Mobil yang dikendarai Nicky dan Cisa melaju menuju kantor perusahaan Nicky dan mereka berdua sampai dalam waktu 30 menit dari rumah sakit.
Setelah memasukkan ID Card untuk memastikan kehadiran dalam bekerja keduanya masuk kedalam kantor.
"Aku masuk kedalam kantor dulu, sayang tolong buatkan aku secangkir coffe please?"Nicky meminta pada Cisa.
"Baiklah hubby ...tunggu aku di ruanganmu ya?" sambil tersenyum Cjsa meninggalkan Nicky menuju pantry.
Saat hendak ke pantrh dia bertemu dengan Iren dan menyapanya " Pagi mbak Iren..., bagaiman kabarmu?" dengan mata berserinya.
"Oh... pagi juga Cisa, apa kamu sudah ingat àtau mengenalku?" tanya Iren dengan bingung dan keheranan.
"Tentu saja aku mengenalmu mbak...? kitakan satu rekan kerja gimana bksa aku tidak mengenalmu? mbak ini aneh deh..." jawab Cisa heran.
"Kamu tidak tahu beberapa hari yang lalu kamu bilang tidak mengenalku dan tidak ingat siapa aku!?!" Iren memberitahukan Cisa.
"Mmmm... maaf mbak Iren karena aku saat itu memang tidak ingat dengan mbak Iren dan yang lainnya, tapi sekarang aku sudah ingat semuanya" dengan senyum tulusnya.
"Cisa bukan aku bermaksud membencimu, tapi karena mas Ifan selalu menjadikan mu prioritasnya, sehingga aku tidak dihiraukanya dia telah jatuh cinta dan terobsesi padamu" dengan wajah sedih memberitahu Cisa.
"Ternyata ada masalah serumit ini aku sampai tidak tau, baiklah aku akan menyelesaikan ini, sebentar aku akan mengantar this coffe, bisa aku minta mbak Iren untuk mengajak Pak Ifan keruangan suami saya, bilang kalau pak CEO memanggilnya, aku akan tunggu disana" Cisa meminta.
"Baiklah aku akan ajak dia kesana, itu kalau dia mau"dengan sedikit ragu ragu akan ucapannya.
Akhirnya Cisa meninggalkan Iren di pantry, sambil membawa secangkir coffe yang diinginkan Nicky, Cisa menuju ruangan CEO.
Cisa membuka pintu dan masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu, dia melangkah mendekat kearah meja kebesaran Nicky.
Dengan senyum cerianya Cisa menghampiri suaminya dan menyerahkan coffe buatannya.
"Ehemm... suamiku ini coffe permintaanmu, sebentar lagi Mbak Iren sama Pak Ifan akan kemari aku ingin semua segera diselesaikan agar tidak ada penyesalan dan dendam nantinya, semuanya harus selesai sebelum putrakita lahir" Cisa menginginkan kehidupan yang tenang.
Tak berapa lama Iren dan Ifan berada di depan pintu ruangan Nicky sedikit ragu Iren akhirnya mengetuk pintu tersebut "Tok, tok, tok..."
"Masuk..." Nicky memerintahkan keduanya masuk.
Mereka pun masuk dan mendekat " pagi pak ada hal yang bisa saya bantu pak? atau ada yang penting?".
" Silakan duduk kalian berdua" sambil menunjuk kearah sofa yang ada diruangan tersebut.
Keduanya duduk di sofa panjang yang berhadapan, keduannya duduk berdampingan.
Cisa dan juga Nicky duduk disofa dihadapan Ifan dan Iren.
Keempatnya duduk berhadapan untuk beberapa saat mereka tampak canggung, namu Cisa mulai memecah keheningan di ruangan tersebut dan memulai pertanyaaan.
Begini sebenarnya saya yang meminta mbak Iren untuk mengajak pak Ifan kemari, aku ingin semua selesai tidak ada perkelaihan atau pun juga pertengkaran nantinya, aku ingin hidup dengan damai dan tentram karena aku nggak mau mengalami" Cisa menatap Ifan dan juga Iren.
Yang ditatap merasakan malu dan menunduk mendengar penuturan dari Cisa, namun dalam hati Ifan sendiri dia senang bisa melihat Cisa dan mendengar dia berbicara di depannya.
"Apa maksud dari bu Cisa sebenarnya dengan perkelahian dan juga pertengkaran, emang apa hubungannya dengan saya?" Ifan bertanya dengan wajah yang serius.
"Kamu benar benar tidak tahu apa yang dimaksud dari Istri ku?!" Nicky mwncoba untuk melihat ekspresi dari Ifan.
"Benar saya benar benar nggak tahu hal tersebut" Ifan menjawabnya sedikit kahwatir.
" Saya mendengar dari mbak iren bahwa Pak Ifan sebagai tunanganya tidak memperhatikannya karena ada cewek lain yang pak Ifan suka dan orang yang dimaksudkanya itu adalah saya"Cisa menjelaskan maksud dari perkataannya sebelumnya.
Ifan terkejut dengan ucapan Cisa dan dia jadi sedikit emosi akan hal tersebut "Apa salahnya jika saya menyukai orang lain, itu adalah hak saya jika saya menyukai orang lain" Ifan nggak mau ada orang yang ikut campur dalam kehidupannya.
"Memang itu adalah hak anda, tapi jangan pernah memaksakan cinta itu pada orang yang sudah memiliki pasangan hidup dan saling mencintai, atau anda akan disebut sebagai perusak rumah tangga orang" Cisa nggak mau hal buruk terjadi dalam rumah tangganya.
"Baiklah saya nggak akan mengganggu kehidupan rumah tangga anda berdua, tapi aku yakin bahwa sesungguhnya Ibu Cisa juga memiliki perasaan terhadap saya" Ifan tidak mau mengalah.
"Apa sebenarnya maksud kamu dengan mengatakan saya menyukai anda? darimananya hal itu bisa membuktikan hal tersebut? dari awal sampai akhir saya nggak pernah sekalipun memilkki perasaan tersebut terhadap anda" Cisa bicara panjang lebar dan bertanya.
"Dari sejak kita bertemu pertama kali diruangan saya, kamu begitu menatap saya dengan mata indah itu seperti memuja" Ifan mengatakan apa yang menurut pandangannya perasaan Cisa saat itu, padahal cisa hanya menghormatinya sebagai atasan saja.
" Anda salah menafsirkan atas perhatian saya kepada bapak saat itu, bapak adalah atasan saya akan tidak sopan kalau saya tidak melihat orang yang mengajak saya berbicara, apalagi usia saya lebih mudah dari anda" Cisa meluruskan semua yang menjadi kesalahpahaman Ifan menurutnya.
Ifan mencerna semua ucapan Cisa dan mencoba untuk mengingat semua yang dia alami saat perjumpaannya.