Chereads / memory of the past / Chapter 84 - Bab 84

Chapter 84 - Bab 84

Pagi menyingsing memancarkan sinarnya yang hagat di pagi yang dingin, namu Cisa sudah berada di dapur menyialkan sarapan pagi untuk semua setelah kegiatan semalam dan menyudahi sholat subuhnya.

"Honey... kamu kenapa harus melelahkan tubuhmu sayang kita pesan saja ya?! lagian mereka masih berada dikamar mereka masing masing hanya kita saja yang sudah bangun..."sambil memeluk Cisa dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Cisa.

Namun itu tak membuat Cisa menghentikan kegiatan memasaknya walau pun Nicky menempel seperti perangko.

"Tidak hubby ku sayang... mereka memang masih pengantin baru biarkan sajam tapi aku ingin memberikan putra kita Nutrisi yang cukup untuknya jadi nggak sembarang agar dia tumbuh sehat di sini hingga lahir nanti" sambil mengusap perutnya yang sedikit mengembang.

"Ya sudah apa yang perlu aku bantu sayangku?" Nicky tidak mau istrinya capek hanya untuk menuiapkan makanan untuk beberapa orang.

" Tolong hubby siangi beberapa sayuran itu dan juga kupas bawangnya, aku akan mencuci beras dulu" Cisa menunjuk beberapa sayur yang akan dimasaknya.

"Ok 👌 honey .... segera kukerjakan semuanya,jangan kahwatir pasti beres" jawab Nicky sambil melepaskan pelikannya dan mengecup pipi Cisa.

Dikamar pengantin baru, keduanya masih lelap dalam tidur dan berpelukan dalam selimut mereka, sepertinya keduanya kelelahan karena Abraham beberapa kali melakukannya hingga Iren kelelahan.

Saat gorden tertiup angin sehingga sinar sang surya jatuh mengenai mereka berdua dan membuat keduanya terbangun karena merasa silau oleh cahaya tersebut.

"Pagi sayang...bagaimana tidurmu apa masih lelah karena aku ya?" Abraham menggoda Iren dan mengecup sekilas bibirnya sebagai kecupan pagi hari atau morning kiss.

Wajah Iren merona karena malu, ini adalah prrtamakalinya dia terbangun dengan seseorang yang baru yaitu suaminya.

Setelah malam panas yang mereka lalui kemarin malam membuat Iren malu dan canggung masalanya perasaan cintanya terhadap Abraham belum sepenuhnya dia masih mengingat Ifan, namu rasa terimakasihnya terhadal Abraham tidak pernah tergantikan.

Abraham telah menghindarkan rasa malu di keluarga besarnya jika saja seandainya pernikahan itu gagal.

"terima kasih sayang kamu telah menyelamatkan aku dan keluargaku dari rasa malu" mengecup bibir Abraham dwngan mata yang berkaca kaca.

"sssttt... jangan pernah membahas hal itu, anggap semua itu tidak pernah terjadi agar hati kamu tidak merasakan sakit, aku tahu kamu masih perlu waktu untuk itu aku akan selalu mendampingimu" Abraham berkata dengan penuh kesabaran.

Iren menganggukkan kepalanya tanda dia mengeryi apa maksud dari suaminya "Sayang ayo kita mandi, aku merasa lengket juga aku nggak mau nanyi di bully oleh mereka ".

"Baiklah mari kita mandi dan segera keluar dari kamar ini " Abraham beranjak dari atas ranjang tanpa sehelai benang pun, membuat Iren yang melihatnya malu.

"Aaaah ...sayang pakai celana kamu dong malu aku" sambil menutup matanya dengan tangannya.

Karena dibilang begitu akhirnya Abraham memakai boxernya dan segera membopong Iren menuju kamar mandi.

Mereka mandi sambil berendam di bathub saling menggosok tubu masing masing.

Setelah bersih mereka keluar kamar dengan penampilan yang rapi dan segar.

Melihat mereka semua sudah berada di kursi meja makan yang sudah terhidang penuh dan menggiurkan, dan menyapa semua dengan senyum sumringah "Pagi semua...".

"Selamat pagi juga pengantin baru kita" Cisa membalasnya dengan penuh nada menggoda.

" Bagaimana calon ibu baru kita pagi ini apa ada keluhan?" Abraham bertanya selayaknya dokter balik menggoda Cisa.

"Aku baik baik saja tak ada yang namanya keluhan apa pun, purtaku kan anak pintar dia tidak akan menyusahkan mamanya" ucap Cisa panjang sehingga yang lain pun jadi terdiam, karena Cisa menyebutkan Putra bukankah usia kandungannya masih di trisemester pertama?.

" Bagaimana kamu bisa menyebutnya putra sedangkan dia masih belum bisa dilihat jenis kelaminnya" Abraham bertanya penasaran.

Dengan tersenyum Cisa menjawabnya enteng "Tuhan mempertemukanku dengan putraku saat aku tertidur panjang".

"Benarkah itu my dear?!"Raizel juga merasa penasaran pada apa yang dikatakan Cisa.

"Itu benar kakak...seandainya putraku tidak datang menemuiku maka mungkin aku masih tertidur, oleh karena itu aku bisa bangun dengan seluruh ingatanku".

Mereka menghentikan obrolan dan mulai untuk makan dengan brdo'a di pimpin oleh Raizel sebagai kepala keluarga.

Mereka pun bersantap dan menghabiskan semua agar tidak mubazir jika membuang makanan.

Mereka cek out dari hotel dan menuju mansion milik Raizel, mereka melanjutkan mengobrol dan Nicky bertanya kepada Abraham."Kamu rencananya bulan madu kemana?".

"Aku belum bertanya pada Iren tentang bulan madu" jawab Abraham singkat.

"Bagaimana jika kalian bertiga berbulan madu berbarengan pasti seru ramai ramai" Nicky memberi ide kepada ketiganya.

Ketiganya saling bertatapan dan berfikir sejenak, kemudian Raizel menjawab "Boleh juga sebaiknya kita tanyakan dulu pada para wanita untuk tujuannya karena bagi kita kaum pria dimanapun nggak jadi masalah".

"Aku juga setuju denga kak Rai apa lagi bagi kita kan yang penti itu.....?" tanpa melanjutkan ucapanya dengan nada mesumnya seru Dino.

"Kalau Cisa ingin pergi ke ke korea selatan dan juga jepang, dia ingin menjelajahi kesana"Nicky memberitahukan rencananya hendak pergi kedua negara tersebut dalàm waktu dekat.

"Sepertinya kita semua kesana saja gimana mereka pasti senang jika bersama sama"Abraham memberikan solusinya.

"Ya kita bicarakan dulu dengan istri kita masing masing jika ada yang tidak setuju ya bilang" Raizel menyarankan untuk berdiskusi dengan para istri.

"oke kita akan putuskan besok untuk kelanjutannya." Nicky menyudahi diskusi tersebut.

"Sebaiknya kita lihat istri kita masing masing"Raizel beranjak dan menuju ke halaman belakang mansionnya, di sana ada taman bunga yang indah.

mereka bersamaan melihat istri masing masing sesang tersenyum bahagia bercanda bersama.

"Kalian bisa lihatkan tawa dan senyum mereka saat bersama, Cisa itu begitu sayang pada mereka saat aku baru mengenalnya dia selalu bersama sahabatnya, persahabatan mereka sungguh kuat" Nicky menerawang ingatanya.