa senang akan hal itu.
"Aku juga benar-benar merindukkan Ibu," Mrs. Dornan tertawa mendengar kepanikan dalam suara Catherine. Wanita yang ada dihadapannya ini sepertinya merasa takut jika ia menyakiti hatinya.
"Oh, aku mempercayaimu," Mrs. Dornan tersenyum menggoda, sebelum kemudian kembali berujar, "Maafkan aku sayangku, Alex sedang tidak berada di sini. Oh aku juga minta maaf karena aku lupa memberitahumu jika ia sangat jarang pulang kemari. Ia sudah tinggal di apartemennya sendiri sejak ia bekerja. Apa kau ingin menemuinya?" Catherine merasa ragu. Sepertinya tidak baik jika malam ini ia mendatangi Alex ke apartemennya.
Alex tentu akan merasa sangat terganggu jika ia datang ke apartemennya malam-malam seperti ini. Ia tidak ingin menganggu Alex yang mungkin saja sedang beristirahat setelah melalui kesibukan bekerjanya hari ini. Walaupun ia begitu ingin untuk bertemu dengan Alex, tetapi jika nantinya ia hanya akan menganggunya, akan lebih baik jika ia mengurungkan niatnya itu.
"Jadi begitu," gumamnya lirih yang entah mengapa terdengar sedih ditelinga Mrs. Dornan.
"Apa kau ingin aku menelponnya dan memintanya untuk menjemputmu? Nantinya kalian bisa menghabiskan beberapa waktu bersama, dan mungkin setelah itu ia bisa mengantarkanmu pulang ke rumah," tawar Nyonya Dornan.
Tawaran itu tentu saja terdengar begitu menggiurkan untuknya, tetapi sekali lagi, ia tidak mungkin menganggu waktu istirahat Alex bukan? Ia tidak ingin Alex mengalami gangguan kesehatan karena dirinya yang menganggu waktu istirahat Alex.
"Tidak, Bu, sepertinya tidak perlu, Ibu," Mrs. Dornan tidak menggubris penolakan Catherine, ia malah bersiap beranjak pergi untuk mengambil ponselnya dan segera menghubungi putranya itu, tetapi Catherine mencegahnya.
"Tidak, tidak perlu Ibu," Nyonya Dornan menatap Catherine dengan bingung. Catherine sudah terlihat begitu kelelahan saat datang kemari untuk bisa bertemu dengan putranya, tetapi ketika ia berusaha untuk mempertemukannya dengan anaknya, ia malah menolak.
"Tidak perlu, Bu. Aku tidak ingin menganggu waktu istirahatnya," ujar Catherine menjawab kebingungan Mrs. Dornan, sementara Mrs.Dornan hanya mampu menatapnya dengan pandangan mengaggumi.
"Aku tidak tahu harus berkata apa lagi kepadamu, oh sayangku, aku benar-benar bersyukur jika dirimulah yang akan menjadi istri dari putraku, kau adalah wanita yang sempurna untuknya."
Mrs. Dornan meraih tubuhnya, kemudian memeluknya dengan erat.
Bagi Catherine, Mrs. Dornan terlalu berlebihan jika menganggapnya sempurna. Yang seharusnya merasa sangat bersyukur adalah dirinya, karena seorang pria yang sesempurna Alex bersedia untuk menerimanya menjadi istrinya. Oh, ia juga sangat bersyukur karena dapat memiliki calon Ibu mertua seperti Mrs. Dornan.
"Baiklah kalau kau tidak menginginkanku menelpon Alex, tetapi kau harus berjanji untuk segera pulang sekarang!"
"Apa Ibu mengusirku?" Kali ini Catherine tertawa menggoda pada calon Ibu mertuanya itu.
"Oh, tentu saja aku tidak ingin mengusirmu, aku hanya ingin kau segera pulang dan beristirahat."
Ya mungkin benar kata Mrs. Dornan, Catherine seharusnya beristirahat, sehingga ia dapat dengan segera menemui Alex dengan kondisinya yang lebih baik.
Walaupun ia tidak dapat bertemu Alex malam ini, tetapi setidaknya ia dapat bertemu dan menghabiskan beberapa waktunya dengan Ibu mertuanya kali ini. Oh, dirinya bahkan tidak menyesali akan hal itu sama sekali.
***
vote vote vote yukk :))